Sepulang
dari nyantrik di Joglo Kadiren, Sedati, Sidoarjo, mampir dulu di rumahnya Pakdhe Kopros, minta segalon air
hujan. Kemudian menyempatkan beli nasi goreng untuk jaga-jaga,
siapa tahu tengah malam nglilir karena lapar. Alhamdulillah tidak ada
penyesuaian harga pasca lebaran. Tetap sebelas ribu.
Hasil
nyantrik segera ‘diramesi’ untuk di share di grup WhatsApp khusus pengurus forum, sebagai upaya memantik
diskusi membahas bagaimana to sebenarnya peran dan fungsi forum itu ?.
Harapannya
jelas, agar forum tidak terlena berkegiatan yang bukan ‘maqomnya’. Termasuk bisa benar-benar
menampakkan sinergi pentahelix dalam kegiatannya sebagai mitra BPBD, sesuai
mandat UU 24 tahun 2007 dan PP 21 tahun 2008.
Salah
satu pemantik yang aku coba sodorkan adalah laporan relawan Provinsi Bali yang
mengadakan kegiatan lokakarya penyusunan pedoman organisasi forum relawan
pengurangan risiko bencana.
Hasilnya,
diantaranya adalah tersusunnya SOP Organisasi dan dirubahnya nama dari FPRB
menjadi Forum Relawan Penanggulangan Bencana. Alasannya kegiatannya menjadi
lebih luas, sejak pra bencana, tanggap bencana dan pasca bencana,
Rupanya
isue yang aku sodorkan kurang menarik. Sehingga cukup dijawab, ‘Kita gak perlu niru mereka nanti
malah rancu’. Sementara
Cak Chusairi, dosen Unair bilang, bahwa yang penting organisasi itu sebaiknya
jangan luas bidang kegiatannya, tapi luas kegiatannya saja meski mungkin
bidangnya nggak terlalu luas.
Sambil
ngemil jajan lebaran, aku coba menggiring pernyataannya Cak Chusairi dengan mengangkat
isue tentang visi forum yang meliputiFPRB memiliki Visi: 1) Memastikan
Pembangunan Daerah Berbasis Pengurangan Risiko Bencana. 2) Memastikan kebijakan
yang diambil dapat mengurangi risiko bencana saat ini, tidak menambah risiko bencana
baru, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 3) Memastikan kelembagaan
penanggulangan bencana dapat bersinergi dengan baik, antara BPBD dengan OPD, antara pemerintah daerah dengan
masyarakat dan lembaga usaha. 4) Memastikan anggaran penanggulangan bencana
cukup digunakan dalam penanggulangann bencana sesuai dengan risiko bencana di
daerahnya. 5) Memastikan pemberdayaan masyarakat dilakukan di daerah dalam membangun
ketangguhan terhadap bencana, dan 6) Memastikan 7 Objek Ketangguhan : Rumah/Hunian,
Sekolah/Madrasah, Puskesmas/RS, Pasar, Rumah Ibadah, Kantor, dan Prarasana
Vital.
Rupanya,
postinganku di atas menarik perhatian mas Didik, yang dulu aktif di AIFDR.
Konon, dia jadi ingat jaman memfasilitasi Tim 9 yang diberi mandat untuk
fasilitasi pelaksanaan mubes FPRB Jatim 1,
Dimana
waktu itu FPRB Jatim dibayangkan sebagai rumah besar yang disokong oleh
keberadaan forum-forum tematik (CSO, CBO, perguruan tinggi, jurnalis, dunia
usaha dll), nampaknya kawan2 perlu "menyapa" lagi forum tematik perguruan
tinggi, forum CSR, forum jurnalis agar semakin gayeng ke depan
“Kangen
dengar kabar dari temen-teman sampoerna foundation, petrokimia gresik, gas
negara dan lainnya yang turut sibuk saat itu,” Katanya.
Aku
juga bilang bahwa aku Kangen abah Wazir pasanganku piket mbiyen. Kira-kira uang
denda piket dulu disimpan dimana ya?. Tidak ada yang menjawab. Mungkin semua
sudah lupa.
