Jumat, 09 Februari 2024

BANJIR YANG TIDAK BIASA

Sungguh, baru pertama kali ini hujan turun dengan derasnya, mengguyur Kota secara merata. Termasuk daerah Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, yang berbatasan dengan Kota Surabaya.

Ya, hari selasa pon (06/02/2024). Sejak siang, di beberapa daerah sudah mulai turun hujan. Semakin sore info hujan deras bersahutan dari berbagai daerah di kawasan Kabupaten Sidoarjo maupun Kota Surabaya.

Genangan dimana-mana semakin banyak, karena selokan dan sungai yang sudah tidak mampu lagi menampung air hujan. Termasuk minimnya daerah resapan sebagai dampak pembangunan. Sementara kemacetan lalu lintas semakin panjang dan parah di beberapa titik akibat genangan yang semakin dalam. Salah satunya perkampungan di sekitar Kantor BPBD Provinsi Jawa Timur, Wilayah Kecamatan Waru,Kabupaten Sidoarjo.

Sebenarnya, di daerah Waru, seputaran Kantor BPBD itu sudah biasa kebanjiran jika musim hujan. Apalagi jika Kali Buntung sudah tidak mampu menampung air karena aneka sampah yang melimpah.

Namun di tahun politik yang bershio Naga ini, luapan air begitu cepat memasuki perkampungan dengan ketinggian di luar perkiraan. Kemacetan pun juga terjadi dimana-mana mewarnai berita di media sosial.

Hujan semakin deras, genangan pun mulai menenggelamkan jalan kampung, untuk kemudian memasuki rumah warga golongan menengah ke bawah. Air semakin tinggi, warga sibuk mengungsi ke tempat yang aman dengan membawa barang seadanya. Semoga barang berharga seperti surat-surat penting dapat diselamatkan dan disimpan dalam Tas Siaga Bencana. Masjid yang ada di komplek Kantor BPBD, sempat menjadi tempat pengungsian sementara..

Begitu juga dengan karyawan Kantor BPBD Provinsi Jawa timur, sibuk menyiapkan segala sesuatunya untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan muncul di luar perkiraan.

Mobil dapur umum juga digelar untuk memasak. Paling tidak, sesegera mungkin menyiapkan “wedang panas” untuk memberi semangat mereka yang sedang sibuk di lokasi BPBD Provinsi Jawa Timur.

Ya, konon baru pertama kali ini BPBD benar-benar sibuk. Biasanya hanya mengirim bantuan logistik ke lokasi bencana. Kini Kantor BPBD membuka dapur umum untuk melayani warga yang membutuhkan. Mereka dibantu relawan dan tagana untuk menyiapkan konsumsi berupa nasi bungkus, yang jumlahnya ratusan bungkus, untuk didistribusikan ke masyarakat yang membutuhkan.

Mungkin karena panik atau kaget karena tidak menyangka dan tidak biasa, maka wajar jika disana sini terjadi kelucuan, kewalahan dan keterlambatan dalam penyajian nasi bungkus karena kesulitan proses membungkusnya.

Bahkan semua yang terlibat di dapur umum, termasuk mereka yang bagian ‘mbungkusi’ belum menerapkan materi flowchart standar operasional prosedur palayanan dapur umum lapangan tagana jawa timur (kata Ivonne MakCik dalam komentarnya di grup WA Relawan PB Jawa Timur).

Namun semua dapat diatasi dalam waktu singkat, berkat kerjasama disemua bagian, tanpa kenal lelah tanpa kena marah. Perlu juga dipahami, kadang-kadang di saat darurat dan keterbatasan tenaga, semua teori dan aturan, termasuk SOP terpaksa “dilanggar tipis-tipis”, yang penting semua dapat ditangani dan terpenuhi.

Sungguh, relawan yang datang membantu dengan ikhlas dan riang gembira itu tidak semua punya ilmu “per-dapur umum-an”, dan “ke-posko-an”. Alangkah eloknya jika yang tidak berkesempatan hadir di lokasi, cukup memberi semangat dan doa. Jika punya rejeki berlebih, bolehlah berdonasi semampunya.

Ya, hujan dan banjir hari selasa pon, menjelang perayaan imlek itu kiranya layak untuk dijadikan pembelajaran bagi semua pihak. Diantaranya, belajar kembali masalah pengelolaan dapur umum sesuai SOP, sekaligus menyiapkan relawan dapur umum yang mumpuni.

Kemudian, mencoba mewujudkan jargon “Kita jaga alam, alam jaga kita”, dalam kehidupan. termasuk menjaga kelancaran saluran air sungai/got dari sampah dan endapan. Namun itu tidak mudah, karena belum menjadi kebiasaan kolektif. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Sabtupahing pas imlek-10022024]

  

 

 

 

 

  

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar