Rabu, 14 Februari 2024

MUKIDI SOSOK RELAWAN HEBAT DISEGANI SAHABAT

    Memasuki bulan februari 2024, hujan deras membersamai perayaan tahun baru imlek, menyebabkan banjir di berbagai daerah. Sungai (termasuk selokan) yang dangkal akibat sampah dan endapan lumpur menyebabkan airnya meluber kemana-mana. Ke jalan raya, pekarangan, sawah dan rumah warga.

    Bahkan saking lebatnya hujan, derasnya air sungai mampu menjebol tanggul. air pun liar kemana-mana, di beberapa daerah terjadi longsor. Jembatan pun banyak yang terendam untuk kemudian hanyut bersama pepohonan dan aneka sampah. Di beberapa titik, lalu lintas macet total karena banyak kendaraan terendam.

    Dampaknya, warga banyak yang harus mengungsi. Baik secara mandiri maupun dibantu petugas dan relawan. Beberapa gedung digunakan untuk tempat pengungsian. Berbagai lembaga kemanusiaan, dan relawan turun tangan membantu.

    Begitu juga dengan Mukidi, sebagai relawan pemberani, melalui media sosial, dia berteriak lantang mengajak relawan untuk segera turun ke lokasi, menolong korban bencana banjir.

    Ya, Mukidi memang selalu berkesempatan turun langsung ke lokasi, ketika ada bencana. Di manapun dan kapanpun, Mukidi selalu tampil dengan gagah berani,penuh keikhlasan menolong sesama yang menjadi penyintas.

    Saat ini, ketika di beberapa daerah di Provinsi Jawa Tengah dilanda banjir, Mukidi pun sudah beraksi disana, tidak lupa dia juga berteriak lantang mengajak relawan untuk segera turun ke lokasi. Lho ...lho gak bahaya ta ?.

    Pertanyaannya, apakah di daerah yang terkena bencana itu, tidak ada komunitas relawan yang membantu BPBD setempat menanggulangi bencana ?. apakah BPBD tidak memiliki TRC dan agen bencana, sehingga Mukidi yang bukan orang lokal harus datang turun tangan mengambil alih peran relawan lokal ?. wow... Betapa hebatnya Mukidi.

    Saking hebatnya, sehingga dia menyangka semua relawan harus seperti dirinya. Sat set... wat wet, bras bres dan beres. Padahal, tidak semua relawan seperti Mukidi yang siap berlaga dimana saja sebagai bentuk ibadah sosial.

    Dalam Perka BNPB nomor 17 tahun 2011, dikatakan bahwa relawan penanggulangan bencana adalah seorang atau sekelompok orang yang “memiliki kemampuan” dan kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya penanggulangan bencana.

    Kata kemampuan disini, tidak hanya terkait dengan penguasaan keterampilan teknis saja, tetapi tidak kalah pentingnya adalah  kemampuan soal dana dan ijin dari tempat kerja dan keluarga. Tanpa itu, dapat mempengaruhi kinerja sebagai anggota tim di lapangan.

    Jelas, masalah di atas tidak pernah terpikirkan oleh Mukidi, karena semua aktivitasnya didukung fasilitas prima dari mana-mana, termasuk dari keluarga. Sementara, relawan yang lain, tidak selalu bisa berbuat seperti Mukidi. Ada kendala pribadi yang tidak diketahui Mukidi.

    Usut punya usut, ternyata Mukidi dapat beraktivitas  tanpa batas itu karena ada yang mendukung. Istilah kerennya ‘ono dekengan pusat’. Pantesan Mukidi seperti kutu loncat. Loncat kesana kemari melaksanakan aksi kemanusiaan dari satu bencana ke bencana yang  lain.

    Kondisi yang seperti itu jelas tidak dapat disamakan antara Mukidi dengan relawan lain yang tidak seperti Mukidi. ‘Ojo dibanding bandingke, yo mesti kalah, yo jelas ora mampu’. Karena Mukidi bernaung di sebuah lembaga yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan, maka Mukidi memang harus kesana kemari menjalankan misi lembaganya.

    Dengan demikian, peran yang disandang Mukidi bukan sebagai relawan, namun lebih tepat sebagai pekerja kemanusiaan yang ada nilai nominalnya masuk ke dompet Mukidi.

    Sebagai pekerja kemanusiaan, wajar jika Mukidi dapat bergerak kemana-mana, karena dia dibayar untuk itu. bahkan seringkali dia datang ke lokasi lebih awal dari pada yang lain.

    Ingat lho, relawan itu pemain pembantu. Pemain utamanya adalah BPBD yang memiliki pasukan TRC dan Agen Bencana. Sebagai pemain pembantu, tentu harus berkoordinasi dengan BPBD sebelum turun ke lokasi bencana, dan membantu sesuai kemampuan. Jangan memaksakan diri, nanti malah celaka sendiri.

    Semoga Mukidi masih ingat guyonan lama yang mengatakan bahwa, relawan itu berhasil dalam tugas tidak dipuji, Gagal dalam tugas langsung dicaci maki, dan Sakit dalam tugas, itu salah sendiri. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/KamisPahing-15022024]  

 

 

 

 

 

1 komentar:

  1. SUNGGUH RELAWAN ITU PASTI DALAM HATINYA SELALU INGIN BERBUAT BAIK MENOLONG SESAMANYA. NAMUN KADANG ADA KENDALA YANG SULIT DITEMBUSNYA. SEPERTI MASALAH IJIN KELUARGA, UANG OPERASIONAL DI DOMPET, KESEHATAN DAN KESIBUKAN LAIN YANG BERPENGARUH TERHADAP HIDUP DAN PENGHIDUPANNYA.

    TOLONG INI DIPAHAMI, JANGAN SEMUA DISAMAKAN.

    MENJADI RELAWAN TIDAK HARUS TURUN KE LOKASI. BANYAK BIDANG YANG DAPAT DIGARAP BAIK DI FASE PRA BENCANA, DARURAT BENCANA, DAN PASCA BENCANA.

    MONGGO DIPILIH SESUAI KEMAMPUAN DAN KESEMPATAN

    BalasHapus