Kamis, 06 Mei 2021

DARI SENTUL BERBAGI PENGALAMAN

“Mohon diperbanyak lagi relawan yang direkrut menjadi fasilitator Destana maupun fasilitator SPAB, agar tidak diborong oleh orang yang itu-itu saja. Sehingga seolah menjadi matapencaharian saja. Bagaimana jika dari lembaga/komunitas relawan melakukan fasilitasi Destana maupun SPAB secara gratis sesuai standar BNPB, apakah hasilnya juga bisa diakui oleh BNPB?.”.

Pertanyaan sekaligus harapan itu muncul dalam kegiatan webinar yang diselenggarakan oleh Pusdiklat PB BNPB, selasa (04/05/2021), dengan topik, Dari Sentul Kita Sharing. Program baru ini digelar BNPB dalam rangka berbagi pengalaman penanganan bencana di berbagai daerah di Indonesia.

Kali ini yang diceritakan adalah penanganan bencana gempa di Malang Selatan beberapa waktu yang lalu. Dimana, saat terjadi gempa, daerah yang terdampak selain Kabupaten Malang adalah Kabupaten Lumajang, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Blitar. Sementara daerah lain hanya merasakan goyangannya saja.

Saat pemateri memaparkan presentasinya, di kolon chat sudah penuh dengan aneka pertanyaan. Termasuk tanya daftar hadir, materi dan sertifikat webinar. Ya, maklum dimasa pandemi ini semua lagi demam webinar untuk mengkoleksi sertifikatnya.

Juga muncul pengakuan dari pejabat BPBD Kabupaten Malang, tentang Konsep SKPBD yang belum berjalan karena kendala SDM, serta dokumen renkon yang diaktivasi menjadi renop itu malah memunculkan kesan ketidak siapan dalam menangani bencana.

Sementara itu, relawan masih banyak yang datang belum daftar dan laporan ke desh relawan. Mereka berfikir, yang penting langsung bekerja di lokasi membantu sesama. Mungkin selama ini relawan belum tahu manfaat data keberadaannya. Sedangkan pengelola desk relawan pun, konon juga masih sibuk melakukan pendataan relawan di lokasi, dan belum memberi info setiap pergerakan relawan di lokasi.

Di sisi lain, banyaknya rombongan tamu pejabat ke lokasi melihat kerusakan dan korban bencana sambil membagikan bingkisan, yang dilanjutkan dengan saling berfoto untuk bukti fisik, ternyata menjadi masalah sendiri bagi BPBD setempat.

Bahkan sering kali terjadi, masing-masing OPD datang sendiri membagikan bantuan, kemudian balik kanan setelah foto bersama tanpa memberitahu BPBD sebagai penguasa Pos Komando. Ini menandakan bahwa ego sektoral itu masih ada diantara OPD. Belum ada sinergitas seperti yang sering diomongkan dalam rapat.

Sungguh, webinar ini sangat bermanfaat untuk kawan-kawan di Pusdiklat Penanggulangan Bencana, sebagai bahan masukan untuk penyusunan kebijakan dan program yang bersentuhan langsung dengan permasalahan di atas. Termasuk pertanyaan di awal tulisan ini.

Begitu juga dengan pengurus forum, hendaknya bisa segera melaksanakan (mensosialisasikan) ke lembaga terkait, tentang misi forum yang berbunyi, memastikan kelembagaan penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik, antara BPBD dengan OPD, antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan lembaga usaha. Ini penting untuk membongkar ego sektoral dalam penanganan bencana.

Tidak ada salahnya jika forum segera mensikapi pertanyaan di atas dalam rapat pengurus sebagai upaya mencari solusi. Paling tidak,  bisa dijadikan agenda bimbingan teknis kepada “helix-helix” dari pentahelix yang tergabung dalam forum. Dengan demikian, semua anggota forum akan merasa diperhatikan. Agar tidak muncul dugaan yang bukan bukan.

Jika memungkinkan, kata anggota forum yang lebih banyak diam, sambil nyimak grup, sebenarnya forum bisa membagi tugas kepada anggotanya, di wilayah masing-masing untuk menggarap program yang disepakati. Caranya, kumpulkan semua, bikin konsepnya, standarkan biar satu bahasa, tentukan target, kerjakan, monitoring, dan lakukan evaluasi.

Apa yang dikatakan oleh anggota forum yang malas berkomentar di grup itu, tampaknya sederhana. Tapi ternyata tidaklah mudah. banyak faktor yang menjadai kendala. Waktu dan sangu merupakan kendala laten yang sulit diajak kompromi.

Ketika seseorang diberi kesempatan untuk tampil, namun ternyata terkendala waktu atau sangu, maka kesempatan itu otomatis diambil mereka yang punya waktu (dan tentunya sangu). Jadi, kalau kemudian yang muncul hanya orang-orang itu saja, ya harus dimaklumi, karena memang dialah yang mampu berkompromi dengan waktu dan sangu”.

Semoga acara ‘Dari Sentul Kita Sharing” yang diadakan oleh Pusdiklat PB BNPB akan membawa perubahan dalam penanganan bencana dikemudian hari. Semoga masukan dan komentar yang banyak berseliweran itu menjadi pembelajaran bagi semuanya untuk kemudian ditindak lanjuti dengan upaya nyata. Salam tangguh, salam kemanusiaan. [eBas/JumatPon-07052021]

 

 

 

6 komentar:

  1. tetap sehat tetap semangat dalam menjalani takdir kehidupan bekerja untuk kemanusiaan secara sukarela sesuai panggilan nurani.

    namun ingat pesan mas Yeka rpa.
    dalam upaya penanggulangan bencana,
    relawan itu pemain pembantu dan pemain utamanya adalah bnpb/bpbd
    jangan dibalik.

    karena aturannya memang begitu
    termasuk harus berkoordinasi dengan bnpb/bpbd yang diberi mandat oleh negara melalui UU 24 tahun 2007 "ngurusi" kebencanaan

    salam tangguh salam kemanusiaan
    terus belajar bersama saling menginspirasi
    Tuhan bersama orang2 pemberani

    BalasHapus
  2. Terimakasih masukan dari mas Yudha seorang fasdes yg mengingatkan penulis ttg falsafah pohon sbg analogi sebuah organisasi yg kuat saling menguatkan utk kebermanfaatan semesta

    BalasHapus
  3. Terimakasih masukan dari mas Yudha seorang fasdes yg mengingatkan penulis ttg falsafah pohon sbg analogi sebuah organisasi yg kuat saling menguatkan utk kebermanfaatan semesta

    BalasHapus
  4. Sebuah organisasi akan besar jika saling mendukung dan tidak saling memanfaatkan

    BalasHapus
  5. setuju... harus saling mendukung...
    tapi bagaimana jika yg didukung menutup diri dari dukungan...atau memilih dukungan tertentu saja...

    BalasHapus
  6. Berorganisasi itu tidak mudah karna semua program yg akan dijalankan itu harus dibahas lewat rapat pengurus. Bukan langsung diputuskan oleh bbrp pengurus saja yg mengatas namakan organisasi .....
    Karena lelaku yg demikian akan melemahkan semangat

    Mari kita belajar berorganisasi
    terus belajar dan berproses

    BalasHapus