Kamis, 13 Februari 2025

WAKTUNYA BERBAGI PERAN

 Rupanya, pasca kopdar yang terakhir di warkop Songo di daerah Prapen, banyak sekali masukan yang harus “diperhatikan” oleh pengurus formalitas. Mulai dari keinginan para senior agar formalitas kembali ke marwahnya sebagai wadah edukasi bagi anggotanya untuk meningkatkan kapasitas yang menunjang aktivitasnya di alam bebas (kepecinta alaman), perlunya mengadakan latihan bersama, dan kerja-kerja kolaboratif lintas komunitas lainnya yang disepakati bersama.

 Harper sebagai ketua formalitas, dalam komentarnya di grup whatsapp mengatakan bahwa, Banyak usulan yang  dilimpahkan ke formalitas. Saya tidak tega melihat tugas pengurus yang otomatis menjadi semakin berat karena selalu menjadi panitia kegiatannya. Sedangkan anggota komunitas lainnya jarang yang mau menjadi panitia. Mayoritas inginnya jadi peserta.

 “Faktor sebenarnya karena mereka tidak mau susah, tidak mau capek, tidak mau repot. Padahal itu perjuangan demi membangun komunitasnya lebih besar dan lebih maju lagi,” Ujar pria ganteng, yang aktif menghadiri anniversary berbagai komunitas.

 Apa yang dikatakan teman dekatnya ning Tasya benar adanya. Banyak pihak yang enggan jadi panita karena tidak mau capek, tidak mau rebyek, dan tidak mau rugi. Maunya terima undangan untuk kemudian datang duduk, diam, makan, dan “maido” jika tidak sesuai dengan yang diharapkan.

 Untuk itulah, masih kata Harper, saya ingin mendorong komunitas-komunitas agar lebih aktif dan tidak takut untuk membuat kegiatan sekaligus menjadi panitianya. Karena nantinya juga akan dibantu oleh komunitas lainnya dalam rangka saling menguatkan.

 Jika harapan pria penyabar ini dapat diwujudkan, secara tidak langsung keberadaan forum ini telah membelajarkan anggotanya untuk berani membuat kegiatan sekaligus menjadi panitia penyelenggaranya yang penuh dinamika dan suka duka yang menyertainya.

 Sedangkan Utami, pejabat bendahara yang amanah menjalankan tugasnya bilang bahwa, sebaiknya kegiatan formalitas, seperti upacara agustusan, berbagi takjir, dan saur on the road dikurangi. Biarkan kegiatan itu ditangani oleh komunitas. Sedangkan pengurus formalitas cukup ‘tut wuri handayani’ saja.

 “Apa yang saya usulkan ini merupakan masukan dari beberapa teman,” Kata Ibu berputera dua, yang sangat tertib dalam hal pencatatan keuangan organisasi.

 Masukan dari ibu yang selalu bersemangat jika diajak mendaki ini, diamini oleh ketua formalitas, sebagai upaya memberi kesempatan kepada komunitas untuk tampil dengan kegiatannya, sementara pengurus formalitas fokus pada kegiatan yang berskala besar.

 Begitu juga dengan Cak Mus, salah seorang yang ikut membidani lahirnya formalitas, sangat mendukung usulannya bendahara formalitas, dalam rangka pemerataan peran diantara komunitas yang tergabung dalam formalitas. Untuk itulah maka, tugas pengurus adalah selalu pro aktif merangkul serta mengarahkan mereka. Jika diperlukan, pengurus, melalui bidang edukasi mencarikan pemateri atau nara sumber untuk kegiatan “Sharing session”.

 Namun demikian, perlu juga dipikirkan tentang upaya kembali ke marwahnya. Yaitu mencari tokoh yang dapat mengkondisikan agar seluruh anggota komunitas mau berkumpul bersama untuk mengikuti edukasi.

 Dulu, ketika almarhum Om Dharma masih ada, dan para pendirinya masih aktif, merekalah tokoh yang menjadi panutan. Pertanyaannya kemudian, apakah sekarang ada tokoh yang sekelas mereka ?. wallahu a’lam bishowab. Mari kita bicarakan bersama sambil ngopi agar ada solusi untuk menyusun aksi kolaborasi. [eBas/JUm’at dinihari-14022025]

 

1 komentar: