Pantesan mayoritas peserta didik
masih awam terhadap keberadaan satuan pendidikan aman bencana (SPAB). Ini terjadi
karena pejabat pendidikan di berbagai tingkatan, juga masih jarang yang mengenal
adanya SPAB. Sehingga wajar jika ada relawan yang menawarkan sosialisasi SPAB
ke sekolah, ditolak oleh pendidik dan kepala sekolah dengan berbagai alasan.
Hari ini, Rabu pon (18/11/2020),
ada pernyataan langsung dari seorang pengawas sekolah tentang ketidak tahuannya
akan keberadaan SPAB. Tahunya hanya kegiatan pramuka sebagai program kokurikuler
dan PMI yang identik dengan membagikan kupon sumbangan suka rela ke sokolah.
Pernyataan ini keluar saat si
pengawas dari dinas pendidikan disuruh panitia menyampaikan komentarnya atas
penyelenggaraan “Workshop Kesiapsiagaan Bidang Kesehatan Provinsi Jawa Timur”
yang berlangsung di Hotel Grand Dafam signature, Surabaya.
Si pengawas itu juga tidak tahu dinas
pendidikan harus berbuat apa untuk berpartisipasi dalam masalah kebencanaan. Dia
minta masukan dan saran harus melakukan apa agar anak didik (dan pendidik)
paham akan upaya pengurangan risiko bencana. selama ini beliau hanya sering
dimintai tolong pemda memobilisasi peserta didik untuk kegiatan kerja bakti massal
dan sejenisnya yang sifatnya seremonial.
Ya, si pengewas itu telah berkata
jujur, bahwa dia tidak tahu apa yang harus dilakukan oleh dinas pendidikan
terkait dengan upaya penanggulangan bencana. Nyatanya memang begitu. Sekolah tampaknya
tidak mau menambah materi kebencanaan dalam pembelajarannya, dengan alasan
kurikulumnya sudah sangat membebani peserta didik.
Penulis jadi ingat, saat mencoba menawarkan
kegiatan sosialisasi SPAB ke sebuah sekolah, dalam rangka memperkaya kegiatan
kokurikuler secara gratis. Karena ketidak tahuannya, Kepala sekolah menolak
halus dengan sedikit bingung.
“Silahkan konsultasi dulu dengan
pimpinan kami di dinas pendidikan atau pejabat pengawas sekolah, kami takut
salah dan disalahkan. Maklumlah kami hanya pelaksana,” Begitulah kata Kepala
Sekolah.
Tampaknya si pengawas ini juga
tidak tahu tentang Surat Edaran Setjen kemdikbud nomor 15 tahun 2020, tentang
pedoman penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran
Covid-19. Dimana di dalamnya ada petunujuk membentuk tim siaga darurat untuk
penanganan covid-19 di satuan pendidikan.
Dalam surat edaran itu juga ada ‘arahan’
untuk memberikan pembekalan mengenai tugas dan tanggungjawab kepada tim, dan
berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan/atau gugus tugas penanganan Covid-19
setempat dan/atau fasilitas kesehatan/rujukan penanganan Covid-19 terdekat.
Sungguh, Workshop yang
diselenggarakan Dinas Kesehatan provinsi Jawa Timur ini, kiranya perlu ada
tindak lanjutnya dalam rangka membangun sinergi pentahelix untuk membantu
pemerintah mengurangi risiko bencana berbasis komunitas seperti yang
diamanatkan dalam Kerangka Kerja Sendai 2015-2030. Diantaranya, ada 4 prioritas
aksi. Yaitu, memahami risiko bencana, Memperkuat tata kelola risiko bencana dan
manajemen risiko bencana, Investasi dalam pengurangan risiko bencana untuk
ketangguhan, dan Meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon yang efektif
dan untuk “Build Back Better” dalam
pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Ya, sinergi pentahelix ini harus
dibangun agar tidak ada lagi pejabat terkait (dalam hal ini pengawas) yang
tidak tahu bahwa lembaganya terlibat dalam penanggulangan bencana. sekaligus
mengikis rasa egosektoral diantara para aktornya. Caranya?. Sering digelar
acara ‘jagongan’ seperti ini. Tempatnya
tidak harus di Hotel Dafam, tapi bisa dimana saja, yang penting representatif
dan ada kopinya. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/RabuPon-18112020]
Satuan pendidikan aman bencana (SPAB) adalah satuan pendidikan yang menerapkan standar sarana dan prasarana yang aman dan memiliki budaya keselamatan yang mampu melindungi warganya dari bahaya bencana. Merujuk pada konsep “comprehensif safe school”, satuan pendidikan aman bencana terdiri atas tiga pilar: pilar 1 mengenai fasilitas belajar yang aman, pilar 2 mengenai manajemen penanggulangan bencana di sekolah, pilar 3 mengenai pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana.
BalasHapusJujur kacang ijo,,
BalasHapusBloko suto,,
Opo,,,,,
Epok2 gak mudeng,, 😀😀😀😀😀😀
mari kita tindak lanjuti ucapan ibu pengawas kemarin yg siap berdialog dengan relawan terkait dengan SPAB untuk kemudian berkenan memberi rekomendasi agar relawan diijinkan masuk ke sekolah mensosialisasikan SPAB. waktunya bisa diatyur saat giat kokurikuler (disispkan di giat pramuka atao yg lain).
BalasHapussemoga ibu pengawas juga berkenan melaporkan ke kepala dinas dan pengawas yg lain agar mereka lebih perhatian kepada masalah PRB sebagai investasi ketangguhan bangsa menghadapi bencana
melok belajar
BalasHapusmelok belajar
BalasHapus