Minggu, 30 Juli 2023

JAGONGAN ANTAR RELAWAN ITU MENYENANGKAN

Hayuuuuk wis, ngumpul nang MAKO SAR-SER. Di daerah Kalilom Lor Timur 1B/31, Surabaya. Jumat, 28 Juli 2023, pk. 19.00. Agenda: Nyruput kopi ireng, Ngemil, Ngomong Ngalor-Ngidul, sinambi Guyon. Begitu ajakan Ki Rebo, panggilan akrab Prijoko Utomo di grup whatsapp Relawan Suroboyo Bersatu.

Gak usah sungkan. Seperti aku kalo datang di berbagai pertemuan relawan, yo gak pakai sungkan-sungkanan. Kita ngobrol sambil ngopi, serta ngemil kacang godog, gedang goreng dan pohong goreng buatan istriku,” Tambahnya.

Sebuah ajakan yang sulit untuk ditolak bagi relawan yang tidak sibuk. karena, sesungguhnyalah acara kumpul-kumpul ngobrol bareng itu merupakan sebuah ajang silaturahmi untuk mempererat pertemanan.

Bahkan dalam ajaran agama dikatakan bahwa silaturahmi dapat memperpanjang usia dan melapangkan rejeki. Benar tidaknya pernyataan itu, masing-masing pribadilah yang dapat menjawabnya.

Sayang ajakan Ki Rebo ini berbarengan dengan himbauan dari pihak kepolisian agar warga Surabaya pada hari itu sebaiknya tetap di rumah demi keamanan, terkait adanya acara dari salah satu perguruan silat yang rawan terjadinya “gesekan”.

Namun semua itu tidak mengurangi keseruan jagongan tanpa rencana, juga tanpa panitia. Masing-masing, tanpa sungkan menceritakan pengalamannya, terkait dengan kerja-kerja kemanusiaan di lokasi bencana, maupun kegiatan pencarian pendaki yang hilang di gunung, maupun saat mengikuti kegiatan pelatihan untuk peningkatan kapasitas.

Diantara seruputan kopi panas, melintas cerita tentang lahirnya SRnC (Surabaya Rescue and Care), yang berawal dari komunitas breaker (radio komunikasi yang bernama GONG JITU), diambil dari nama frekwensi radio 140170.

Kemudian, karena sesuatu dan lain hal, maka sebagian anggotanya mendirikan  SAR-SER dan sudah memiliki akta kelembagaan dari Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Kemenkumham. 

Sementara yang lain tetap bergerak dengan bendera yang dipilihnya. Sedangkan yang bernaung di SAR-SER, kini masih ada dan terus ada. Walaupun personilnya keluar masuk karena faktor sekolah dan pekerjaan.

Tentu, masing-masing personil punya cerita sendiri dari sudut pandang pribadi, dan itu sah sah saja. Begitulah romantisme berkomunitas. Alangkah baiknya jika ada yang mau mendokumentasikan pengalaman masa lalu sebagai bahan pembelajaran generasi baru.

Begitu juga saat mencecap gedang goreng krispi bikinan nyonya rumah, diketemukan alasan mengapa setiap ada kegiatan berupa rapat atau diklat untuk peningkatan wawasan, selalu saja yang tampil mewakili komunitas hanya itu-itu saja orangnya.

Ternyata semua itu dikarenakan,  hanya orang-orang itulah yang memiliki waktu untuk mewakili komunitasnya. Sementara anggota yang lain punya kesibukan dengan pekerjaannya.

Cerita pengalaman pun terus bergulir saling bersahutan. Termasuk ketaatan seluruh anggota SAR-SER terhadap doktrin organisasi, yang mengatakan bahwa dalam melaksanakan tugas, datang paling awal, selesai tugas pulang lebih awal, tanpa menunggu publikasi. Dengan kata lain, bekerjalah dalam senyap tanpa pamrih.

Sebuah doktrin yang mudah diucapkan namun sulit dikerjakan dijaman yang mengedepankan portofolio dan bukti fisik untuk sebuah perbuatan. Itulah pilihan ditengah perubahan jaman yang dinamis dan pragmatis.

Sungguh, doktrin yang dianut SAR-ER ini mengingatkan pada petuah Djoko Saryono, salah satu senior mapala Jonggring Salaka ikip malang, yang kini menjadi guru besar di almamaternya. Dia bilang, jadilah manusia yang memberikan pelayanan kepada sesama dengan pijakan kemanusiaan mendahului formalisme agama, suku, ras, gender dan sekat-sekat sosial.

