Sepulang dari rumah Pakdhe Kopros, aku mencoba japri Mas
Didik untuk bertanya tentang kepemimpinan model sapalibatisme. Ya istilah
sapalibatisme ini muncul saat jagongan dengan Pakdhe Kopros sambil nyruput kopi
rempah yang rasanya agak menyengat hangat.
Alhamdulillah, Mas Didik membalas ‘japrianku’
dengan panjang lebar. Dia bilang, Sapalibatisme itu
menurutku Bergerak bersama, kan prinsipnya masing-masing diberi ruang bermain sesuai mandat dan kapasitasnya,
“Sebagai contoh sederhana, ya blok mesin itu, dimana masing-masing spare part bergerak untuk mendinamisir energi yang bisa dihasilkan oleh 1 unit blok
mesin,” Katanya memberi contoh.
Sementara, Kata temannya Pakdhe kopros, langkah
kepemimpinan sapalibatisme, harus bermula, berangkat, dan
berasal dari pihak yang
paling mempunyai kuasa dalam urusan kebencanaan. Merekalah yang
seharusnya “menyapa
dan melibatkan" berbagai pihak (pentahelix) dalam penanggulangan bencana.
Siapa dia ?. Jelas pemerintah. Dalam hal ini BNPB dan
BPBD yang diberi kuasa mengamalkan UU nomor 24 tahun 2007. Sementara forum, sesuai
dengan visinya diharapkan turut memastikan anggaran penanggulangan bencana
cukup digunakan dalam penanggulangan bencana sesuai dengan risiko bencana di
daerahnya.
Dalam japrinya, Mas Didik bilang bahwa, Sapalibatisme
itu punya prasyarat. Yaitu, masing-masing pihak diberi peran sesuai proses
bisnis yang
disepakati para pihak, serta kapasitasnya,
agar tidak tumpang tindih peran yang mengesankan rebutan peran.
Jika masing-masing pihak sudah mau duduk bersama, selanjutnya mereka bersama menata
peran dan posisi masing-masing,
sehingga masing-masing ‘puzzle’ bisa menyajikan gambaran yang utuh.
Menata
peran (tata laksana/proses bisnis), itu harus dilakukan secara dialogis partisipatoris,
agar masing-masing
pihak tidak mengganggu,
atau malah melumpuhkan fungsi pihak lain.
Disinilah letak kesulitannya.
Dengan kata lain, Forum dapat dimaknai sebagai wadah diskusi
untuk mencari
titik temu atau kesepakatan dari berbagai ide/gagasan/pandangan berdasarkan
turunan dari regulasi, maupun
pengetahuan dan pengalaman nyata di daerah.
Dari situ kemudian ada upaya mewujudkannya
(dimulai dari membuat rencana, mengorganisir, mengkoordinasikan,
mengimplementasikan, mengontrol
atau mengevaluasi) dalam rangka menggapai suatu kondisi
yang lebih baik sesuai tujuan bersama.
“Pertanyaannya sekarang adalah, Forum PRB mau ngapain ke depan?
Jawabannya akan menentukan pemilihan strategi dan arah ke depan FPRB,” Kata Mas Didik menggelitik.
Aku diam saja karena memang tidak bisa menjawab. Mas
Didik pun juga tidak memberikan jawaban solutif. Bahkan dia ngajak membayangkan
Forum PRB
sebagai sebuah keluarga yang kita ada di dalamnya. Kira-kira apa
yang kita
harapkan dari keluarga tersebut ke depan?. Bagaimana cara agar bisa memberikan manfaat yang sebesar besarnya untuk lingkungan dan wilayahnya.
Untuk itu, masih menurut Mas Didik, keberadaan forum
harus bisa memberi manfaat kepada semua elemen yang terlibat di dalamnya, termasuk teman-teman komunitas di kawasan rawan
bencana, yang menjadi orang pertama
sibuk ketika bencana melanda wilayahnya.
Aku menyimak segala gagasan Mas Didik dalam postingannya,
sambil berkomentar di grup whatsapp sebelah yang membahas masalah tarik ulur RUU
Penanggulangan Bencana.
Mungkin, upaya berbagi peran itu karena masing-masing pihak mempunyai keterbatasan, jadi harus berkolaborasi yang win-win solution dari semua aktor untuk menemukan kesepahaman dalam
gerak. Artinya, semua aktor harus memiliki kesamaan dan kesetaraan dalam
melihat masalah.
Menurut pria yang pernah tinggal di Surabaya ini, Biasanya,
para pihak yang akan dilibatkan selalu mengajukan pertanyaan, benefit apa yang bisa mereka peroleh. Benefit
ini nggak harus melulu tentang financial, tetapi bisa perluasan jejaring, peningkatan
pengetahuan, status sosial dari
individu komunitas dan sebagainya.
“Nah, benefit itulah yang harus dipastikan diterima
oleh para pihak. Bisa nggak forum
memberikannya?. Strateginya adalah dengan mengajak dan melibatkan untuk membagi
sumberdaya, pemberian kewenangan kepada anggota sesuai nilai dan prinsip yang
telah disepakati Bersama,” Ujarnya.
Mungkin, yang perlu diperjelas oleh Mas Didik adalah
pemberian kewenangan kepada anggota sesuai nilai dan prinsip yang disepakati.
Apalagi saat ini juga muncul isue tentang perlunya Konvergensi
PRB dan API (Adaptasi Perubahan Iklim).
