Menjelang bulan ramadhan tahun ini, BPBD Provinsi Jawa Timur memfasilitasi F-PRB dan SRPB menggelar rapat koordinasi (rakor) yang diikuti oleh yang diikuti oleh wakil organisasi mitra masing-masing. F-PRB bertempat di Hotel Movenpick, dan SRPB menempati Hotel Leedon.
Dalam amanatnya, Kalaksa BPBD Provinsi Jawa Timur berharap agar semua komponen relawan turut serta melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan dalam rangka mengurangi risiko bencana di berbagai daerah di Jawa Timur, yang semakin hari semakin meningkat dengan kerugian yang semakin banyak ragamnya.
Kemudian, dalam rangka memeriahkan peringatan bulan PRB tingkat nasional tahun 2025, dimana Jawa Timur menjadi panitianya, diharapkan semua pihak, baik yang tergabung di F-PRB maupun SRPB, diharapkan dapat menyatukan langkah menuju bulan PRB di Jawa timur, dengan fokus kegiatan pada bersih-bersih sampah dan penanaman pohon, sebagai upaya mengurangi potensi banjir dan longsor, serta melakukan edukasi/sosialisasi PRB kepada masyarakat untuk membangun budaya tangguh.
Rakor ditahun yang bershio ular kayu ini, semua pesertanya mendapat Jaket mbois Limited Edition yang tidak dijual secara online. Dengan berseragam jaket eksklusif ini, peserta berhasil menelorkan beberapa hasil yang konon akan ditindak lanjuti. Baik untuk laporan maupun untuk keperluan lain.
Terkait dengan tindak lanjut rakor, kira-kira program apa yang akan dilakukan oleh masing-masing pihak, sebagai cerminan hasil rakor, selain bersih sampah dan penanaman pohon, yang senyatanya sudah dilakukan oleh banyak pihak.
Hal ini mengingat bahwa, dalam sebuah postingan di grup whatsapp, ada yang bilang bahwa materi yang dibahas dalam rakor terlalu ringan, kerana materi tersebut sudah dibahas sejak tahun 2004 dalam UNDRR. Sehingga yang datang hanya Golongan L3 yaitu Lu Lu Lagi, ‘every year’. Ya macam inilah Relawan PRB Jawa Timur.
Pertanyaannya kemudian, mengapa ada anggapan rakor hanya diikuti oleh golongan L3 ?. mungkin karena orang-orang ini adalah orang yang loyal dan mudah dihubungi, los gak rewel. Namun bisa juga dalam sebuah organisasi, semua anggotanya sibuk, tidak dapat mewakili rakor. Sehingga, dari pada tidak terwakili maka yang hadir ya itu lagi itu lagi. Hal inilah yang perlu disadari oleh semua pihak, agar tidak timbul sakwa sangka yang tidak sehat.
Namun kenyataannya, memang ada praktek yang mengakomodasi ikutnya golongan L3, dengan berbagai alasan yang mengorbankan anggota mitra yang sulit dihubungi (dianggap tidak aktif), dalam rangka mengamankan kuota sesuai aturan penggunaan anggaran untuk memperlancar proses penyusunan laporan.
Postingan ini semoga tidak dianggap angin lalu, namun perlu dijadikan bahan evaluasi, mengapa golongan L3 ini selalu ada, dan apakah tidak ada upaya untuk meniadakannya dalam rangka memberi kesempatan kepada yang lain untuk ikut serta menikmati fasilitas gratisan yang menyenangkan.
Yang jelas, pasca rakor, masing-masing pihak mulai unjuk karya melakukan kegiatan bersih-bersih sampah di sungai, maupun penanaman di berbagai tempat yang dianggap rawan bencana. Tidak lupa mereka juga mendokumentasikan melalui berbagai media.
Tentu, dari banyaknya hasil unjuk karya itu, nantinya akan diseleksi, mana yang layak ditampilkan dalam agenda perhelatan peringatan bulan PRB tingkat nasional tahun 2025. Layak disini diantaranya (mungkin) yang mengandung unsur kreatif, inovatif, kemenarikan, kebermanfaatan, kesinambungan dan sebagainya sesuai kriteria yang ditentukan oleh tim panitia. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Senin-24022025]

Tidak ada komentar:
Posting Komentar