Konon, sebuah organisasi perlu
melakukan kaderisasi untuk menjaga keberlanjutan organisasi yang sudah punya ‘nama harum’ dalam menoreh manfaat bagi
sesama. Jangan sampai terlena oleh kesibukan sehingga lupa menyiapkan kader
sebagai lapis ke dua dalam mendukung kegiatan yang disepakati bersama dalam
sebuah rapat.
Gus Yoyok, sebagai ketua sebuah
organisasi keagamaan yang bergerak dibidang kemanusiaan, juga menyadari akan
pentingnya kaderisasi. Dengan gayanya sendiri, Gus Yoyok juga melakukan
kaderisasi. Beberapa anggotanya yang dipandang mampu, diserahi tugas untuk dilaksanakan
sesuai kemampuannya, yang penting bisa berjalan sesuai standar.
Disini, Gus Yoyok hanya memantau.
Baru turun tangan jika dirasa program akan melenceng atau jalan di tempat. Ya,
Gus Yoyok memerankan diri sebagai pemimpin yang mendidik anggotanya. Kata orang
bijak, seorang pemimpin harus memberi kepercayaan dan tanggung jawab kepada anggotanya
untuk berperan dalam pelaksanaan program organisasi. Sehingga akan tumbuh rasa ‘melu handarbeni’ terhadap kemajuan organisasi.
Dalam beberapa literatur, Kaderisasi
adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader
penerus. Sedangkan kader adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan
dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan
untuk menterjemahkan visi misi organisasi ke dalam programnya.
Sementara Arifin (2017)
mengatakan, fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio)
yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Bung Hatta
pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama
artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan,
pemimpin pada masanya harus menanam.”.
Kiranya apa yang pernah dikatakan
Bung Hatta, dicoba terapkan oleh Gus Yoyok sebagai seorang pemimpin. Dengan
caranya sendiri sesuai kearifan lokal dan kultur pesantren, Gus Yoyok
menyiapkan kadernya dengan pendekatan ATM (Amati Tiru Modifikasi). Beberapa kegiatan
digelar dengan melibatkan seluruh anggotanya dalam rangka memberi pengalaman
kepadanya.
Sebagai pemimpin, tentu Gus Yoyok
akan senang melihat anggotanya bertumbuh dan berkembang memberi manfaat kepada
banyak pihak. Disitulah kebanggaan terbesar dari seorang pemimpin manakala ada
anggotanya yang berhasil.
Masih kata orang bijak, memimpin
berarti menyelami perasaan dan pikiran orang yang dipimpinnya serta memberi
inspirasi dan membangun keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu
berkarya secara maksimal untuk organisasinya dengan konsep ‘trial and error’. Dari situlah semuanya belajar dan terlibat dalam
upaya ’mengharumkan nama’ organisasinya.
Tentu, apa yang telah diperbuat
oleh Gus Yoyok dapat menginspirasi semua organisasi relawan mitra SRPB Jawa
Timur. Akan lebih elok lagi jika Gus Yoyok berkenan berbagi cerita pengalaman ‘nggulo wentah’ organisasinya sehingga
bisa menebar aneka manfaat bagi sesama, bagi lingkungan.
Masalahnya adalah, apakah beliau
mau menyisihkan waktunya untuk berbagi dalam kemasan acara Arisan Ilmu Non
Rupiah, mengingat kesibukan beliau yang sangat padat untuk kemaslahatan umat
tanpa ada rehat. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/ndleming sendiri saat piket
kantor-KamisPahing-12112020]
tetap semangat Gus Yoyok mengabdi kepada negeri di bidang kebencanaan dan kemanusiaan menebar manfaat untuk sesama sebagai ladang pencarian pahala untuk bekal menghadap Tuhan Yang Maha Esa
BalasHapuskami semua rindu tausyiah njenengan Gus, agar kamibisa mengikuti jejak langkah kecil njenengan mengabdi kepada tugas-tugas kemanusiaan