Tidak ada salahnya jika forum PRB juga mulai mengadakan edukasi
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat
agar mampu melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim. Hal ini sejalan dengan visi forum yang memastikan
pemberdayaan masyarakat dilakukan di daerah dalam membangun ketangguhan
terhadap bencana. Termasuk dalam hal adaptasi perubahan iklim (mungkin lho ya,
red).
Yang jelas, Forum PRB itu sama sekali bukan forum relawan.
Forum PRB yang terdiri dari elemen
pentahelix itu diantaranya punya peran mendorong agar pengurangan risiko bencana sebagai basis pertimbangan pemda dalam menyusun RPJMD yang kemudian dituangkan dalam RAPBD.
Hal ini (mungkin) terkait dengan salah satu visi forum
yang berbunyi, memastikan kebijakan yang diambil dapat mengurangi risiko
bencana saat ini, tidak menambah risiko bencana baru, dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Namun, peran bergengsi ini tidak mudah dilaksanakan.
Sungguh, tidak ada ruginya berkomunikasi dengan Mas Didik
lewat japri. Dia kaya ilmu, dan wawasannya tentang kebencanaan sangat luas
sekali. Dia juga sangat menguasai semua regulasi yang melatari aturan main
penanganan bencana. ‘Wis talah’ pokoknya gak rugi nyantrik ke Mas Didik,
yang tidak pelit untuk berbagi info.
“Matur nuwun Mas Didik atas segala informasinya, dan
jangan bosan-bosan memberi arahan dan berbagi informasi kepadaku yang gak
pinter-pinter ini,” Kataku sambil menahan kantuk.
“siap mas,” Jawabnya singkat menutup cerita tentang
sapalibatisme, yang dikaitkan dengan peran forum pengurangan risiko bencana.
[eBas/SelasaWage-18052021, sumber: 87% japrian dari mas Didik]
selalu belajar dan terus belajar menambah wawasan saling tuka informasi untuk selalu berbagi dan menginspirasi bagi sesama. siapa tahu info yang sederhana itu bisa diduplikasi bahkan diadopsi di daerah lain demi sebuah perubahan yang semakin baik.
BalasHapussalam tangguh salam kemanusiaan
selalu sehat dan tetap semangat menebar virus PRB dan API
*:::UNDANGAN:::*
BalasHapusKepada Pegiat Kemanusiaan di Seluruh Indonesia,
Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) mengundang bapak/ibu/pemuda/profesional muda/relawan/media/akademisi/praktisi/lembaga usaha pada acara Webinar dengan *Tema: Ada Apa Dengan* *#SaveBNPB ?*
*Prolog*
Tarik ulur penguatan kelembagaan BNPB sampai dengan saat ini masih terus bergulir, khususnya memasuki tahap finalisasi Revisi UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana. Ada pihak yang menghendaki bahwa tidak perlu mencantumkan nama BNPB dalam revisi UU 24/2007 dengan alasan lebih adaptif dan responsif dengan situasi yang ada.
Namun tidak sedikit para pegiat kemanusian di negeri ini yang bersuara, termasuk para legislator di Senayan yang sangat merekomendasikan agar BNPB tetap disebut dan dipertahankan dalam revisi UU 24/2007. Mengingat sudah banyak kiprah dan prestasi yang diukir oleh BNPB dalam penanggulangan bencana baik pada level nasional maupun internasional.
Beberpa waktu yang lalu hampir semua elemen kemanusiaan di tanah air menggaungkan #SaveBNPB -Don't Setback to Zero- namun dalam kurun waktu terakhir 'perdebatan' tentang kelembagaan BNPB dalam revisi UU 24/2007 menyeruak kembali. Ada apa ini sebenarnya? Apa yang mendasarinya? untuk itu kita perlu mendiskusikan dalam tajuk “Ada Apa Dengan #SaveBNPB”
*Waktu:*
Rabu, 19 Mei 2021
Pukul 15: 00 WIB
*Sambutan Pembuka:*
Dr. Harkunti P Rahayu
Ketua Umum
Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia
IABI
*Keynote:*
KH. BUKHORI, L.C., M.A
Anggota DPR Komisi VIII Fraksi PKS
*Narasumber:*
1. Hening Parlan (Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia)
2. Revanche Jefrizal (Yayasan Pengurangan Risiko Bencana)
3. Dr Moch Fauzie Said MSi (Ketua IABI Jawa Timur)
4. Kaharuddin Muji, SE (Direktur Eksekutif WaKIL Foundation)
5. Onesimus Kambu (Forum Pecinta Sungai Papua Barat)
*Penanggap:*
1. Mizan B F Bisri, PhD (Ketua U-Inspire Indonesia)
2. Budi Santoso, S.Psi. M.K.M (Ketua DIvisi PRB & Kesiapsiagaan MDMC PP Muhammadiyah)
3. Katno Hadi (Ketua Umum Senkom Mitra Polri)
4. M Ali Yusuf (Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdatul Ulama)
5. Gede S, S. Sos, M. Si (Ketua Harian Forum PRB Provinsi Bali)
*Moderator:*
Dr. Hendro Wardhono, MSi
Wakil Ketua IV Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia
IABI
*Host:*
Tasril Mulyadi
Co Leader
Advocacy&Outreach Working Group
U-Inspire Indonesia
*Mari Bergabung melalui Zoom*
http://bit.ly/AADSaveBNPB
Meeting ID: 853 3409 7723
Passcode: #saveBNPB