Rabu, 03 April 2024

DI BALIK CERITA RELAWAN DI PULAU BAWEAN

 Alhamdulillah gempa yang menggoyang Pulau Bawean sudah reda. Relawan dari berbagai komunitas yang ikut sibuk respon darurat, sudah mulai balik kanan, menyudahi misi kemanusiaannya. Namun masih ada beberapa relawan yang nekat tinggal disana untuk beberapa waktu, sesuai kebijakan lembaga yang menaunginya.

 Yang jelas aksi respon darurat yang dilakukan sudah selesai sesuai dengan tujuan masing-masing komunitas. Semua bantuan untuk penyintas sudah diberikan kepada yang berhak, begitu juga dengan program layanan dapur umum dan distribusi logistik, juga telah tuntas dilakukan. Bahkan relawan yang ditugaskan BPBD Provinsi Jawa Timur juga telah menyelesaikan assessment fasilitas umum yang terdampak gempa Tuban.

 Sementara yang sudah balik kanan, idealnya saat ini sedang dalam masa recovery. Sejenak istirahat melepas penat, menata jiwa, raga, dan dana, sebelum tugas-tugas kemanusiaan memanggil kembali.

 Kembali cangkruk’an, berkumpul dengan sesama relawan. Sambil ngopi berbagi cerita selama berada di lokasi bencana. Tentu ceritanya akan berbeda antara relawan yang satu dengan lainnya. Sesuai sudut pandang masing-masing, yang tidak mungkin sama.

 Semua cerita indah itu hendaknya dijadikan bahan evaluasi untuk dijadikan bahan pembelajaran di kemudian hari. Misalnya, adanya cerita tentang koordinasi dengan para pihak yang sulit terkait dengan keposkoan (mungkin maksudnya SKPDB).

 Padahal, konon SKPDB ada, tapi tidak berjalan sesuai tupoksinya. Ini mungkin karena yang masuk dalam SKPDB bukan orang yang membidangi, asal tunjuk aja, terkadang karena faktor kedekatan atao unsur politik, sehingga mengakibatkan amburadulnya penanganan darurat bencana.

 Fungsi komando terkadang tidak berjalan. Bisa jadi karena ada kepentingan terselubung atau tekanan dari pejabat tertentu, bisa juga hanya sekedar formalitas saja untuk mencairkan dana TD/BTT, wallohu a’lam,” Katanya sambil nyruput kopi jahe pamekasan.

 Ada juga oknum yang main serobot, mengklaim bahwa dialah yang menata shelter di beberapa titik. Padahal yang mengerjakan itu pihak lain. Entah apa maksudnya. Mungkin karena ketidak tahuan atau merasa berkuasa.

 Sementara ada relawan yang melihat ketidak adilan. Dimana rumah yang rusak tidak mendapat bantuan, sementara yang tidak begitu rusak malah sering mendapat bantuan dari berbagai pihak.

 “Konon, keberadaan SK Tanggap Darurat juga tidak jelas siapa yang memegang. Termasuk adanya posko logistik dan posko koordinasi yang dibagi di dua titik,” Kata relawan yang lain dengan ekspresi wajah tidak paham.

 Sayangnya praktek ini tidak dilaporkan dengan disertai bukti otentik. Jangan-jangan relawan tidak tahu harus lapor kemana. Padahal, jika tidak salah ingat, materi manajemen keposkoan (SKPDB) sudah pernah dijadikan materi diklat yang diikuti oleh para pihak.

 Namun entah kenapa, setiap terjadi bencana, selalu saja ada kendala dalam pelaksanaannya. Termasuk penggunaan kata Trauma Healing yang sudah diganti dengan istilah Layanan Dukungan Psikososial. Tapi entah kenapa banyak pihak, masih setia menggunakan kata Trauma Healing.

Sementara itu, terkait dengan keberadaan Desk Relawan, dikatakan bahwa semua lembaga/organisasi/instansi ataupun individu saat ikut respon darurat, dalam SOP nya harus laporan dulu ke posko, untuk diketahui dan terdata jumlah personilnya, logistik yang dibawanya, dan kapasitas yang dimiliki, serta data pendukung lain. 

 “Ini penting. Agar posko nantinya  bisa memobilisasi sesuai dengan kebutuhan di lapangan, untuk menghindari kesenjangan yang ada dan penumpukan relawan di satu titik. Inilah tujuan Desk Relawan itu,” Ujarnya menambahkan.

 Namun fakta di lapangan, tidak berjalan sesuai yang diharapkan, karena kurangnya SDM baik dari pemerintah maupun unsur masyarakat, masih tingginya ego sektoral dari masing-masing pihak, dan juga kurangnya pemahaman terkait tupoksi dari Desk Relawan itu sendiri. Termasuk tindak lanjutnya.

 Begitulah sepenggal cerita relawan yang berkesempatan ikut respon bencana gempa Tuban di Pulau Bawean. Tentu, masing-masing relawan punya kesan sendiri yang akan menarik jika diceritakan sebagai pengalaman yang indah. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Selasa-03042024]

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1 komentar:

  1. sungguh masing2 komunitas punya kesan dan pengalaman tersendiri saat ikut respon bencana gempa di pulau Bawean.
    tentunya jika semua cerita itu dikumpulkan untuk dijadikan bahan diskusi dan pembelajaran, mungkin akan sangat berharga untuk melakukan evaluasi dan tindak lanjut giat respon ke depannya.

    memang ada pihak yang tidak suka jika pengalaman jeleknya diungkap. padahal pengalaman itu penting untuk menambah wawasan sekaligus sebagai bekal untuk kegiatan ke depannya.

    semoga untaian pengalaman dari beberapa pengalaman relawan tidak disalahpahami untuk kemudian di paido dan di clathu seperti biasanya.

    BalasHapus