Juga teringat pada Romo Mangun Wijaya, yang mengatakan, jadilah burung manyar yang terbang dikebiruan luas langit kemanusiaan. Sebuah kalimat yang padat makna. Dan narasi ini pun kehabisan kata untuk meneruskan cerita, karena tidak mampu mencerna kemana terbangnya burung manyar yang kini semakin jarang terlihat oleh mata. Salam Tangguh, Seduluran Sak Lawase. [eBas/migguPahing-30072023]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3 komentar:

  1. Ceritanya...
    Awalnya dari komunitas breaker (radio komunikasi yg bernama GONG JITU).
    Naman Gong Jitu berasal dari nama frekwensi radio 140170.
    Ini berjalan beberapa tahun berselang. Dg anghota kurleb hampir 200 orang lebih.
    Kegiatannya antara lain: -Membantu menyampaikan berita situasi dan kondisi lalu lintas se-Surabaya.
    -Menyampaikan berita Laka Lalin.
    -Menyampaikan berita orang hilang
    -Membantu Quick respons penghitungan suara Pilgub
    -Dan kegiatan2 lain yg bersifat sosial kemanusiaan.

    Menyadatu bahwa teman2 sangat care dg kegiatan sosial kemanusian, juga kebencanaan, maka bersepakat untuk meningkat aktufitas kegiatan tidak saja hanya bankom, bantuan komunilasi tetapi lebih jauh lagi adalah kegiatan kebencanaan.

    Maka melalui Musda, awalnya dari Gong Jitu menjadi SRnC (Surabaya Rescue and Care).
    Dengan terpilihnya ketua yg bernama Joice (Mbak Re) dan Sekretarisnya Pak Rebo (Djoko Utomo).
    Berjalan beberapa tahun lamanya, terjadilah ketidakcocokan faham (misi) antara sekretaris dan ketua. Maka sekretarispun keluar dan mendirikan SAR SER.

    SAR SER diinisiasi dan dietapkan di bawah kolong jembatan MEER jalan..... pada tahun Juni 2019 oleh 3 orang yaitu:
    1. Ki Rebo, Pendidik dan breaker
    2. Agus Aryanto, anggota TNI AL
    3. Bambang Rahmayudi ( Bim), swasta dan breaker.

    Lalu dilanjutkan rekruetmen anggota.
    Latihan Dasar SAR, Mengasah keterampilan untuk giat kebencanaan sambil tetap menggunakan Radio 2 meter band sebagai alat komunikasi untuk koordinasi.
    SAR SER bertambah besar anggotanya dg kehadiran dari pelbagai kslangan. Ada pelajar, satpam, pekerja ship, pendidik, dan TNI. Bahkan adapula serse BIN.

    Sementara itu, terjadi pula perpecahan anggota di tubuh SRnC. Menjadi RESU, Relawan Surabaya.

    Ketiga organisasi yg semula satu tubuh yaitu GONG JITU pecah menjadi 3 bahkan 4 organisasi. Yakni:
    1. SRnC
    2. SAR SER
    3. RESU
    4. GERPIK.

    Tentu 3 organisasi tsb melakukan kegiatan masing2. Tetapi, untuk SAR SER hingga kini masih ada dan terus ada walaupun personilnya keluar masuk karena faktor sekolah dan pekerjaan.

    Sempat ada hampir 150-an orang anggota tetap dan berkartu anggota, yg tersebar di Surabaya (MAKO Pusat), Sidoarjo, dan Prigen Pasuruan.
    SAR SER akhirnya menjadi organisasi yg mempunyai payung hukum dg legalitas AHU .... menyusul....
    Dengan strutur organisasi yg tertata jelas.
    Doktrin utama yg harus dilaksanakan oleh seluruh anggota adalah.....

    Engkok meneh yo ...
    Nguantuk iki....



    BalasHapus
  2. dipersilahkan menambahkan jika memang ada yg perlu ditambahkan agar semakin lengkap cerita tentang berdirinya salah satu komunitas relawan yg ada di surabaya.

    BalasHapus
  3. Pembetulan terkait dgn tahunnya dari pelaku utama, Ki Rebo, yaitu ....

    Tahunnya bukan 2019, tetapi 2009.

    Thn 2017 adalah terbitnya Legalitas SAR-SER.

    BalasHapus