Pemandangan
gemunung Ijen, Pulau Madura, juga Bali menjadi penanda jumpa kali pertama Tim
Ekspedisi Destana Tsunami (EDT) 2019 besutan BNPB di ujung timur Jawa, Pantai
Boom Banyuwangi. Syukur tentu terucap, kegamangan juga tidak lekas pudar.
Sementara Pantai Pulau Merah tetap tegar sebagai destinasi wisata.
Ratusan
simpul komunitas relawan kebencanaan dalam jejaring SRPB (Sekretariat Bersama
Relawan Penanggulangan Bencana) Jawa Timur, beberapa BPBD kabupaten/ kota, juga
para personil BNPB bersapa sua di sana. selfi sana selfi sini, tentu dilakukan
untuk membangun pertemanan, dan menguntai kenangan.
Waktu itu
yang saya ingat, ada kecamuk rasa ragu, khawatir, juga penuh harap, seperti
berdiri di tengah pasukan yang siap bertempur dengan berbagai baju kebesaran
organisasi yang dibungkus rompi EDT 2019 yang mbois, siap menapaktilasi jejak
Tsunami agar masyarakat siap menghadapi secara mandiri.
Dalam
gelap (maksudnya temaram cahaya karena minimnya pasokan listrik di tenda),
angin laut yang dingin, sekaligus kehangatan kopi dan guyon Jawa Timur-an, para
relawan EDT 2019 menyiapkan segalanya demi langkah pertama ini.
Langkah
yang ternyata terjal, penuh kerikil, debu, duri, yang seringkali menjadi sebab
kaki yang limbung dan tubuh yang terluka, lecet-lecet. Namun semua terlewati
atas nama kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan yang menguatkan kita disela
perasaan ‘jaim’ karena belum saling kenal.
Dari satu
pantai ke pantai lain, dari satu tutur tersisa tentang tsunami ke berbagai
harapan ketangguhan masyarakat. Bersama-sama melahap jarak menembus Jember,
Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagunng, Trenggalek, sampai dengan Pacitan, tak
terasa luka itu sudah mengering, berganti tawa ria yang nyaring. Rebutan nasi
kotak dan tidak kebagian jajanan adalah romantika yang kelak akan indah untuk dikenang.
Masing-masing
daerah berbeda cara menyambut Pataka EDT 2019, sesuai kearifan lokal yang ada
disana. Namun semua tidak mengurangi makna yang diharapkan dalam program yang
baru tahun ini diadakan. Tentu, disela gelaran hiburan malam yang disuguhkan,
terbersit harap semoga tahun depan lebih tertata lagi.
Herannya,
bukannya lelah dan menyerah, para pejuang kemanusiaan ini malah makin heroik melakukan
sosialisasi dan edukasi tentang adanya potensi bencana Tsunami kepada
masyarakat pesisir selatan Jawa. Dengan gayanya sendiri mereka melakukan
interaksi dengan masyarakat sambil ngopi (ngobrol pintar), bicara tentang
kebiasaan setempat jika ada bencana seperti banjir rob atau longsor.
Rasanya
jadi sulit membedakan mana dia masyarakat, pemerintah, media, akademisi, dan
dunia usaha, yang seringkali berdiri di 5 sudut berbeda dalam aktor pentahelix
kebencanaan. Warga Pacitan yang menyediakan kulineran ala pasar rakyat yang
dilanjut dengan cerita-cerita di lingkaran api unggun, merekatkan jiwa
persaudaraan para relawan.
Rabu, 24
Juli 2019. Hari ke-12, kilometer ke sekian ratus, Pataka EDT 2019 telah
berpindah kesembilan kalinya. Pasukan yang siap bertempur waktu itu, merayakan
satu kemenangan kecilnya. Lelah menguap, luka-luka memudar, gelak tawa
mengembang di lapangan Desa Cemeng, Donorejo, kabupaten Pacitan.
Jalan
terjal yang dulu agak membuat gentar itu, mampu dibakar oleh ketangguhan
arek-arek SRPB JATIM yang berapi-api itu. Hanya ada satu kata, EDT 2019 segmen
Jatim harus sukses. Semoga kemenangan kemarin, menjadi lecutan karya dalam
memberi makna pertempuran-pertempuran selanjutnya.
Sudah waktunya
aktor-aktor Pentahelix bersatu padu melanjutkan jejak langkah yang ditinggalkan
peserta EDT 2019 dalam sebentuk aksi mengedukasi masyarakat secara berkala agar
terbangun budaya tangguh menghadapi bencana. edukasi dan simulasi menghadapi
bencana harus diadakan secara berkala, bukan sekali saja terus dianggap sudah
bisa.
Salam
hormat dan salut untukmu para relawan, juga warga Jawa Timur. Langkah awal di
ujung timur pesisir selatan Jawa ini, semoga bisa menginspirasi daerah lain
sekaligus memantapkan langkah ekspedisi selanjutnya.
Pataka EDT
2019 telah berpindah. Kini waktunya relawan Jawa timur melepas lelah. Sementara
relawan Jogja, Jawa tengah, Jawa Barat dan Banten telah siap meneruskan
langkah. Tapi ingat, perjuangan jangan pernah punah. Salam Tangguh, Salam
Kemanusiaan *[Rts]
Makasih mbak Titis yg telah mendokumentasikan kelakuan teman2 SRPB yg ikut menyemarakkan gelaran EDT 2019.
BalasHapusbanyak wawasan pengalaman dan kenangan yg bisa kami jadikan inspirasi utk langkah ke depan
semoga kita ketemu lagi di medan pengabdian yg lain
salam kami dari SRPB JATIM
Top markotop Mbak Titis. Tulisannya ini bisa diikutkan dalam lomba kesusastraan nih.
BalasHapusTerimakasih untuk Mbak titis kita semua saudara
BalasHapusMantapp,,
BalasHapusSemangat trus buat para Relawan, semoga diberi kesehatan yg baik slave..
Salam Tangguh..💪💪💪
mbak Titis eh mbak Rts semua senang membaca tulisan mbak. semua sepakat jika EDT wajib ditindaklanjuti tahun depan karena giat sosialisasi dan edukasi itu merupakan proses yg berkelanjutan dan panjang agar menjadi sebuah kebiasaan (habbit).
BalasHapusbohong jika ada warga masyarakat yg sekali di edukasi ttg potensi tsunami trus langsung tangguh.
contoh gempa yg barusan terjadi semua juga masih panik
makanya edukasi yg terprogram itu memang wajib ada dan diadakan
salam tangguh
sungguh tulisan ini sangat menginspirasi kami yg ada di daerah. semoga kami bisa bersinergi dgn bpbd kabupaten utk melanjutkan giat edukasi sosialisasi potensi bencana di daerah pesisir scr berkala gantian dgn seluruh elemen komunitas yg ada di daerah, salam tangguh pak ebas
BalasHapusSeduluran sak lawase pokokmen...��
BalasHapusMantaaaap.... Ditunggu tulisan yang lainnya nggih mbak.
BalasHapustulisannya cerdas kritis konstruktip banget enak dibaca dan menginspirasi ............. ditunggu tulisan lainnya nggih mbak ..... salam tangguh salam kemanusiaan kompak persahabatan selalu
BalasHapusSudah waktunya aktor-aktor Pentahelix bersatu .... ya memang harus bersatu dlm sosialisasi PRB kpd masyarakat secara setara seirama tanpa ada yg saling memerintah dan dijelaskan siapa mengerjakaan apa, gitu mbak Titis
BalasHapus