Kamis, 22 Oktober 2020

RELAWAN MENGGAGAS AKSI DI WARUNG KOPI

Ternyata anjuran untuk melakkan social distancing dalam rangka upaya memutus sebaran covid-19,  itu melahirkan rindu yang tak terperi. Berawal dari munculnya rasa rindu bersemuka dan ngobrol bareng itulah, beberapa relawan dari berbagai organisasi mitra SRPB Jawa Timur, menggelar cangkruk’an di warkop ‘Lorong Café’, daerah dukuh Kupang, Surabaya barat, sebagai ajang berkomunikasi dan mempererat soliditas yang telah terbangun.

Tidak ada masalah khusus yang dibahas dalam cangkruk’an. Tetap seperti sebelum pandemi. Bertemu ngobrol bareng dan tertawa lepas. Entah apa yang ditertawakan, yang penting gembira sambil nyruput wedang kesukaan masing-masing, dengan tetap mentaati protokol kesehatan. Ya, minimal memakai masker dan membasahi tangan dengan hand sanitizer.

Menurut Budayawan dari FIB Universitas Airlangga, Surabaya, Kukuh Yudha Karnanta, pada dasarnya karakter masyarakat itu memang berkumpul (cangkruk’an), yaitu praktik berkumpul, berbicara, bermain, bergosip, dan lain-lain.di tempat tertentu, biasanya warkop sebagai salah satu ruang publik yang nyaman, murah meriah.

Cangkruk’an sebagai bentuk komunikasi sosial yang efektif untuk membangun konsep diri, untuk kelangsungan hidup, aktualisasi diri, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketergantungan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi sosial kita bisa menggalang berkerja sama dalam kegiatan kemanusiaan membantu sesama.

Disela-sela cangkruk’an, masing-masing personil tidak dilarang, bahkan wajib mengemukakan pendapat dan gagasannya tentang apa saja. Hal ini agar cangkruk’an bermakna pendidikan yang mencerdaskan sekaligus menambah wawasan dan meningkatkan kapasitas bagi mereka yang berkesempatan ikutan cankruk di warkopnya Cak Alfin.

Salah satunya adalah gagasan untuk mengadakan sosialisasi (penyuluhan) tentang protokol kesehatan sambil bagi-bagi masker dan cek kesehatan kepada masyarakat bekerjasama dengan berbagai pihak. Sebenarnya masing-masing personil sudah melakukan itu semua bersama komunitasnya sendiri atau gabungan beberapa komunitas dalam sebuah gerakan sosial membantu pemerintah dalam penanganan covid-19, sesuai kemampuannya.

Begitulah, cangkruk’an ala ‘Lorong Café’ berjalan apa adanya. semula tidak ada target apa-apa, karena semua memang masih dalam tahap belajar. Termasuk belajar berpendapat, belajar mendengarkan dan belajar menghargai pendapat. Namun setelah menemukan gagasan yang disepakati, bahkan sempat dihadiri oleh Kepala Subdit Peran Masyarakat, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, BNPB, Pangarso Suryotomo, maka cangkruk’an selanjutnya lebih diisi dengan upaya merealisasikan gagasan tersebut dalam sebuah aksi.

Rencanapun disusun, siapa mengerjakan apa. Materi dan perangkat pendukung juga dipersiapkan. Tetap sambil lesehan dan nyruput wedang kesukaannya sendiri-sendiri. Hanya ada satu tujuan, kegiatan yang terlahir dari hasil cangkruk’an, berjalan tanpa halangan. walaupun disana-sini ada kekurangan yang tidak disengaja.

Itu wajar dalam sebuah perhelatan yang dilakukan oleh para “pemula”. Apalagi kegiatan ini diselenggarakan di lingkungan Pondok Pesantren yang nota bene merupakan hal baru bagi relawan, khususnya terkait dengan sopan santun tutur kata dalam pergaulan, serta suasana pandemi covid-19 yang melarang orang berkumpul dalam waktu lama.

Langkah awal telah dilakukan dengan segala suka dukanya, tentu harus diikuti dengan langkah selanjutnya. Pinjam pepatah dari Kalimantan Selatan, “Waja Sampai Kaputing”, yang artinya kurang lebih, tetap bersemangat dari awal sampai akhir.

Maknanya, acara cangkruk’an di warkopnya Cak Alfin ke depan harus semakin terkonsep dalam rangka peningkatan kapasitas relawan, khususnya dalam memainkan perannya pada fase pra bencana. Yang bagaimana itu?. Mari disruput dulu kopi racikannya Cak Alfin, pemilik warkop “Lorong Café”. Salam tangguh, bersatu bersinergi untuk peduli. [eBas/KamisLegi-22102020]

 

 

 

3 komentar:

  1. ternyata mgopi (ngobrol pintar) dalam suasana santai dan kesetaraan/kesejajaran itu jika agak serius sedikit bisa menghasilkan aksi yang positif bagi masyarakat.
    ke depan semua yg terlibat bisa bertukar peran dalam menangani sebuah aksi lagi.
    agenda yg tertata rapi ke depan adalah belajar teknis presentasi di depan audien seperti gagasannya Cak Alfin

    BalasHapus
  2. Semoga dengan cangkrukan ini bisa membuahkan hal2 yg positif dan dapat menambah wawasan kita...

    BalasHapus
  3. bersama kita bisa yg penting selalu belajar bersama dengan didasari niat belajar bersama agar bisa dan maju bersama

    BalasHapus