Kemarin, ketika saya mengikuti
kegiatan “Capacity Building”, kegiatan yang digela itu, dalam rangka upaya peningkatan kapasitas SDM
sekaligus mempererat tali silatirahmi antar karyawan. Salah satu materinya
adalah ‘Fun Game’ yang disampaikan oleh salah satu komunitas penyedia jasa out
bond.
Demi mematuhi protokol kesehatan,
maka kegiatannya dilakukan di dalam ruangan Whiz Capsule Hotel Bromo, Kabupaten Probolinggo, Kamis - Jumat (5-6/11/2020). Namun semuanya tetap asik, suasananya
menyenangkan, dan sarat makna tentang pentingnya sebuah kerjasama dalam
mencapai tujuan bersama.
Salah satu nara sumbernya, sebut
saja Mukidi, mengenakan kaos oren bertuliskan BNPB. Sementara topinya warna
hitam ada logo BPBD kabupaten. (maaf, sesuai permintaan tidak perlu disebut
nama Kabupatennya). Sebagai nara sumber, Mukidi begitu menguasai materi dan
pandai membuat suasana menjadi segar sehingga semua peserta antusias mengikuti
segala instruksinya.
“Mas Mukidi, kaosnya keren banget
lho,” Ucap saya saat rehat kopi setelah permainan ‘Rantai Nama’ yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bikin
heboh peserta.
“Hehe…kaos lama, waktu dulu masih
aktif di kebencanaan sebagai relawan yang sering terlibat di dalam klaster pengungsian
dan pendidikan. Sejak menikah saya konsentrasi bekerja sebagai outbonder,
sesuai pengalaman yang saya miliki,” kata Mikidi.
“Tapi kalau ada bencana, sampiyan
kan masih tetap melibatkan diri to, bersama relawan lain menolong korban
bencana ?.”
“Biarlah yang muda-muda saja Pak.
Era saya sudah berlalu, usiapun sudah tidak muda lagi. Sekarang waktunya
bekerja membahagiakan keluarga,” Katanya lagi, tanpa ekspresi, namun penuh arti.
Mungkin pandangan Mukidi terhadap
aktivitas kerelawanan itu benar jika relawan hanya dianggap sebagai ‘orang yang secara sukarela menyibukkan diri’
saat tanggap darurat saja. Dalam pandangan ini, sebagai ujung tombak
penanggulangan bencana, kerja-kerja relawan hanya mengandalkan okol dan
kekuatan tenaga semata. Padahal tidaklah demikian.
Dalam Perka nomor 17 tahun 2011
jelas disebutkan peran relawan dalam penanggulangan bencana ada di semua fase. Baik
itu fase pra bencana, tanggap bencana dan pasca bencana. Relawan juga bisa
memilih klaster yang sesuai dengan kebisaan dan kemampuannya.
Dalam Perka nomor 17 juga dikatakan bahwa Relawan Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disebut relawan, adalah
seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan kepedulian untuk
bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana.
Dengan definisi di atas, jelas
Mukidi adalah seorang relawan yang mumpuni. Punya kemampuan, kepedulian dan mau
bekerja secara ikhlas tanpa mengharap imbalan demi menolong sesama. Ada guyonan
yang mengatakan bahwa relawan itu sukses tidak dipuji, celaka malah dicaci,
mati dalam tugas salah sendiri.
Namun, ketika Mukidi memilih
untuk undur diri dari ‘kerja-kerja
gratisan’ dengan alasan yang bersifat pribadi, kiranya patut dihargai,
karena itu merupakan pilihannya sendiri. Apalagi tidak ada jaminan hidup dimasa
tuanya nanti, selain dirinya sendiri.
Sungguh tidak lucu jika dimasa
tuanya, relawan harus ‘di evakuasi’ oleh
relawan, karena ketidak berdayaannya secara ekonomi. Rupanya Mukidi tahu risiko
jika terlalu terlena terhadap kegiatan kemanusiaan dan abai terhadap masa depan
keluarganya. Dan kini Mukidi telah memilih undur diri dari dunia relawan, rajin
bekerja untuk keluarga dan masa tuanya.
