Sabtu, 03 Oktober 2020

ERNA IKUT ARISAN ILMU SRPB JAWA TIMUR

Kegiatan Arisan Ilmu yang di gelar SRPB Jawa Timur secara online, pada hari Jumat legi (02/10/2020) telah usai. Peserta yang datang dari berbagai daerah pun merasa senang mendapat pencerahan untuk menambah wawasan tentang desa tangguh bencana beserta problematikanya.

Berbagai komentar pun silih berganti di grup whatsapp. Semua komentar menjadi masukan yang berharga untuk menggelar Arisan Ilmu selanjutnya. Dimana pun, kendala utama webinar adalah koneksi internet dan kondisi pulsa.

“Pembicaraan sore ini berat namun bermanfaat. Paparan ilmu dari Keynote Speaker dan kedua Narasumber sangat bermanfaat. Sharing ilmu dari para Panelis juga baik dan bermanfaat. Terima kasih Panitia, Keynote Speaker dan para Narasumber. Selamat dan sukses selalu buat Arisan Ilmu Nol Rupiah SRPB Jawa Timur,” Kata Erna, dari  Unesa (dulu bernama IKIP Negri Surabaya).

Erna, yang juga aktivis Palasdhika ini, memberi apresiasi positif tentang materi yang disajikan oleh nara sumber. Tentu harapannya, Erna tidak hanya sekedar mengapresiasi, tapi juga turut andil memberi solusi untuk mengeksekusi sebuah aksi membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana secara mandiri.

Syamsul Maarif, dalam arahannya mengatakan bahwa Upaya mewujudkan Desa Tangguh Bencana merupakan konsekwensi logis dalam rangka mengurangi risiko bila bencana menerpa di wilayah setempat, dalam hal ini Desa/Kelurahan.

“Peran komunitas menjadi sangat sentral dalam mewujudkan visi tersebut, karena komunitaslah yang paling tahu terhadap situasi dan kondisi yang ada di wilayahnya. Baik kondisi dan potensi geologis, geografis, hidrologis, demografis, serta terutama aspek sosiologisnya,” Kata dosen Sosiologi Universitas Negeri Jember.

Mewujudkan Desa Tangguh Bencana, berarti menuntut adanya upaya untuk mengurangi/menghilangkan ancamannya, mengurangi kerentanan, dan meningkatkan kapasitas yang ada baik yang bersifat fisik maupun non fisik.

Tentunya kerja-kerja seperti ini tidak bisa dilakukan hanya dalam sekali sentuhan saja. Proses pembiasaan ini memerlukan perlakuan dalam waktu panjang. Sementara BPBD tidak akan mampu menangani sendiri. Untuk itulah keberadaan relawan harus dirangkul dan dilibatkan.

Dengan demikian, nantinya Desa/Kelurahan Tangguh Bencana diharapkan mampu bertindak mandiri sesuai kapasitas untuk mencegah, menyerap, beradaptasi, serta mengatasi setiap bencana yang melanda, dan mampu segera memulihkan diri pasca bencana dan siap menghadapi bencana yang akan datang.

Apalagi saat ini marak ajakan untuk melakukan mitigasi tsunami di daerah pesisir selatan pulau jawa. Hal ini dipicu hasil riset ITB mengenai prediksi Tsunami di pesisir selatan Jawa. Diperkirakan tinggi tsunami dapat mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa Timur. Untuk itu, tidak ada salahnya jika berbagai komunitas relawan yang domisilinya berdekatan dengan pantai mulai merancang melakukan sosialisasi dan mitigasi agar masyarakat tidak resah.

Sementara gempa dan tsunaminya tidak ada yang tahu kapan datangnya, bahkan mungkin tidak jadi datang atau 20 tahun lagi baru datang. Inilah (mungkin) tugas Erna dan kawan-kawannya dalam melakukan pendampingan.

Tentu yang bisa dilakukan relawan adalah mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui kegiatan destana yang benar-benar berdaya untuk melakukan upaya pengurangan risiko bencana.

Semoga, melalui kegiatan Arisan Ilmu ini, akan muncul Erna-Erna baru yang peduli terhadap keberadaan destana yang benar-benar mandiri dalam kegiatannya seperti yang tersirat dalam arahan Profesor Syamsul Maarif.

Paling tidak, Erna-Erna baru ini bisa menginisiasi terselenggaranya diskusi sebagai media untuk berbagi pengalaman dan informasi, terkait dengan ajakan melakukan mitigasi tsunami untuk menangkal keresahan masyarakat tepi pantai, sekaligus menyiapkannya menghadapi bencana yang datangnya tanpa memberi kabar dulu. Salam Tangguh.[eBas/SabtuPahing-03102020].

 

 

 

 

1 komentar:

  1. tetap semangat membangun sinergi antar komunitas relawan dalam meningkatkan kapasitas dalam kerja-kerja kemanusiaan dibidang kebencanaan, pelestarian lingkungan dan peduli pelestarian alam.
    seperti falsafah sapu lidi, bersama sama melakukan aksi kemanusiaan membantu sesama namun tetap berkoordinasi dengan BPBD

    terus semangat

    BalasHapus