Sungguh, baru pertama kali ini
hujan turun dengan derasnya, mengguyur Kota secara merata. Termasuk daerah
Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, yang berbatasan dengan Kota Surabaya.
Ya, hari selasa pon (06/02/2024).
Sejak siang, di beberapa daerah sudah mulai turun hujan. Semakin sore info
hujan deras bersahutan dari berbagai daerah di kawasan Kabupaten Sidoarjo
maupun Kota Surabaya.
Genangan dimana-mana semakin
banyak, karena selokan dan sungai yang sudah tidak mampu lagi menampung air
hujan. Termasuk minimnya daerah resapan sebagai dampak pembangunan. Sementara
kemacetan lalu lintas semakin panjang dan parah di beberapa titik akibat
genangan yang semakin dalam. Salah satunya perkampungan di sekitar Kantor BPBD
Provinsi Jawa Timur, Wilayah Kecamatan Waru,Kabupaten Sidoarjo.
Sebenarnya, di daerah Waru, seputaran
Kantor BPBD itu sudah biasa kebanjiran jika musim hujan. Apalagi jika Kali Buntung
sudah tidak mampu menampung air karena aneka sampah yang melimpah.
Namun di tahun politik yang
bershio Naga ini, luapan air begitu cepat memasuki perkampungan dengan
ketinggian di luar perkiraan. Kemacetan pun juga terjadi dimana-mana mewarnai berita
di media sosial.
Hujan semakin deras, genangan pun
mulai menenggelamkan jalan kampung, untuk kemudian memasuki rumah warga
golongan menengah ke bawah. Air semakin tinggi, warga sibuk mengungsi ke tempat
yang aman dengan membawa barang seadanya. Semoga barang berharga seperti
surat-surat penting dapat diselamatkan dan disimpan dalam Tas Siaga Bencana. Masjid
yang ada di komplek Kantor BPBD, sempat menjadi tempat pengungsian sementara..
Begitu juga dengan karyawan
Kantor BPBD Provinsi Jawa timur, sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi
hal-hal yang mungkin akan muncul di luar perkiraan.
Mobil dapur umum juga digelar
untuk memasak. Paling tidak, sesegera mungkin menyiapkan “wedang panas”
untuk memberi semangat mereka yang sedang sibuk di lokasi BPBD Provinsi Jawa
Timur.
Ya, konon baru pertama kali ini
BPBD benar-benar sibuk. Biasanya hanya mengirim bantuan logistik ke lokasi
bencana. Kini Kantor BPBD membuka dapur umum untuk melayani warga yang
membutuhkan. Mereka dibantu relawan dan tagana untuk menyiapkan konsumsi berupa
nasi bungkus, yang jumlahnya ratusan bungkus, untuk didistribusikan ke
masyarakat yang membutuhkan.
Mungkin karena panik atau kaget
karena tidak menyangka dan tidak biasa, maka wajar jika disana sini terjadi
kelucuan, kewalahan dan keterlambatan dalam penyajian nasi bungkus karena kesulitan
proses membungkusnya.
Bahkan semua yang terlibat di
dapur umum, termasuk mereka yang bagian ‘mbungkusi’ belum menerapkan materi
flowchart standar operasional prosedur palayanan dapur umum lapangan tagana jawa
timur (kata Ivonne MakCik dalam komentarnya di grup WA Relawan PB Jawa Timur).
Namun semua dapat diatasi dalam waktu
singkat, berkat kerjasama disemua bagian, tanpa kenal lelah tanpa kena marah. Perlu
juga dipahami, kadang-kadang di saat darurat dan keterbatasan tenaga, semua
teori dan aturan, termasuk SOP terpaksa “dilanggar tipis-tipis”, yang
penting semua dapat ditangani dan terpenuhi.
Sungguh, relawan yang datang
membantu dengan ikhlas dan riang gembira itu tidak semua punya ilmu “per-dapur
umum-an”, dan “ke-posko-an”. Alangkah eloknya jika yang tidak berkesempatan
hadir di lokasi, cukup memberi semangat dan doa. Jika punya rejeki berlebih, bolehlah
berdonasi semampunya.
Ya, hujan dan banjir hari selasa pon,
menjelang perayaan imlek itu kiranya layak untuk dijadikan pembelajaran bagi semua
pihak. Diantaranya, belajar kembali masalah pengelolaan dapur umum sesuai SOP,
sekaligus menyiapkan relawan dapur umum yang mumpuni.
Kemudian, mencoba mewujudkan jargon
“Kita jaga alam, alam jaga kita”, dalam kehidupan. termasuk menjaga kelancaran saluran
air sungai/got dari sampah dan endapan. Namun itu tidak mudah, karena belum menjadi
kebiasaan kolektif. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Sabtupahing pas
imlek-10022024]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar