Rabu, 28 Oktober 2020

BNPB MENGINISIASI TERBENTUKNYA F-PRB DI JAWA TIMUR

Hari senin dan selasa (26-27/10/2020), di Hotel Mercure Grand Mirana, Surabaya, ada rapat dalam rangka Inisiasi Pembentukan dan Pengelolaan FPRB di Jawa Timur. Pesertanya dari BPBD dan F-PRB se jawa timur. Kegiatan yang difasilitasi BNPB ini mengambil tema “Sinergi Pentahelix Dalam Upaya Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana”.

Inisiasi pembentukan forum itu penting. Karena, menurut seorang peserta dari Pamekasan, masih ada persepsi yang salah dari sementara pihak, bahwa pembentukan forum akan mengganggu anggaran BPBD, dan keberadaan forum hanya diisi oleh personal yang sudah dikenal saja, bukan berdasarkan professional.

Persepsi inilah yang perlu diluruskan, agar tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam memandang keberadaan forum, yang memiliki cantolan penguat kehadirannya. Seperti yang tersurat dalam pasal 8, ayat 5, PP nomor 21 tahun 2008 dikatan, bahwa rencana aksi daerah pengurangan risiko bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b disusun secara menyeluruh dan terpadu dalam suatu forum yang meliputi unsur dari pemerintah daerah, non pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha di daerah yang bersangkutan yang dikoordinasikan oleh BPBD.

Tampaknya cantolan di atas belum banyak dipahami oleh BPBD. Termasuk istilah forum sebagai mitra kritis dan strategis dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, serta bentuk sinergitas pentahelix itu yang sering didengungkan dalam kegiatan seremonial.

Lilik Kurniawan dari BNPB, mengatakan bahwa F-PRB adalah perwujudan partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana di daerahnya. Keberadaannya bukan saingan BPBD, tapi sebagai mitra yang memiliki visi memastikan pembangunan daerah berbasis pengurangan risiko bencana.

Forum berupaya memastikan kebijakan yang diambil pemerintah (dalam hal ini BPBD) dapat mengurangi risiko bencana saat ini, tidak menambah risiko bencana baru dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Juga memastikan terjadinya sinergi yang baik antara BPBD dan Organisasi Perangkat Daerah,masyarakat dan lembaga usaha.

Yang tidak kalah penting adalah memastikan anggaran penanggulangan bencana cukup digunakan dalam penanggulangan bencana sesuai dengan risiko bencana di daerahnya, serta memastikan upaya pemberdayaan masyarakat dilakukan dalam rangka membangun ketangguhan terhadap bencana.

Paparan di atas itu sejalan dengan apa yang dikatakan mBah Dharmo tentang forum sebagai mitra strategis. Yaitu forum yang memiliki sumberdaya sesuai yang dibutuhkan BPBD dalam rangka menyusun regulasi, perencanaan, monitoring dalam urusan  pengurangan risiko bencana berbasis simbiosa mutualisma.

Sungguh apa yang disampaikankan oleh Magister Manajemen Bencana UPN Veteran Yogyakarta ini, tidak mudah untuk dilakukan. Banyak faktor yang mempengaruhi, sehinga Perlu waktu untuk membangun kesepahaman tentang keberadaan forum sebagai mitra strategis BPBD. Apalagi jika dikaitkan dengan anggaran, seperti yang disinggung oleh peserta dari Pulau Madura di atas.

Sementara Papang dalam arahannya mengatakan bahwa forum jangan menakut nakuti BPBD, terkait dengan dana. Papang meyakinkan bahwa, forum bisa mencari dana sendiri untuk mendukung programnya. Termasuk program yang diusulkan Gus Rurid, untuk menyusun indikator terhadap sebuah program sebagai bentuk kontribusi forum terhadap BPBD. Misalnya, Program Destana pertama itu indikatornya apa saja.

Tentu apa yang digagas Gus Rurid juga tidak mudah direalisasikan jika belum ada kesepahaman diantara aktor yang ada. Termasuk rencana tindak lanjut dari kegiatan ini.  Diantaranya, mengadakan pertemuan antar BPBD dan FPRB untuk membahas program yang berhubungan langsung dengan kesiapsiagaan menghadapi musim hujan dan datangnya La Nina dengan segala dampaknya.

Mungkin, inilah tugas berat kabinetnya mBah Dharmo untuk bisa menjalin komunikasi dengan elemen pentahelix, yang di dalamnya ada unsur BPBD dan OPD (Pemerintah), Perguruan Tinggi/Akademisi, Dunia Usaha, Media dan Masyarakat (Ormas/LSM/Relawan), untuk saling menemu kenali potensi yang bisa disinergikan dalam kegiatan pengurangan risiko bencana.

Salah satu langkah yang sedang dirintis adalah mengadakan pertemuan berkala sebagai upaya konsolidasi internal menyamakan chemistry untuk berforum. semoga inisiasi yang sudah dimulai ini bisa segera di eksekusi dalam sebuah aksi. Salam Tangguh. [eBas/KemisPon-29102020] 

7 komentar:

  1. mbah Gender dari komunitas 2T pernah ngudoroso bahwa kegiatan nirlaba itu sangat tergantung pada nilai kebersamaan, gotong royong dan dialogis partisipatoris dalam memutuskan segala gerak langkah organisasi.
    sementara Ki Arno Kusumo, seorang demang di tlatah Kasembon, mengatakan bahwa dalam membangun kebersamaan itu harus tidak ada dusta diantara kita. misalnya, yen ono duren yo ojo ngomong rambutan, yen ono klopo yo ojo ngomong semongko.

    pis
    salam tangguh salam kemanusiaan seduluran sak lawase
    ngopi sehat sederatat dan bermartabat

    BalasHapus
  2. Sip,, 2021 seluruh Jatim dipastikan sudah terbentuk FORUM PRB, dan harus dipastikan aktif dan berkontribusi dlm Penanggulan Bencana,

    BalasHapus
  3. Semangat terus tanpa batas,
    Mari kita berbenah,
    Mari kita beraksi bersama-sama,
    Tunjukkan kalau kita bisa...

    BalasHapus