Selasa, 10 November 2020

KETIKA RELAWAN HARUS MEMILIH

Kemarin, ketika saya mengikuti kegiatan “Capacity Building”, kegiatan yang digela itu, dalam rangka upaya peningkatan kapasitas SDM sekaligus mempererat tali silatirahmi antar karyawan. Salah satu materinya adalah ‘Fun Game’ yang disampaikan oleh salah satu komunitas penyedia jasa out bond.

Demi mematuhi protokol kesehatan, maka kegiatannya dilakukan di dalam ruangan Whiz Capsule Hotel Bromo, Kabupaten Probolinggo, Kamis - Jumat (5-6/11/2020). Namun semuanya tetap asik, suasananya menyenangkan, dan sarat makna tentang pentingnya sebuah kerjasama dalam mencapai tujuan bersama.

Salah satu nara sumbernya, sebut saja Mukidi, mengenakan kaos oren bertuliskan BNPB. Sementara topinya warna hitam ada logo BPBD kabupaten. (maaf, sesuai permintaan tidak perlu disebut nama Kabupatennya). Sebagai nara sumber, Mukidi begitu menguasai materi dan pandai membuat suasana menjadi segar sehingga semua peserta antusias mengikuti segala instruksinya.

“Mas Mukidi, kaosnya keren banget lho,” Ucap saya saat rehat kopi setelah permainan ‘Rantai Nama’ yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bikin heboh peserta.

“Hehe…kaos lama, waktu dulu masih aktif di kebencanaan sebagai relawan yang sering terlibat di dalam klaster pengungsian dan pendidikan. Sejak menikah saya konsentrasi bekerja sebagai outbonder, sesuai pengalaman yang saya miliki,” kata Mikidi.

“Tapi kalau ada bencana, sampiyan kan masih tetap melibatkan diri to, bersama relawan lain menolong korban bencana ?.”

“Biarlah yang muda-muda saja Pak. Era saya sudah berlalu, usiapun sudah tidak muda lagi. Sekarang waktunya bekerja membahagiakan keluarga,” Katanya lagi, tanpa ekspresi, namun penuh arti.

Mungkin pandangan Mukidi terhadap aktivitas kerelawanan itu benar jika relawan hanya dianggap sebagai ‘orang yang secara sukarela menyibukkan diri’ saat tanggap darurat saja. Dalam pandangan ini, sebagai ujung tombak penanggulangan bencana, kerja-kerja relawan hanya mengandalkan okol dan kekuatan tenaga semata. Padahal tidaklah demikian.

Dalam Perka nomor 17 tahun 2011 jelas disebutkan peran relawan dalam penanggulangan bencana ada di semua fase. Baik itu fase pra bencana, tanggap bencana dan pasca bencana. Relawan juga bisa memilih klaster yang sesuai dengan kebisaan dan kemampuannya.

Dalam Perka nomor 17 juga dikatakan bahwa Relawan Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disebut relawan, adalah seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana.

Dengan definisi di atas, jelas Mukidi adalah seorang relawan yang mumpuni. Punya kemampuan, kepedulian dan mau bekerja secara ikhlas tanpa mengharap imbalan demi menolong sesama. Ada guyonan yang mengatakan bahwa relawan itu sukses tidak dipuji, celaka malah dicaci, mati dalam tugas salah sendiri.

Namun, ketika Mukidi memilih untuk undur diri dari ‘kerja-kerja gratisan’ dengan alasan yang bersifat pribadi, kiranya patut dihargai, karena itu merupakan pilihannya sendiri. Apalagi tidak ada jaminan hidup dimasa tuanya nanti, selain dirinya sendiri.

Sungguh tidak lucu jika dimasa tuanya, relawan harus ‘di evakuasi’ oleh relawan, karena ketidak berdayaannya secara ekonomi. Rupanya Mukidi tahu risiko jika terlalu terlena terhadap kegiatan kemanusiaan dan abai terhadap masa depan keluarganya. Dan kini Mukidi telah memilih undur diri dari dunia relawan, rajin bekerja untuk keluarga dan masa tuanya.

