Jumat, 14 Mei 2021

FORUM PRB, VISI DAN PERANNYA

Sepulang dari nyantrik di Joglo Kadiren, Sedati, Sidoarjo, mampir dulu di rumahnya Pakdhe Kopros, minta segalon air hujan. Kemudian menyempatkan beli nasi goreng untuk jaga-jaga, siapa tahu tengah malam nglilir karena lapar. Alhamdulillah tidak ada penyesuaian harga pasca lebaran. Tetap sebelas ribu.

Hasil nyantrik segera ‘diramesi’ untuk di share di grup WhatsApp khusus pengurus forum, sebagai upaya memantik diskusi membahas bagaimana to sebenarnya peran dan fungsi forum itu ?.

Harapannya jelas, agar forum tidak terlena berkegiatan yang bukan maqomnya. Termasuk bisa benar-benar menampakkan sinergi pentahelix dalam kegiatannya sebagai mitra BPBD, sesuai mandat UU 24 tahun 2007 dan PP 21 tahun 2008.

Salah satu pemantik yang aku coba sodorkan adalah laporan relawan Provinsi Bali yang mengadakan kegiatan lokakarya penyusunan pedoman organisasi forum relawan pengurangan risiko bencana.

Hasilnya, diantaranya adalah tersusunnya SOP Organisasi dan dirubahnya nama dari FPRB menjadi Forum Relawan Penanggulangan Bencana. Alasannya kegiatannya menjadi lebih luas, sejak pra bencana, tanggap bencana dan pasca bencana,

Rupanya isue yang aku sodorkan kurang menarik. Sehingga cukup dijawab, Kita gak perlu niru mereka nanti malah rancu. Sementara Cak Chusairi, dosen Unair bilang, bahwa yang penting organisasi itu sebaiknya jangan luas bidang kegiatannya, tapi luas kegiatannya saja meski mungkin bidangnya nggak terlalu luas.

Sambil ngemil jajan lebaran, aku coba menggiring pernyataannya Cak Chusairi dengan mengangkat isue tentang visi forum yang meliputiFPRB memiliki Visi: 1) Memastikan Pembangunan Daerah Berbasis Pengurangan Risiko Bencana. 2) Memastikan kebijakan yang diambil dapat mengurangi risiko bencana saat ini, tidak menambah risiko bencana baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 3) Memastikan kelembagaan penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik, antara BPBD  dengan OPD, antara pemerintah daerah dengan masyarakat dan lembaga usaha. 4) Memastikan anggaran penanggulangan bencana cukup digunakan dalam penanggulangann bencana sesuai dengan risiko bencana di daerahnya. 5) Memastikan pemberdayaan masyarakat  dilakukan di daerah dalam membangun ketangguhan terhadap bencana, dan 6) Memastikan 7 Objek Ketangguhan : Rumah/Hunian, Sekolah/Madrasah, Puskesmas/RS, Pasar, Rumah Ibadah, Kantor, dan Prarasana Vital.

Rupanya, postinganku di atas menarik perhatian mas Didik, yang dulu aktif di AIFDR. Konon, dia jadi ingat jaman memfasilitasi Tim 9 yang diberi mandat untuk fasilitasi pelaksanaan mubes FPRB Jatim 1,

Dimana waktu itu FPRB Jatim dibayangkan sebagai rumah besar yang disokong oleh keberadaan forum-forum tematik (CSO, CBO, perguruan tinggi, jurnalis, dunia usaha dll), nampaknya kawan2 perlu "menyapa" lagi forum tematik perguruan tinggi, forum CSR, forum jurnalis agar semakin gayeng ke depan

“Kangen dengar kabar dari temen-teman sampoerna foundation, petrokimia gresik, gas negara dan lainnya yang turut sibuk saat itu,” Katanya.

Aku juga bilang bahwa aku Kangen abah Wazir pasanganku piket mbiyen. Kira-kira uang denda piket dulu disimpan dimana ya?. Tidak ada yang menjawab. Mungkin semua sudah lupa.