Sebagai
tombo kangen sekaligus nostalgia, Mas Didik juga memposting hasil laporan mubes
pembentukan forum prb tahun 2013. Salah satu nasehat penting yang disampaikan
oleh wakil dari
BPBD Provinsi Jawa Timur adalah, Para pihak pelaku penanggulangan bencana yang
ada di Jawa Timur memiliki beragam ketrampilan dan kapasitas, dimana tentunya
hal tersebut memberikan manfaat yang baik ketika para pelaku/pemangku
kepentingan melaksanakan tugas-tugasnya di masyarakat.
Namun
belum tentu semua kebutuhan masyarakat dalam penanggulangan bencana dapat
dibantu, dilayani, dan dicukupi oleh para pemangku kepentingan secara
sendiri-sendiri. Sehingga diperlukan kerjasama yang diwujudkan dalam suatu
kekuatan dan kapasitas yang bersinergi dan memadai. Wujud nyata kerjasama para
pihak dalam bentuk kelembagaan untuk penanggulangan bencana adalah forum.
Sementara,
dari sisi BPBD, membangun kerja sama dan bermitra dengan berbagai pihak dalam
kerangka mewujudkan dan mengimplemantasikan sinergitas dalam tanggungjawab
pengelolaan penanggulangan bencana menjadi “kewajiban dan prioritas”.
Dalam
postingan selanjutnya, Mas Didik mengingatkan kepada Cak Chusairi, untuk
mengajak kembali forum perguruan tinggi Jawa Timur, mendinamisir FPRB Jatim.
“Seperti
yang pernah kita diskusikan dulu, paling tidak kawan-kawan FPT bisa mengawal
knowledge management dari proses yang telah ada di berbagai tempat di Jatim.
Selain itu juga mengenalkan praktek pemanfaatan teknologi informasi agar
penyelenggaraan PRB lebih efektif, efisien, terukur,” Katanya.
“Siyaap
mas, meski belum tahu mulai dari mana hehe, tapi sudah ada yang ngajak,” Jawab Cak
Chusairi gamang. Tampaknya, akan banyak menelui kesulitan ketika Cak Chusairi
harus mencoba mengundang mereka, karena tidak punya kapasitas dan fasilitas
untuk mengundang.
Mas
Didik juga bilang bahwa sebaiknya FPT
PRB sebagai forum tematik diajak bergabung kembali ke rumah besar karena person-person
kunci yang ada di FPT itu dulu juga menjadi inisiator FPRB Jatim.
Pertanyaannya
kemudian, Siapa yg bisa mengajak ?. mungkin, ya siapa saja yang diberi mandat
FPRB Jatim untuk melakukan konsolidasi ke berbagai forum tematik. Seperti forum
jurnalis, forum CSR dan Koordinator BUMN Peduli.
“Kabar
dulur-dulur CBO (Community Based Organization), kayak Panjer manik oro, Laskar
Semeru, Kobar bromo Semeru, Jaringan Raung Ijen, dan lainnya pripun mbah, nopo
tasih asring sesrawungan kaliyan jenengan?,” Tanya Mas Didik selanjutnya.
Menanggapi
komentar Mas Didik, mBah Dharmo bilang bahwa kawan-kawan masih sring kontak, dan beberapa pengurus sudah mencoba
bertemu membangun komunikasi dengan forum CSR di bappeda, mereka sangat welcome.
“Bahkan,
saat ketemu di bappeda, mereka bilang pernah memberikan bantuan komputer
lengkap dengan printernya kepada FPRB JATIm,” Ujarnya.
Apa
yang disampaikan mBah Dharmo, cukup menggelitik untuk ditindak lanjuti. Karena
cerita itu tidak pernah dibahas di dalam berbagai obrolan daring dan luring.