“saran saya sampiyan ikut F-PRB saja. ilmu dan pengalaman sampiyan sangat berguna untuk diimbaskan kepada aktivis PRB lainnya sebagai ladang pahala sampiyan. Ilmu itu harus dibagikan, Jangan disimpan sendiri sampai mati.” Kata saya sok bijaksana (padahal ya cuma bijaksini saja bisanya).

Mukidi manggut-manggut mendengar ajakan saya untuk bergabung di Forum PRB. Belum sempat Mukidi bertanya tentang forum, saya katakan bahwa forum lebih banyak bermain di bidang edukasi, sosialisasi, advokasi dan konsultasi sesuai misinya yang memastikan pembangunan daerah berbasis PRB.

Forum juga memastikan kebijakan yang diambil dapat mengurangi risiko bencana saat ini, tidak menambah risiko bencana baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tangguh bencana, Serta memastikan bahwa BPBD dapat bersinergi dengan elemen pentahelix dalam upaya penanggulangan bencana.

“Terimakasih informasinya. Sangat menarik cerita sampiyan tentang forum. Tapi teman saya juga punya cerita bahwa aktornya sering bermain sendiri ketika ada rejeki atau ketika harus berebut rejeki. Sementara yang lainnya hanya pemain pembantu yang disibukkan dengan diskusi dan menterjemahkan program dalam sebuah aksi,” Kata mukidi datar.

“Hah….benarkah yang sampiyan katakan ? Jangan-jangan hanya kesalah pahaman belaka .” Kata saya terkejut tiba-tiba, karena baru tahu ada cerita yang kayak gitu. Karena, selama ini yang kutahu ceritanya baik-baik selalu.

“Benar tidaknya silahkan rasakan sendiri, karena sampiyan yang menjalani. Sementara saya memilih bekerja untuk keluarga. ingat ya Pak, jalan dharma itu tidak hanya menjadi relawan kemanusiaan saja. masih banyak cara mengabdi untuk kehidupan.” Pungkasnya.

Saya masih merenungkan ucapannya sambil nyruput kopi. Sementara Mukidi sudah teriak-teriak mengajak peserta untuk kembali bermain. Masing-masing kelompok disuruh menyusun yel-yel kelompok. Mukidi sangat menikmati profesinya. Tampaknya dia sudah memilih untuk alih profesi, dari relawan menjadi karyawan. sedangkan saya yang karyawan sedang membangun mimpi tentang betapa mulianya kerja-kerja sebagai relawan. Wallahu a’lam bishowab [eBas/nDleming seloso bengi-10112020]  

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

3 komentar:

  1. kata Ki Rebo, relawan itu baagian yg rela2 saja. artinya yg bisa dikerjakan semampunya, dan relawan itu hanya pemeran pembantu dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana. aktornya ya BPBD dengan segala komponennya. seperti TRC, agen bencana dan sejenisnya yg dibentuk dengan anggarannya.
    dalam berkegiatan relawan juga harus tetap berkoordinasi dengan BPBD. jangan bermain sendiri walau punya dana besar, sarpras lengkap dan SDM yg hebat, karena aturannya memang begitu.

    BalasHapus
  2. Nah, nah nah, kalau no respon bagaimana

    BalasHapus
  3. sahabat relawan semua saja dimana saja, salam sehat salam tangguh salam kemanusiaan

    ingatlah bahwa kehidupan itu terus berputar ke depan tanpa jeda, terus bergulir sampai nanti berakhir.
    untuk itu siapkanlah diri kawan2 dalam mencari bekal hidup disini dan juga disana nanti.
    bolehkan kawan2 aktif memberi pertolongan kepada sesama namun jangan lupa mensejahterakan keluarga. itulah yang utama.
    maka pandai-pandailah kawan2 membagi waktu. kapan harus membantu sesama dan kapan harus ngurusi keluarga, jangan sampai terluka fisiknya juga psikisnya.

    ingat keberhasilan relawan dalam tugas itu tidak ada yang memuji,
    tapi
    kegagalan relawan dalam tugas akan banyak yang memaki
    dan kalau pun relawan mati dalam tugas itu tidak ada yang peduli bahkan ada yang tega bilang salah sendiri

    mari kita renungkan, sampai kapankah kita akan terus mengabdi kepada tugas-tugas kemanusiaan yang penuh risiko ini ?

    BalasHapus