Sebagai tombo kangen sekaligus nostalgia, Mas Didik juga memposting hasil laporan mubes pembentukan forum prb tahun 2013. Salah satu nasehat penting yang disampaikan oleh wakil dari BPBD Provinsi Jawa Timur adalah, Para pihak pelaku penanggulangan bencana yang ada di Jawa Timur memiliki beragam ketrampilan dan kapasitas, dimana tentunya hal tersebut memberikan manfaat yang baik ketika para pelaku/pemangku kepentingan melaksanakan tugas-tugasnya di masyarakat.

Namun belum tentu semua kebutuhan masyarakat dalam penanggulangan bencana dapat dibantu, dilayani, dan dicukupi oleh para pemangku kepentingan secara sendiri-sendiri. Sehingga diperlukan kerjasama yang diwujudkan dalam suatu kekuatan dan kapasitas yang bersinergi dan memadai. Wujud nyata kerjasama para pihak dalam bentuk kelembagaan untuk penanggulangan bencana adalah forum.

Sementara, dari sisi BPBD, membangun kerja sama dan bermitra dengan berbagai pihak dalam kerangka mewujudkan dan mengimplemantasikan sinergitas dalam tanggungjawab pengelolaan penanggulangan bencana menjadi kewajiban dan prioritas.

Dalam postingan selanjutnya, Mas Didik mengingatkan kepada Cak Chusairi, untuk mengajak kembali forum perguruan tinggi Jawa Timur, mendinamisir FPRB Jatim.

“Seperti yang pernah kita diskusikan dulu, paling tidak kawan-kawan FPT bisa mengawal knowledge management dari proses yang telah ada di berbagai tempat di Jatim. Selain itu juga mengenalkan praktek pemanfaatan teknologi informasi agar penyelenggaraan PRB lebih efektif, efisien, terukur,” Katanya.

“Siyaap mas, meski belum tahu mulai dari mana hehe, tapi sudah ada yang ngajak,” Jawab Cak Chusairi gamang. Tampaknya, akan banyak menelui kesulitan ketika Cak Chusairi harus mencoba mengundang mereka, karena tidak punya kapasitas dan fasilitas untuk mengundang.

Mas Didik juga bilang bahwa sebaiknya  FPT PRB sebagai forum tematik diajak bergabung kembali ke rumah besar karena person-person kunci yang ada di FPT itu dulu juga menjadi inisiator FPRB Jatim.

Pertanyaannya kemudian, Siapa yg bisa mengajak ?. mungkin, ya siapa saja yang diberi mandat FPRB Jatim untuk melakukan konsolidasi ke berbagai forum tematik. Seperti forum jurnalis, forum CSR dan Koordinator BUMN Peduli.

“Kabar dulur-dulur CBO (Community Based Organization), kayak Panjer manik oro, Laskar Semeru, Kobar bromo Semeru, Jaringan Raung Ijen, dan lainnya pripun mbah, nopo tasih asring sesrawungan kaliyan jenengan?,” Tanya Mas Didik selanjutnya.

Menanggapi komentar Mas Didik, mBah Dharmo bilang bahwa kawan-kawan masih sring kontak, dan beberapa pengurus sudah mencoba bertemu membangun komunikasi dengan forum CSR di bappeda, mereka sangat welcome.

“Bahkan, saat ketemu di bappeda, mereka bilang pernah memberikan bantuan komputer lengkap dengan printernya kepada FPRB JATIm,” Ujarnya.

Apa yang disampaikan mBah Dharmo, cukup menggelitik untuk ditindak lanjuti. Karena cerita itu tidak pernah dibahas di dalam berbagai obrolan daring dan luring. Sehingga menurutku harus segera ditindak lanjuti kebenarannya. Seperti, a) Dimana barangnya saat ini ?. b) Waktu serah terima barang, siapa yang menyerahkan dan siapa pula yang menerima ?. Dimana tempat prosesi serah terima barang dan kapan itu terjadi serta saksinya siapa ?. Ini penting agar tidak ada dusta diantara kita.

Sayangnya masalah hibah komputer dan printernya itu dianggap kurang asik dibahas saat lebaran. Termasuk ajakan kepada pengurus FPRB yang berdomisili di Surabaya, seperti mas Chusairi, mbak Arna, mbak Anis Unair dll, untuk ngadain jagongan di base camp nya Cak Alfin sambil ngopi ?.