“saran saya sampiyan ikut F-PRB
saja. ilmu dan pengalaman sampiyan sangat berguna untuk diimbaskan kepada
aktivis PRB lainnya sebagai ladang pahala sampiyan. Ilmu itu harus dibagikan, Jangan
disimpan sendiri sampai mati.” Kata saya sok bijaksana (padahal ya cuma bijaksini
saja bisanya).
Mukidi manggut-manggut mendengar
ajakan saya untuk bergabung di Forum PRB. Belum sempat Mukidi bertanya tentang
forum, saya katakan bahwa forum lebih banyak bermain di bidang edukasi,
sosialisasi, advokasi dan konsultasi sesuai misinya yang memastikan pembangunan
daerah berbasis PRB.
Forum juga memastikan kebijakan
yang diambil dapat mengurangi risiko bencana saat ini, tidak menambah risiko
bencana baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tangguh bencana,
Serta memastikan bahwa BPBD dapat bersinergi dengan elemen pentahelix dalam
upaya penanggulangan bencana.
“Terimakasih informasinya. Sangat
menarik cerita sampiyan tentang forum. Tapi teman saya juga punya cerita bahwa
aktornya sering bermain sendiri ketika ada rejeki atau ketika harus berebut rejeki. Sementara yang lainnya hanya
pemain pembantu yang disibukkan dengan diskusi dan menterjemahkan program dalam
sebuah aksi,” Kata mukidi datar.
“Hah….benarkah yang sampiyan katakan
? Jangan-jangan hanya kesalah pahaman belaka .” Kata saya terkejut tiba-tiba, karena baru tahu ada cerita yang kayak gitu. Karena,
selama ini yang kutahu ceritanya baik-baik selalu.
“Benar tidaknya silahkan rasakan
sendiri, karena sampiyan yang menjalani. Sementara saya memilih bekerja untuk
keluarga. ingat ya Pak, jalan dharma itu tidak hanya menjadi relawan
kemanusiaan saja. masih banyak cara mengabdi untuk kehidupan.” Pungkasnya.
Saya masih merenungkan ucapannya
sambil nyruput kopi. Sementara Mukidi sudah teriak-teriak mengajak peserta
untuk kembali bermain. Masing-masing kelompok disuruh menyusun yel-yel
kelompok. Mukidi sangat menikmati profesinya. Tampaknya dia sudah memilih untuk
alih profesi, dari relawan menjadi karyawan. sedangkan saya yang karyawan sedang membangun mimpi tentang betapa mulianya kerja-kerja sebagai relawan. Wallahu a’lam bishowab
[eBas/nDleming seloso bengi-10112020]
kata Ki Rebo, relawan itu baagian yg rela2 saja. artinya yg bisa dikerjakan semampunya, dan relawan itu hanya pemeran pembantu dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana. aktornya ya BPBD dengan segala komponennya. seperti TRC, agen bencana dan sejenisnya yg dibentuk dengan anggarannya.
BalasHapusdalam berkegiatan relawan juga harus tetap berkoordinasi dengan BPBD. jangan bermain sendiri walau punya dana besar, sarpras lengkap dan SDM yg hebat, karena aturannya memang begitu.
Nah, nah nah, kalau no respon bagaimana
BalasHapussahabat relawan semua saja dimana saja, salam sehat salam tangguh salam kemanusiaan
BalasHapusingatlah bahwa kehidupan itu terus berputar ke depan tanpa jeda, terus bergulir sampai nanti berakhir.
untuk itu siapkanlah diri kawan2 dalam mencari bekal hidup disini dan juga disana nanti.
bolehkan kawan2 aktif memberi pertolongan kepada sesama namun jangan lupa mensejahterakan keluarga. itulah yang utama.
maka pandai-pandailah kawan2 membagi waktu. kapan harus membantu sesama dan kapan harus ngurusi keluarga, jangan sampai terluka fisiknya juga psikisnya.
ingat keberhasilan relawan dalam tugas itu tidak ada yang memuji,
tapi
kegagalan relawan dalam tugas akan banyak yang memaki
dan kalau pun relawan mati dalam tugas itu tidak ada yang peduli bahkan ada yang tega bilang salah sendiri
mari kita renungkan, sampai kapankah kita akan terus mengabdi kepada tugas-tugas kemanusiaan yang penuh risiko ini ?