Sungguh, penulis merasa beruntung
dilibatkan dalam kegiatan Inisiasi pembentukan dan Pengelolaan FPRB di Jawa
Timur. Banyak wajah-wajah baru yang penulis ketahui dengan kompetensi yang
mumpuni di bidang pengurangan risiko bencana. Temanya pun sangat menarik,
“Sinergi Pentahelix Dalam Upaya Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana”.
“Tahun depan F-PRB Jawa Timur
harus bisa menyelenggarakan jambore Forum PRB Nasional,” Kata Pangarso
Suryotomo, staf Deputi Pemberdayaan
Masyarakat, BNPB, dalam arahannya menjelang penutupan kegiatan yang mengambil
tempat di Hotel Mercure Grand Mirama, Surabaya.
Sebuah tantangan yang menarik
buat rezimnya mBah Dharmo yang sedang melakukan konsolidasi internal sambil
merencanakan program. Mungkinkan bisa ?. Karena, pasti akan banyak menemui
hambatan disana sini saat melakukan koordinasi antar pentahelix. Apalagi mBah
Dharmo sebagai sekjen pengganti Gus Rurit, belum pernah mengundang seluruh
elemen pentahelix dalam sebuah rapat paripurna.
Kegiatan yang digelar BNPB selama
dua hari, senin-selasa (26-27/10/2020), dalam rangka Inisiasi Pembentukan dan
pengelolaan FPRB di Jawa Timur. Sebenarnya, beberapa daerah sudah ada FPRB,
namun selama ini gaungnya memang masih cenderung lemah. Tampaknya banyak faktor
yang bermain di dalamnya.
Penulis pun terpana oleh usulan
peserta dari Tuban, yang mengatakan perlu adanya regulasi yang jelas untuk
memudahkan pergerakan forum. Dan banyak lagi pernyataan yang bernada ‘menuntut’ terlontar dari masing-masing
peserta yang rindu tentang indahnya forum yang benar-benar bisa membangun
ketangguhan masyarakat menghadapi bencana. ya, pastinya sangat menarik jika
semua informasi itu diabadikan di dalam tulisan.
“Mas Ebas ini tulisannya banyak
dan menarik. Di dukung data yang kemudian diberi opini sehingga enak dibaca.
Tapi sayang masih sekedar catatan yang ditulis dengan gaya bertutur. Satu
tulisan mas Ebas itu, jiga dipilah dengan tehnik tertentu bisa menjadi sepuluh judul,” Kata Bang Yoshua, saat di dalam lift, mengingatkan penulis agar
lebih jeli lagi dalam mendokumentasikan sebuah peristiwa.
“Siap Bang, terimakasih
masukannya,” Jawab penulis, sambil merenungi segala masukan salah seorang unsur
pengarah Forum PRB Jawa Timur. Mungkin, yang dimaksud oleh pria berkacamata itu
adalah, tulisan kurang fokus, masih sekedar mengkoleksi pendapat yang
disesuaikan dengan data yang ada kemudian dinarasikan ala kadarnya jauh dari
kaidah jurnalistik.
Selama ini, penulis mencoba
belajar membuat tulisan jenis feature niru kolomnya Gunawan Muhamad, Dahlan
Iskan, Mohamad Sobari, Akhmad Thohari dan Pramudya, yang runtut memainkan kata
menjadi kalimat dan mengalir penuh makna dan mudah dinikmati oleh siapa saja.
Namun, sampai saat ini penulis belum
bisa, tapi setidaknya sudah berani mencoba. Dengan teguran anggota KPI ini
menyadarkan penulis untuk lebih giat lagi belajar memperbanyak kosa kata dan jeli
memilih diksi yang sesuai agar menghasilkan tulisan yang lebih fokus.
Sungguh, kegiatan yang digelar
dengan menghadirkan BPBD dan FPRB, merupakan kejadian langka. Sangat menarik
untuk diabadikan dalam tulisan. Baik itu tentang materinya, orangnya, dan
souvenirnya yang warnanya serba putih, bukan warna khas kebencanaan. apakah ini
ada kaitannya dengan rencana perubahan UU 24 tahun 2007 ?.