Sehingga menurutku harus segera ditindak lanjuti kebenarannya. Seperti, a)
Dimana barangnya saat ini ?. b) Waktu serah terima barang, siapa yang
menyerahkan dan siapa pula yang menerima ?. Dimana tempat prosesi serah terima
barang dan kapan itu terjadi serta saksinya siapa ?. Ini penting agar tidak ada
dusta diantara kita.
Sayangnya
masalah hibah komputer dan printernya itu dianggap kurang asik dibahas saat
lebaran. Termasuk ajakan kepada pengurus FPRB yang berdomisili di Surabaya,
seperti mas Chusairi, mbak Arna, mbak Anis Unair dll, untuk ngadain jagongan di
base camp nya Cak Alfin sambil ngopi ?.
Rupanya,
Mbah Dharmo saat ini juga sedang berpikir keras bagaimana caranya bisa
mengumpulkan ‘Balung pisah’ agar semangat berforum muncul kembali sesuai
khittohnya, yaitu terlibat dalam koordinasi dan kerjasama antar pentahelix dan
pemangku kepentingan lainnya,
dalam penanggulangan bencana.
Sementara,
sebentar lagi akan masuk musim kemarau. Tentu ancaman kebakaran dan kekeringan
akan menjadi trending topik dimana-mana. Agar
kejadian yang memilukan itu bisa diminimalisir, kira-kira bisakah
forum menyiapkan sebuah kegiatan untuk mengantisipasinya ?.
dalam laporan mubes forum prb tahun 2013, dikatakan bahwa BPBD mengaharapkan melalui kegiatan musyawarah pembentukan Forum PRB dapat memberikan pencerahan akan arti pentingnya membangun kerjasama antar pihak dan bersinergi dalam pengelolaan penanggulangan bencana, khususnya dalam mewujudkan upaya-upaya pengurangan risiko bencana, serta dapat mewujudkan kesamaan pandang, gerak, dan langkah dalam upaya meningkatkan optimalisasi penanggulangan bencana di Jawa Timur
BalasHapusibarat bayi, kepengurusan forum era pandemi ini sedang berjalan tertatih tatih untuk menampakkan eksistensi diri dengan berbagai upaya. semuanya memang harus selalu berproses dan terus berproses menuju sebuah perubahan dan saling menguatkan
BalasHapusMas Didik bilang, Kl aku membayangkan FPRB sbg sebuah keluarga, apa yg kita harapkan dr klrg tsb ke depan? Bgmn cara agar bs memberikan manfaat yg sebesar besarnya utk lingkungan dan wilayahnya, termasuk temen2 komunitas di kawasan rawan bencana, temen2 perguruan tinggi (dosen dan mahasiswa/i), temen2 media massa dan juga tmn2 dunia usaha?
BalasHapusDlm urusan kebencanaan,yg harus me "nyapa dan melibatkan" ya pemerintah, dalam hal ini bnpb dan bpbd. (merekalah pemain utamanya). kalau yg menyapa dan mengajak koordinasi relawan forum ya agak berat dan sulit
BalasHapuspembahasan yg keren nih...
BalasHapussaya kutib dulu istilah penulis... "....terlena berkegiatan yang bukan maqomnya..."
setuju...
pertanyaaannya...?
- apakah itu strategi awal melangkah...
- ataukah memang belum paham dimana maqomnya...
- atau memang harus ganti nama seperti di Bali (info penulis)
mudah2an itu strategi awal... dan segera kembali kejalanya... aamiin.
satu hal kecil yg kita sempat kurang setuju adlah FPRB mengeluarkan seragam sendiri... waktu itu kita usul bukankah sebaiknya FPRB tdk membuat seragam...cukup dengan menempelkan logo FPRB di baju seragam (lengan kiri) masing2 potensi/organisasi relawan.
Sehingga tdk timbul pertanyaan "siapakah yg disebut relawan FPRB..?"
.
in my humble opinion... FPRB gak perlu berusaha untuk terkenal...tapi berusaha melakukan apa yang menjadi tugasnya..
.
itu dulu deh... asharan dulu
Kiranya semua memang perlu belajar dan terus belajar dgn mengesampingkan ego sektoral mading2 aktor
BalasHapus