Rupanya, Mbah Dharmo saat ini juga sedang berpikir keras bagaimana caranya bisa mengumpulkan ‘Balung pisah’ agar semangat berforum muncul kembali sesuai khittohnya, yaitu terlibat dalam koordinasi dan kerjasama antar pentahelix dan pemangku kepentingan lainnya, dalam penanggulangan bencana.

Sementara, sebentar lagi akan masuk musim kemarau. Tentu ancaman kebakaran dan kekeringan akan menjadi trending topik dimana-mana. Agar kejadian yang memilukan itu bisa diminimalisir, kira-kira bisakah forum menyiapkan sebuah kegiatan untuk mengantisipasinya ?.

Sambil menunggu jawaban, aku sempatkan menikmati nasi goreng pinggir jalan tadi, sambil minum air hujan dari Pakdhe Kopros agar tetap sehat pasca lebaran ini. Konon, air hujan yang telah diolah sedemikian rupa itu baik untuk kesehatan. Hal ini seperti  jargonnya komunitas banyu bening yang mengatakan, “Ngombe Banyu Udan Ben Ora Edan”. Salam Rengginang dihari ke tiga lebaran. [eBas/SabtuLegi-15/5/21]

6 komentar:

  1. dalam laporan mubes forum prb tahun 2013, dikatakan bahwa BPBD mengaharapkan melalui kegiatan musyawarah pembentukan Forum PRB dapat memberikan pencerahan akan arti pentingnya membangun kerjasama antar pihak dan bersinergi dalam pengelolaan penanggulangan bencana, khususnya dalam mewujudkan upaya-upaya pengurangan risiko bencana, serta dapat mewujudkan kesamaan pandang, gerak, dan langkah dalam upaya meningkatkan optimalisasi penanggulangan bencana di Jawa Timur

    BalasHapus
  2. ibarat bayi, kepengurusan forum era pandemi ini sedang berjalan tertatih tatih untuk menampakkan eksistensi diri dengan berbagai upaya. semuanya memang harus selalu berproses dan terus berproses menuju sebuah perubahan dan saling menguatkan

    BalasHapus
  3. Mas Didik bilang, Kl aku membayangkan FPRB sbg sebuah keluarga, apa yg kita harapkan dr klrg tsb ke depan? Bgmn cara agar bs memberikan manfaat yg sebesar besarnya utk lingkungan dan wilayahnya, termasuk temen2 komunitas di kawasan rawan bencana, temen2 perguruan tinggi (dosen dan mahasiswa/i), temen2 media massa dan juga tmn2 dunia usaha?

    BalasHapus
  4. Dlm urusan kebencanaan,yg harus me "nyapa dan melibatkan" ya pemerintah, dalam hal ini bnpb dan bpbd. (merekalah pemain utamanya). kalau yg menyapa dan mengajak koordinasi relawan forum ya agak berat dan sulit

    BalasHapus
  5. pembahasan yg keren nih...
    saya kutib dulu istilah penulis... "....terlena berkegiatan yang bukan maqomnya..."
    setuju...
    pertanyaaannya...?
    - apakah itu strategi awal melangkah...
    - ataukah memang belum paham dimana maqomnya...
    - atau memang harus ganti nama seperti di Bali (info penulis)

    mudah2an itu strategi awal... dan segera kembali kejalanya... aamiin.

    satu hal kecil yg kita sempat kurang setuju adlah FPRB mengeluarkan seragam sendiri... waktu itu kita usul bukankah sebaiknya FPRB tdk membuat seragam...cukup dengan menempelkan logo FPRB di baju seragam (lengan kiri) masing2 potensi/organisasi relawan.
    Sehingga tdk timbul pertanyaan "siapakah yg disebut relawan FPRB..?"
    .
    in my humble opinion... FPRB gak perlu berusaha untuk terkenal...tapi berusaha melakukan apa yang menjadi tugasnya..
    .
    itu dulu deh... asharan dulu

    BalasHapus
  6. Kiranya semua memang perlu belajar dan terus belajar dgn mengesampingkan ego sektoral mading2 aktor

    BalasHapus