Kegiatan
Arisan Ilmu yang di gelar SRPB Jawa Timur secara online, pada hari Jumat legi
(02/10/2020) telah usai. Peserta yang datang dari berbagai daerah pun merasa
senang mendapat pencerahan untuk menambah wawasan tentang desa tangguh bencana
beserta problematikanya.
Berbagai
komentar pun silih berganti di grup whatsapp. Semua komentar menjadi masukan
yang berharga untuk menggelar Arisan Ilmu selanjutnya. Dimana pun, kendala
utama webinar adalah koneksi internet dan kondisi pulsa.
“Pembicaraan
sore ini berat namun bermanfaat. Paparan ilmu dari Keynote Speaker dan kedua
Narasumber sangat bermanfaat. Sharing ilmu dari para Panelis juga baik dan
bermanfaat. Terima kasih Panitia, Keynote Speaker dan para Narasumber. Selamat
dan sukses selalu buat Arisan Ilmu Nol Rupiah SRPB Jawa Timur,” Kata Erna, dari
Unesa (dulu bernama IKIP Negri Surabaya).
Erna, yang juga aktivis
Palasdhika ini, memberi apresiasi positif tentang materi yang disajikan oleh
nara sumber. Tentu harapannya, Erna tidak hanya sekedar mengapresiasi, tapi
juga turut andil memberi solusi untuk mengeksekusi sebuah aksi membangun
ketangguhan masyarakat menghadapi bencana secara mandiri.
Syamsul
Maarif, dalam arahannya mengatakan bahwa Upaya mewujudkan Desa Tangguh Bencana
merupakan konsekwensi logis dalam rangka mengurangi risiko bila bencana menerpa
di wilayah setempat, dalam hal ini Desa/Kelurahan.
“Peran
komunitas menjadi sangat sentral dalam mewujudkan visi tersebut, karena
komunitaslah yang paling tahu terhadap situasi dan kondisi yang ada di
wilayahnya. Baik kondisi dan potensi geologis, geografis, hidrologis,
demografis, serta terutama aspek sosiologisnya,” Kata dosen Sosiologi
Universitas Negeri Jember.
Mewujudkan
Desa Tangguh Bencana, berarti menuntut adanya upaya untuk mengurangi/menghilangkan
ancamannya, mengurangi kerentanan, dan meningkatkan kapasitas yang ada baik
yang bersifat fisik maupun non fisik.
Tentunya
kerja-kerja seperti ini tidak bisa dilakukan hanya dalam sekali sentuhan saja.
Proses pembiasaan ini memerlukan perlakuan dalam waktu panjang. Sementara BPBD
tidak akan mampu menangani sendiri. Untuk itulah keberadaan relawan harus
dirangkul dan dilibatkan.
Dengan
demikian, nantinya Desa/Kelurahan Tangguh Bencana diharapkan mampu bertindak
mandiri sesuai kapasitas untuk mencegah, menyerap, beradaptasi, serta mengatasi
setiap bencana yang melanda, dan mampu segera memulihkan diri pasca bencana dan
siap menghadapi bencana yang akan datang.
Apalagi
saat ini marak ajakan untuk melakukan mitigasi tsunami di daerah pesisir selatan
pulau jawa. Hal ini dipicu hasil riset ITB mengenai prediksi Tsunami
di pesisir selatan
Jawa. Diperkirakan tinggi tsunami dapat
mencapai 20 meter di pantai selatan Jawa Barat dan 12 meter di selatan Jawa
Timur. Untuk itu, tidak ada salahnya jika berbagai komunitas
relawan yang domisilinya berdekatan dengan pantai mulai merancang melakukan
sosialisasi dan mitigasi agar masyarakat tidak resah.
Sementara
gempa dan tsunaminya tidak ada yang tahu kapan datangnya, bahkan mungkin tidak
jadi datang atau 20 tahun lagi baru datang. Inilah
(mungkin) tugas Erna dan kawan-kawannya dalam melakukan pendampingan.
Tentu
yang bisa dilakukan relawan adalah mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana melalui kegiatan destana yang
benar-benar berdaya untuk melakukan upaya pengurangan risiko bencana.
Semoga,
melalui kegiatan Arisan Ilmu ini, akan muncul Erna-Erna baru yang peduli
terhadap keberadaan destana yang benar-benar mandiri dalam kegiatannya seperti yang tersirat dalam arahan Profesor Syamsul
Maarif.
Paling
tidak, Erna-Erna baru ini bisa menginisiasi terselenggaranya diskusi sebagai
media untuk berbagi pengalaman dan informasi, terkait dengan ajakan melakukan mitigasi
tsunami untuk menangkal keresahan masyarakat tepi pantai, sekaligus
menyiapkannya menghadapi bencana yang datangnya tanpa memberi kabar dulu. Salam
Tangguh.[eBas/SabtuPahing-03102020].
tetap semangat membangun sinergi antar komunitas relawan dalam meningkatkan kapasitas dalam kerja-kerja kemanusiaan dibidang kebencanaan, pelestarian lingkungan dan peduli pelestarian alam.
BalasHapusseperti falsafah sapu lidi, bersama sama melakukan aksi kemanusiaan membantu sesama namun tetap berkoordinasi dengan BPBD
terus semangat