Ternyata anjuran
untuk melakkan social distancing dalam rangka upaya memutus sebaran covid-19, itu melahirkan rindu yang tak terperi. Berawal
dari munculnya rasa rindu bersemuka dan ngobrol bareng itulah, beberapa relawan
dari berbagai organisasi mitra SRPB Jawa Timur, menggelar cangkruk’an di warkop
‘Lorong Café’, daerah dukuh Kupang, Surabaya barat, sebagai ajang berkomunikasi
dan mempererat soliditas yang telah terbangun.
Tidak ada
masalah khusus yang dibahas dalam cangkruk’an. Tetap seperti sebelum pandemi. Bertemu
ngobrol bareng dan tertawa lepas. Entah apa yang ditertawakan, yang penting
gembira sambil nyruput wedang kesukaan masing-masing, dengan tetap mentaati protokol
kesehatan. Ya, minimal memakai masker dan membasahi tangan dengan hand
sanitizer.
Menurut
Budayawan dari FIB Universitas Airlangga, Surabaya, Kukuh Yudha Karnanta, pada
dasarnya karakter masyarakat itu memang berkumpul (cangkruk’an), yaitu praktik
berkumpul, berbicara, bermain, bergosip, dan lain-lain.di tempat tertentu,
biasanya warkop sebagai salah satu ruang publik yang nyaman, murah meriah.
Cangkruk’an
sebagai bentuk komunikasi sosial yang efektif untuk membangun konsep diri,
untuk kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketergantungan, antara lain lewat komunikasi yang
menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi sosial
kita bisa menggalang berkerja sama dalam kegiatan kemanusiaan membantu sesama.
Disela-sela
cangkruk’an, masing-masing personil tidak dilarang, bahkan wajib mengemukakan
pendapat dan gagasannya tentang apa saja. Hal ini agar cangkruk’an bermakna
pendidikan yang mencerdaskan sekaligus menambah wawasan dan meningkatkan kapasitas bagi mereka yang
berkesempatan ikutan cankruk di warkopnya Cak Alfin.
Salah satunya
adalah gagasan untuk mengadakan sosialisasi (penyuluhan) tentang protokol kesehatan
sambil bagi-bagi masker dan cek kesehatan kepada masyarakat bekerjasama dengan
berbagai pihak. Sebenarnya masing-masing personil sudah melakukan itu semua
bersama komunitasnya sendiri atau gabungan beberapa komunitas dalam sebuah
gerakan sosial membantu pemerintah dalam penanganan covid-19, sesuai
kemampuannya.
Begitulah,
cangkruk’an ala ‘Lorong Café’ berjalan apa adanya. semula tidak ada target
apa-apa, karena semua memang masih dalam tahap belajar. Termasuk belajar
berpendapat, belajar mendengarkan dan belajar menghargai pendapat. Namun setelah
menemukan gagasan yang disepakati, bahkan sempat dihadiri oleh Kepala Subdit
Peran Masyarakat, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, BNPB, Pangarso Suryotomo,
maka cangkruk’an selanjutnya lebih diisi dengan upaya merealisasikan gagasan
tersebut dalam sebuah aksi.
Rencanapun
disusun, siapa mengerjakan apa. Materi dan perangkat pendukung juga dipersiapkan.
Tetap sambil lesehan dan nyruput wedang kesukaannya sendiri-sendiri. Hanya ada satu
tujuan, kegiatan yang terlahir dari hasil cangkruk’an, berjalan tanpa halangan.
walaupun disana-sini ada kekurangan yang tidak disengaja.
Itu wajar
dalam sebuah perhelatan yang dilakukan oleh para “pemula”. Apalagi kegiatan ini
diselenggarakan di lingkungan Pondok Pesantren yang nota bene merupakan hal
baru bagi relawan, khususnya terkait dengan sopan santun tutur kata dalam pergaulan, serta suasana pandemi covid-19 yang melarang orang berkumpul dalam
waktu lama.
Langkah
awal telah dilakukan dengan segala suka dukanya, tentu harus diikuti dengan langkah
selanjutnya. Pinjam pepatah dari Kalimantan Selatan, “Waja Sampai Kaputing”,
yang artinya kurang lebih, tetap bersemangat dari awal sampai akhir.
Maknanya,
acara cangkruk’an di warkopnya Cak Alfin ke depan harus semakin terkonsep dalam
rangka peningkatan kapasitas relawan, khususnya dalam memainkan perannya pada fase pra bencana. Yang bagaimana itu?. Mari disruput dulu
kopi racikannya Cak Alfin, pemilik warkop “Lorong Café”. Salam tangguh, bersatu
bersinergi untuk peduli. [eBas/KamisLegi-22102020]
ternyata mgopi (ngobrol pintar) dalam suasana santai dan kesetaraan/kesejajaran itu jika agak serius sedikit bisa menghasilkan aksi yang positif bagi masyarakat.
BalasHapuske depan semua yg terlibat bisa bertukar peran dalam menangani sebuah aksi lagi.
agenda yg tertata rapi ke depan adalah belajar teknis presentasi di depan audien seperti gagasannya Cak Alfin
Semoga dengan cangkrukan ini bisa membuahkan hal2 yg positif dan dapat menambah wawasan kita...
BalasHapusbersama kita bisa yg penting selalu belajar bersama dengan didasari niat belajar bersama agar bisa dan maju bersama
BalasHapus