Suasana
alam yang asri dengan hijaunya pepohonan di seluruh area hotel, menjadikan Singgasana Hotel
Surabaya sebagai aset yang sangat berharga, karena turut serta berpartisipasi
di dalam pengurangan polusi di kota Surabaya.
Ekosistem
di area Singgasana Hotel Surabaya terpelihara dengan baik, ini dapat dilihat dari aneka binatang
liar di sekitarnya yang menyatu dengan alam dan burung-burung yang beterbangan
di antara pepohonan dengan bebasnya menambah
nyaman suasana.
Dari Hotel yang dulu bernama Patra Jasa Hilton Surabaya,
bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Provinsi Jawa Timur menyeru kepada
relawan anggota SRPB JATIM dan F-PRB JATIM, untuk menghadiri pertemuan yang
mengambil tema, “Sinergitas dan Gotong Royong Dalam Penanggulangan Bencana”.
Konon, seruan ini terkait dengan akan datangnya musim
hujan yang dibarengi badai La Nina sehingga berpotensi terjadinya bencana
hidrometeorologi yang lebih dari biasanya. Seperti banjir, longsor dan cuaca
ekstrem. Belum lagi potensi tsunami di pesisir selatan Pulau Jawa, seperti
hasil penelitian yang dilansir oleh ITB baru-baru ini.
Dalam kegiatan yang digelar hari sabtu dan minggu (24 –
25/10/2020), dikatakan pula bahwa menanggulangi bencana itu merupakan urusan
bersama dan BPBD tidak bisa sendirian menangani bencana. Sehingga perlu
keterlibatan relawan dan elemen pentahelix lainnya untuk bersama-sama saling
melengkapi dan mengisi kekosongan dalam penanggulangan bencana.
Misalnya melakukan mitigasi di daerah rawan bencana sesuai
kearifan lokal yang ada, dalam rangka membantu BPBD. Hal ini mengingat, masih
banyak masyarakat yang kurang paham terhadap potensi bencana di daerahnya.
Sehingga masyarakat menolak saat daerahnya dipasang rambu-rambu peringatan dini
dan petunjuk evakuasi. Untuk itu perlu memberdayakan relawan setempat untuk membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Gayung pun bersambut. Seruan BPBD lewat kegiatan ini
ditangkap oleh relawan yang hadir dengan munculnya berbagai gagasan cerdas. Diantaranya
mengadakan program SDSB (Sambang Dulur Sinau Bareng) dalam rangka pengurangan
risiko bencana, pendampingan destana/katana,
fasilitasi terbentuknya SRPB dan F-PRB di masing-masing Kabupaten/Kota,
peningkatan kapasitas relawan oleh BPBD, pertemuan berkala antara SRPB, F-PRB
dan BPBD untuk sinkronisasi program, dan mendorong penggunaan dana desa untuk
kebencanaan.
tidak kalah pentingnya adalah melakukan desiminasi informasi kebencanaan dalam setiap fase penanganan bencana, dengan memanfaatkan berbagai media. Ini penting dalam rangka mengedukasi masyarakat dalam rangka membangun budaya tangguh, sekaligus menjadi bahan masukan untuk pusdalop BPBD/BNPB sebagai 'second opinion' melawan berita hoax
Berbagai gagasan cerdas itu konon akan diselaraskan
redaksinya, sebelum diserahkan ke BPBD Provinsi Jawa Timur sebagai rekomendasi
untuk dijadikan bahan penyusunan kebijakan tahun 2021. Sungguh sebuah kerja
bareng yang berlangsung dengan sersan satu (Serius Santai Satu Tujuan), penuh
keakraban dan saling berkenalan. Karena, sesungguhnyalah banyak relawan yang baru pertama bertemu muka dengan sesamanya. Ya, sebuah langkah awal yang begitu menggoda,
selanjutnya terserah BPBD sebagai penyusun program beserta anggarannya. Salam
Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/MingguWage-25102020]
tetap semangat
BalasHapusSDSB
BalasHapusMenjadi program andalan FPRB
dalam perka 17 tahun 2011 jelas disebutkan peran apa saja yg bisa dilakukan oleh relawan, baik saat pra bencana, tanggap darurat maupun pasca bencana. tenunya semua hendaknya sepengetahuan BPBD sehingga mudah koordinasinya.
BalasHapusuntuk itulah peningkatan kapasitas relawan dalam kebencanaan )PRB dan PB) hendaknya menjadi salah satu program komunitas maupun BPBD. sukur2 juka program peningkatan kapasitas itu dilakukan zecara bersama-sama. pastilah akan menjangkau sasaran yg lebih luas