Tahun ini Daikin dan Belini tidak dilibatkan dalam pelaksanaan program sosialisasi program destana dan spab di berbagai Kabupaten. Konon katanya untuk memberi kesempatan kepada anggota lainnya dalam rangka penyegaran, pemerataan dan kaderisasi.
Mereka berdua paham dan menerima kebijakan yang diambil tanpa sakwa sangka. Mereka tahu diri bahwa semua akan ada masanya. Mereka tetap santai cangkruk’an di warkop langgagannya, menikmati kopi yang harganya telah disesuaikan karena imbas kenaikan sembako dan gas melon.
“Mas Kin, sampiyan apa sudah dengar adanya rencana pemangkasan anggaran di berbagai kementerian untuk mendukung merealisasikan janji politik waktu kampanye ?,” Tanya Belini sambil nyeruput Kopi hitam panas pait, sebagai upaya mengendalikan gula di tubuhnya.
Masih kata Belini, bahwa Avianto Amri, ketua MPBI, dalam tulisannya mengatakan, Pemerintah memangkas anggaran BNPB, BMKG, dan Basarnas, mengancam kesiapsiagaan dan respons bencana di Indonesia. Minimnya investasi mitigasi dapat meningkatkan korban jiwa dan biaya respons, serta pemulihan. Saatnya semua pihak bersatu memastikan upaya penanggulangan bencana tetap berjalan efektif dan tepat sasaran.
“Jika tulisan Avianto ini benar, tentu akan berdampak pada kegiatan di semua fase penanggulangan bencana. Jangan-jangan juga berdampak pada pengurangan tenaga kontrak (honorer) di lembaga tersebut,” Tambahnya.
Tentu dampak pemangkasan anggaran itu juga akan dirasakan oleh komunitas relawan, khususnya yang sering diajak “jalan bareng” oleh instansi terkait. Sementara komunitas relawan yang berjalan sendiri, ya enjoy saja menikmati situasi yang serba tidak menentu ketika pemerintah baru sedang mencari bentuk formula jitu untuk menyejahterakan rakyatnya dengan program baru, sambil berdoa semoga saja tidak ada tenaga kontrak (honorer) yang “dirumahkan” akibat kebijakan ini.
Sambil menikmati jajan rondo royal kesukaannya yang masih hangat, Daikin, lewat gawainya mencoba mencari artikel terkait dengan rencana pemerintah memangkas anggaran yang akan berdampak pada kinerja dan program kementerian.
“Yang jelas, jika pemangkasan anggaran itu benar dilakukan di semua instansi, termasuk BNPB dan BPBD, maka upaya membangung ketangguhan masyarakat menghadapi bencana lewat berbagai program, akan mengalami penyesuaian,” Kata Daikin.
Sambil menikmati sego krawu khas gresik, Daikin juga bilang bahwa sebelum ada pengurangan anggaran, program pra bencana, diantaranya edukasi dan sosialisasi pengurangan risiko bencana, mitigasi, dan pelatihan untuk peningkatan kapasitas relawan, masih sedikit dan belum merata. Apalagi jika anggarannya dikurangi. Ya tinggal menunggu waktu sajalah, seperti kata Dwi Korita tentang akan datangnya bencana megathrust, yang sampai sekarang masih ditunggu.
“Dengan demikian, ajakan Avinato untuk bersatu memastikan upaya penanggulangan bencana tetap berjalan efektif dan tepat sasaran, sangat tergantung kebijakan pemerintah (dalam hal ini BNPB/BPBD), mau melibatkan masyarakat dalam melaksanakan program di semua fase penanggulangan bencana, apa tidak” Tambahnya.
Hal ini sejalan dengan komentar Zie_lawanoes di grup whatsapp PRBBK Indonesia 1, yang prihatin bahwa pemerintah belum punya kesadaran dan peka terhadap kebencanaannya, sehingga program yang disusun hanya sekali sentuh tanpa tindak lanjut yang melibatkan para pihak.
“Pemerintahlah yang harusnya lebih sigap dan tanggap, karena mereka memiliki kebijakan dan anggarannya,” Katanya.
Sambil meninggalkan warkop. Belini menambahkan bahwa tidak ada ceritanya program destana dan spab yang sekali sentuh itu dapat dikatakan tangguh dan tanda budaya tangguh itu sudah dimiliki masyarakat.
“Ingat, komentar Zie_lawanoes, bahwa saat ini Semuanya hanya berbicara "TANGGUH Bencana" tapi tidak( memahami dan mengerti konsepsi dari kata tersebut. Destana/Keltana (dan spab, red) itu merupakan program kerja yang harus dilaksanakan dan diperbuat oleh seluruh unsur terkait khususnya oleh pemerintahnya sendiri,” Pungkasnya meninggalkan Daikin yang sedang menikmati rondo royal. [eBas/Rabu-12022025]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar