Selasa, 27 Oktober 2020

NASEHAT BANG YOS DI SELA INISIASI PEMBENTUKAN F-PRB

Sungguh, penulis merasa beruntung dilibatkan dalam kegiatan Inisiasi pembentukan dan Pengelolaan FPRB di Jawa Timur. Banyak wajah-wajah baru yang penulis ketahui dengan kompetensi yang mumpuni di bidang pengurangan risiko bencana. Temanya pun sangat menarik, “Sinergi Pentahelix Dalam Upaya Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana”.

“Tahun depan F-PRB Jawa Timur harus bisa menyelenggarakan jambore Forum PRB Nasional,” Kata Pangarso Suryotomo,  staf Deputi Pemberdayaan Masyarakat, BNPB, dalam arahannya menjelang penutupan kegiatan yang mengambil tempat di Hotel Mercure Grand Mirama, Surabaya.

Sebuah tantangan yang menarik buat rezimnya mBah Dharmo yang sedang melakukan konsolidasi internal sambil merencanakan program. Mungkinkan bisa ?. Karena, pasti akan banyak menemui hambatan disana sini saat melakukan koordinasi antar pentahelix. Apalagi mBah Dharmo sebagai sekjen pengganti Gus Rurit, belum pernah mengundang seluruh elemen pentahelix dalam sebuah rapat paripurna.

Kegiatan yang digelar BNPB selama dua hari, senin-selasa (26-27/10/2020), dalam rangka Inisiasi Pembentukan dan pengelolaan FPRB di Jawa Timur. Sebenarnya, beberapa daerah sudah ada FPRB, namun selama ini gaungnya memang masih cenderung lemah. Tampaknya banyak faktor yang bermain di dalamnya.

Penulis pun terpana oleh usulan peserta dari Tuban, yang mengatakan perlu adanya regulasi yang jelas untuk memudahkan pergerakan forum. Dan banyak lagi pernyataan yang bernada ‘menuntut’ terlontar dari masing-masing peserta yang rindu tentang indahnya forum yang benar-benar bisa membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana. ya, pastinya sangat menarik jika semua informasi itu diabadikan di dalam tulisan.

“Mas Ebas ini tulisannya banyak dan menarik. Di dukung data yang kemudian diberi opini sehingga enak dibaca. Tapi sayang masih sekedar catatan yang ditulis dengan gaya bertutur. Satu tulisan mas Ebas itu, jiga dipilah dengan tehnik tertentu bisa menjadi sepuluh judul,” Kata Bang Yoshua, saat di dalam lift, mengingatkan penulis agar lebih jeli lagi dalam mendokumentasikan sebuah peristiwa.

“Siap Bang, terimakasih masukannya,” Jawab penulis, sambil merenungi segala masukan salah seorang unsur pengarah Forum PRB Jawa Timur. Mungkin, yang dimaksud oleh pria berkacamata itu adalah, tulisan kurang fokus, masih sekedar mengkoleksi pendapat yang disesuaikan dengan data yang ada kemudian dinarasikan ala kadarnya jauh dari kaidah jurnalistik.

Selama ini, penulis mencoba belajar membuat tulisan jenis feature niru kolomnya Gunawan Muhamad, Dahlan Iskan, Mohamad Sobari, Akhmad Thohari dan Pramudya, yang runtut memainkan kata menjadi kalimat dan mengalir penuh makna dan mudah dinikmati oleh siapa saja.

Namun, sampai saat ini penulis belum bisa, tapi setidaknya sudah berani mencoba. Dengan teguran anggota KPI ini menyadarkan penulis untuk lebih giat lagi belajar memperbanyak kosa kata dan jeli memilih diksi yang sesuai agar menghasilkan tulisan yang lebih fokus.

Sungguh, kegiatan yang digelar dengan menghadirkan BPBD dan FPRB, merupakan kejadian langka. Sangat menarik untuk diabadikan dalam tulisan. Baik itu tentang materinya, orangnya, dan souvenirnya yang warnanya serba putih, bukan warna khas kebencanaan. apakah ini ada kaitannya dengan rencana perubahan UU 24 tahun 2007 ?.

Namun sayang, sesuai dengan nasehat Bang Yos, menulisnya harus fokus, menukik pada satu masalah saja. sementara penulis masih kesulitan untuk fokus. Penulis mencoba bertanya ke ‘mBah Gugel’ tentang bagaimana cara menulis yang fokus sesuai era digital milenial. Juga bertanya kepada beberapa wartawan yang penulis kenal.

Mereka hanya tersenyum. Katanya, “Jika ingin bisa menulis, ya harus belajar menulis dan terus menulis apa saja tanpa takut salah. Fokus gak fokus itu abaikan, yang penting tumbuhkan dulu keberanian untuk menulis. Ingat, menulis itu membutuhkan proses panjang dan harus selalu dilatih dan mau terus berlatih,”.

Ya, penulis ingat apa yang pernah dikatakan oleh Pramudya Ananta Toer, seorang pujangga kontroversial, bahwa menulis itu perlu keberanian. Mungkin yang dimaksud adalah berani dikritik, dipaido, bahkan tidak dibaca, dan berani diberi masukan untuk perbaikan. Karena jarang ada orang yang mau memberi masukan. Ingat, orang bisa memberitahu itu karena sudah membaca.

Sungguh beruntung penulis bisa bersua dengan Bang Yoshua yang dengan suka hati memberi masukan terhadap tulisan penulis. Selama ini prinsip penulis adalah menulis apa saja yang menurut penulis menarik tanpa melihat fokus dan tidaknya. Terima kasih Bang Yos, semoga barokah untuk bekal mendesiminasikan informasi kebencanaan.

Semoga dipenghujung bulan November nanti, saat Jagong Bareng F-PRB JATIM di Kota AmonTani, Batu, penulis masih diberi kesempatan bersua lagi dengan Bang Yos untuk mendengarkan tausyiahnya tentang cara menulis yang baik dan benar. Wallahu a’lam bishowab. Salam Kemanusiaan, Salam Literasi untuk inspirasi. [eBas/nDleming Rebo isuk pasaran pahing/28102020]    

5 komentar:

  1. Menulislah Maka Kau Akan Ada
    menulis pengalaman hidup
    siapa tahu bisa menjadi pembelajaran bagi abak cucu kelak dikemudian hari,
    paling tidak dengan tulisan kita telah mencoba mengabadikan sebuah peristiwa yang pernah ada agar tidak lupa

    BalasHapus
  2. Saya tak komen tentang tantangan dari BNPB wae,,
    In Shaa Allah dengan niat murni membanhun gerakan PRB n dg rasa kebersamaan yg menggrlora, saya yakin bisa mewujudkan tantangan dari BNPB (Pak Papang)

    BalasHapus
  3. Menulis adalah salah satu keterampilan dalam kebahasaan. Semakin sering menulis, maka sering pula penulis membutuhkan kosa kata yang beraneka. Dan, kosa kata akan didapatkan manakala kita sering membaca.
    Ragam tulisan memang bermacam, tetapi biarlah hasrat myang menuntun.
    Masalah focus dan tidak focus terhadap suatu tulisan adalah masalah nanti. Yang penting adalah ketika pikiran menggerakkan jari dan hati menjadi filter isi tulisan, maka menulislah.
    Aku suka Mas Ebas sering menulis, dan aku membacanya.

    Salam untuk rekan2 Jangkar Kelut, titip rindu untuk Mbah Darmo, Kangen untuk menapakkan jejak langkah menuju Gunung Kelud dalam suasana bahagia.

    Salam,
    Ki Rebo

    BalasHapus
  4. Waalaikumsalam,, salam tangguh n salam sehat Ki,,,

    BalasHapus
  5. yg penting dalam ber-Forum-ria ini tetap berusaha menjaga kekompakan kebersamaan kesetaraan dan soliditas, bukan saling meninggalkan ketika forum sudah menemukan jati dirinya

    BalasHapus