Rabu, 11 November 2020

KADERISASI ALA GUS YOYOK

Konon, sebuah organisasi perlu melakukan kaderisasi untuk menjaga keberlanjutan organisasi yang sudah punya ‘nama harum’ dalam menoreh manfaat bagi sesama. Jangan sampai terlena oleh kesibukan sehingga lupa menyiapkan kader sebagai lapis ke dua dalam mendukung kegiatan yang disepakati bersama dalam sebuah rapat.

Gus Yoyok, sebagai ketua sebuah organisasi keagamaan yang bergerak dibidang kemanusiaan, juga menyadari akan pentingnya kaderisasi. Dengan gayanya sendiri, Gus Yoyok juga melakukan kaderisasi. Beberapa anggotanya yang dipandang mampu, diserahi tugas untuk dilaksanakan sesuai kemampuannya, yang penting bisa berjalan sesuai standar.

Disini, Gus Yoyok hanya memantau. Baru turun tangan jika dirasa program akan melenceng atau jalan di tempat. Ya, Gus Yoyok memerankan diri sebagai pemimpin yang mendidik anggotanya. Kata orang bijak, seorang pemimpin harus memberi kepercayaan dan tanggung jawab kepada anggotanya untuk berperan dalam pelaksanaan program organisasi. Sehingga akan tumbuh rasa ‘melu handarbeni’ terhadap kemajuan organisasi.

Dalam beberapa literatur, Kaderisasi adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader penerus. Sedangkan kader adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan untuk menterjemahkan visi misi organisasi ke dalam programnya.

Sementara Arifin (2017) mengatakan, fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”.

Kiranya apa yang pernah dikatakan Bung Hatta, dicoba terapkan oleh Gus Yoyok sebagai seorang pemimpin. Dengan caranya sendiri sesuai kearifan lokal dan kultur pesantren, Gus Yoyok menyiapkan kadernya dengan pendekatan ATM (Amati Tiru Modifikasi). Beberapa kegiatan digelar dengan melibatkan seluruh anggotanya dalam rangka memberi pengalaman kepadanya.  

Sebagai pemimpin, tentu Gus Yoyok akan senang melihat anggotanya bertumbuh dan berkembang memberi manfaat kepada banyak pihak. Disitulah kebanggaan terbesar dari seorang pemimpin manakala ada anggotanya yang berhasil.  

Masih kata orang bijak, memimpin berarti menyelami perasaan dan pikiran orang yang dipimpinnya serta memberi inspirasi dan membangun keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu berkarya secara maksimal untuk organisasinya dengan konsep ‘trial and error’. Dari situlah semuanya belajar dan terlibat dalam upaya ’mengharumkan nama’ organisasinya.

Tentu, apa yang telah diperbuat oleh Gus Yoyok dapat menginspirasi semua organisasi relawan mitra SRPB Jawa Timur. Akan lebih elok lagi jika Gus Yoyok berkenan berbagi cerita pengalaman ‘nggulo wentah’ organisasinya sehingga bisa menebar aneka manfaat bagi sesama, bagi lingkungan.

Masalahnya adalah, apakah beliau mau menyisihkan waktunya untuk berbagi dalam kemasan acara Arisan Ilmu Non Rupiah, mengingat kesibukan beliau yang sangat padat untuk kemaslahatan umat tanpa ada rehat. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/ndleming sendiri saat piket kantor-KamisPahing-12112020]

 

1 komentar:

  1. tetap semangat Gus Yoyok mengabdi kepada negeri di bidang kebencanaan dan kemanusiaan menebar manfaat untuk sesama sebagai ladang pencarian pahala untuk bekal menghadap Tuhan Yang Maha Esa

    kami semua rindu tausyiah njenengan Gus, agar kamibisa mengikuti jejak langkah kecil njenengan mengabdi kepada tugas-tugas kemanusiaan

    BalasHapus