Sungguh, tidak ada salahnya jika Jamaah LC (Lorong eduCation) mengucapkan terimakasih kepada Pak Yanu, selaku kabid PK BPBD Kota Surabaya, yang telah memberi kesempatan mengikuti Rapat Forum Perangkat Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran 2026 dan Forum Konsultasi Publik tentang Standar Pelayanan BPBD Kota Surabaya. Rapat ini diselenggarakan di pendopo Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya, Kamis (27/02/2025).
Dengan mengikuti kegiatan ini, Jamaah LC menjadi tahu bahwa visi BPBD Kota Surabaya adalah Mewujudkan Ketangguhan terhadap Bencana dan Berkelanjutan. Sementara misinya adalah, Memperkuat budaya sadar bencana, Melaksanakan sinergi stakeholder dalam upaya penanggulangan bencana, dan Mengembangkan sistem penanggulangan bencana berbasis sains dan teknologi.
Mungkin, dari visi misi tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam program inovatif tahun 2026 yang menjadi rencana kerja dan dibahas dalam rapat yang mendatangkan akademisi dari ITS, yang sekaligus sebagai moderator.
Inilah bentuk transparansi program BPBD, sehingga Komunitas relawan dapat mengetahuinya, untuk kemudian dapat membangun aksi kolaborasi antar keduanya dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan di bidang kebencanaan.
Adapun program inovasi itu adalah, TRC multisektor sesuai Perka BNPB, Pelatihan materi dan praktek rehab rekon personil pawana, pelatihan teori dan praktek telemedecine personil CC Room 112. dukungan dana untuk kegiatan ini diajukan sekitar Rp. 22.940.494.448,-
Juga ada program Pelaksanaan F-PRB secara berkala, Pembentukan Kelurahan Tangguh Bencana di 31 Kawasan, Penyusunan dokumen rencana penanggulangan bencana (RPB) skala Kota. Dukungan dananya pada kisaran Rp. 318.200.000,-.
Ada juga Pelatihan gedung bertingkat tanggap bencana, Pelatihan dan sosialisasi terpadu warga bantaran sungai. Ini diperlukan anggaran Rp. 1.050.751.647.
Sementara itu, peserta rapat yang terdiri dari berbagai pihak itu juga tahu kegiatan bidang pencegahan dan kesiapsiagaan BPBD Kota Surabaya. Seperti mengadakan pelatihan pencegahan dan mitigasi bencana Kabupaten/Kota, Penyediaan peralatan perlindungan dan kesiapsiagaan terhadap bencana, dan Penguatan kapasitas kawasan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan.
Program diatas itu sangat diperlukan. Mengingat bahwa BPBD Surabaya itu tugasnya mengampu semua jenis bencana dan masalah darurat sosial yang menimpa warga. Tugas-tugas ini didukung oleh berbagai OPD terkait, serta masyarakat dan media yang peduli Kota Surabaya. Untuk itu diperlukan kolaborasi pentahelix dalam upaya membangun budaya tangguh bagi warga kota Surabaya.
Terkait dengan program Pelaksanaan F-PRB secara berkala dengan dukungan banyak dana, kalaksa BPBD Surabaya, dalam paparannya sempat bilang bahwa masalah pembentukan forum, kalau tidak salah dengar, masih akan dibahas lebih mendalam lagi, entah kapan, yang penting akan dibahas.
Semoga saja pembahasannya dilakukan dengan melibatkan elemen pentahelix, seperti yang diatur dalam pedoman pembentukan F-PRB. Begitu juga dengan rencana penyusunan dokumen kajian risiko bencana, rencana penanggulangan bencana dan renkon serta dokumen pendukung lainnya, hendaknya juga melibatkan para pihak.
Yang jelas semua program inovasi tahun 2026 dengan dukungan dana yang tidak sedikit, yang dipaparkan kalaksa itu masih perlu dijelaskan agar tidak menimbulkan salah tafsir.
Disampaikan juga bahwa dalam melakukan edukasi dan sosialisasi program pengurangan risiko bencana, sesungguhnya diperlukan peran serta berbagai pihak, namun nyatanya masih belum ada upaya pelibatan dikarenakan belum terjalinnya komunikasi dan koordinasi yang sejuk untuk membangun kesepahaman.
Jika daerah lain bisa, mengapa Surabaya sulit ?. Erick, salah satu peserta dari Lorong eduCation bilang, perlu ada acara jagongan bareng secara informal sambil ngopi, nyemil dan ngudud untuk mencoba mengurai kendala yang ada.
Masalahnya kemudian, siapa yang layak untuk memulai mengajak jagongan ?. Kalau yang memulai mengajak dari relawan, tampaknya kurang menarik. Karena sudah beberapa kali mencoba dan nyatanya tidak ada respon positif, babar blas gak direwes karena masih berfikir untung rugi.
Paling tidak Jamaah LC yang berkesempatan mengikuti acara rapat konsultasi publik, dapat menyampaikan informasi yang didapat kepada anggotanya untuk dibahas bersama, dan jika memungkinkan membuat semacam rekomendasi yang disampaikan ke BPBD sebagai bahan untuk penyempurnaan rencana kerja tahun 2026. wallahu a’lam bishowab. [eBas/Jumat malam usai tarawih pertama- 28022025]

dalam rencana kerjanya salah satunya adalah program pelaksanaan F-PRB secara berkala. ini kayaknya perlu dijelaskan karena sesungguhnyalah F-PRB Kota Surabaya itu belum terbentuk kok sudah ada program palaksanaan F-PRB secara berkala. harusnya kan program pembentukan F-PRB. ya mungkin bahasa anggarannya memang begitu ya tidak tahu untuk itulah perlu ada penjelasan agar tidak ada dusta diantara para pihak.....hehehehehe...
BalasHapusSesungguhnyalah komunikasi yg asik itu sangat bermanfaat dlm rangka membangun kesepahaman dan kesepakatan untuk melakukan gerakan kolaborasi antar komunitas
BalasHapus