Namun sayang, sesuai dengan nasehat
Bang Yos, menulisnya harus fokus, menukik pada satu masalah saja. sementara
penulis masih kesulitan untuk fokus. Penulis mencoba bertanya ke ‘mBah Gugel’ tentang bagaimana cara
menulis yang fokus sesuai era digital milenial. Juga bertanya kepada beberapa
wartawan yang penulis kenal.
Mereka hanya tersenyum. Katanya, “Jika
ingin bisa menulis, ya harus belajar menulis dan terus menulis apa saja tanpa
takut salah. Fokus gak fokus itu abaikan, yang penting tumbuhkan dulu
keberanian untuk menulis. Ingat, menulis itu membutuhkan proses panjang dan
harus selalu dilatih dan mau terus berlatih,”.
Ya, penulis ingat apa yang pernah
dikatakan oleh Pramudya Ananta Toer, seorang pujangga kontroversial, bahwa menulis itu perlu keberanian. Mungkin
yang dimaksud adalah berani dikritik, dipaido, bahkan tidak dibaca, dan berani diberi
masukan untuk perbaikan. Karena jarang ada orang yang mau memberi masukan.
Ingat, orang bisa memberitahu itu karena sudah membaca.
Sungguh beruntung penulis bisa
bersua dengan Bang Yoshua yang dengan suka hati memberi masukan terhadap
tulisan penulis. Selama ini prinsip penulis adalah menulis apa saja yang
menurut penulis menarik tanpa melihat fokus dan tidaknya. Terima kasih Bang
Yos, semoga barokah untuk bekal mendesiminasikan informasi kebencanaan.
Semoga dipenghujung bulan
November nanti, saat Jagong Bareng F-PRB JATIM di Kota
AmonTani, Batu, penulis masih diberi kesempatan bersua lagi dengan Bang Yos
untuk mendengarkan tausyiahnya tentang cara menulis yang baik dan benar.
Wallahu a’lam bishowab. Salam Kemanusiaan, Salam Literasi untuk inspirasi.
[eBas/nDleming Rebo isuk pasaran pahing/28102020]
Menulislah Maka Kau Akan Ada
BalasHapusmenulis pengalaman hidup
siapa tahu bisa menjadi pembelajaran bagi abak cucu kelak dikemudian hari,
paling tidak dengan tulisan kita telah mencoba mengabadikan sebuah peristiwa yang pernah ada agar tidak lupa
Saya tak komen tentang tantangan dari BNPB wae,,
BalasHapusIn Shaa Allah dengan niat murni membanhun gerakan PRB n dg rasa kebersamaan yg menggrlora, saya yakin bisa mewujudkan tantangan dari BNPB (Pak Papang)
Menulis adalah salah satu keterampilan dalam kebahasaan. Semakin sering menulis, maka sering pula penulis membutuhkan kosa kata yang beraneka. Dan, kosa kata akan didapatkan manakala kita sering membaca.
BalasHapusRagam tulisan memang bermacam, tetapi biarlah hasrat myang menuntun.
Masalah focus dan tidak focus terhadap suatu tulisan adalah masalah nanti. Yang penting adalah ketika pikiran menggerakkan jari dan hati menjadi filter isi tulisan, maka menulislah.
Aku suka Mas Ebas sering menulis, dan aku membacanya.
Salam untuk rekan2 Jangkar Kelut, titip rindu untuk Mbah Darmo, Kangen untuk menapakkan jejak langkah menuju Gunung Kelud dalam suasana bahagia.
Salam,
Ki Rebo
Waalaikumsalam,, salam tangguh n salam sehat Ki,,,
BalasHapusyg penting dalam ber-Forum-ria ini tetap berusaha menjaga kekompakan kebersamaan kesetaraan dan soliditas, bukan saling meninggalkan ketika forum sudah menemukan jati dirinya
BalasHapus