Sabtu, 03 Agustus 2019

EDT 2019 DALAM CATATAN SEORANG PENULIS

      Pemandangan gemunung Ijen, Pulau Madura, juga Bali menjadi penanda jumpa kali pertama Tim Ekspedisi Destana Tsunami (EDT) 2019 besutan BNPB di ujung timur Jawa, Pantai Boom Banyuwangi. Syukur tentu terucap, kegamangan juga tidak lekas pudar. Sementara Pantai Pulau Merah tetap tegar sebagai destinasi wisata.

Ratusan simpul komunitas relawan kebencanaan dalam jejaring SRPB (Sekretariat Bersama Relawan Penanggulangan Bencana) Jawa Timur, beberapa BPBD kabupaten/ kota, juga para personil BNPB bersapa sua di sana. selfi sana selfi sini, tentu dilakukan untuk membangun pertemanan, dan menguntai kenangan.

Waktu itu yang saya ingat, ada kecamuk rasa ragu, khawatir, juga penuh harap, seperti berdiri di tengah pasukan yang siap bertempur dengan berbagai baju kebesaran organisasi yang dibungkus rompi EDT 2019 yang mbois, siap menapaktilasi jejak Tsunami agar masyarakat siap menghadapi secara mandiri.

Dalam gelap (maksudnya temaram cahaya karena minimnya pasokan listrik di tenda), angin laut yang dingin, sekaligus kehangatan kopi dan guyon Jawa Timur-an, para relawan EDT 2019 menyiapkan segalanya demi langkah pertama ini.

Langkah yang ternyata terjal, penuh kerikil, debu, duri, yang seringkali menjadi sebab kaki yang limbung dan tubuh yang terluka, lecet-lecet. Namun semua terlewati atas nama kebersamaan, rasa senasib sepenanggungan yang menguatkan kita disela perasaan ‘jaim’ karena belum saling kenal.

Dari satu pantai ke pantai lain, dari satu tutur tersisa tentang tsunami ke berbagai harapan ketangguhan masyarakat. Bersama-sama melahap jarak menembus Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagunng, Trenggalek, sampai dengan Pacitan, tak terasa luka itu sudah mengering, berganti tawa ria yang nyaring. Rebutan nasi kotak dan tidak kebagian jajanan adalah romantika yang kelak akan indah untuk dikenang.

Masing-masing daerah berbeda cara menyambut Pataka EDT 2019, sesuai kearifan lokal yang ada disana. Namun semua tidak mengurangi makna yang diharapkan dalam program yang baru tahun ini diadakan. Tentu, disela gelaran hiburan malam yang disuguhkan, terbersit harap semoga tahun depan lebih tertata lagi.

Herannya, bukannya lelah dan menyerah, para pejuang kemanusiaan ini malah makin heroik melakukan sosialisasi dan edukasi tentang adanya potensi bencana Tsunami kepada masyarakat pesisir selatan Jawa. Dengan gayanya sendiri mereka melakukan interaksi dengan masyarakat sambil ngopi (ngobrol pintar), bicara tentang kebiasaan setempat jika ada bencana seperti banjir rob atau longsor.

Rasanya jadi sulit membedakan mana dia masyarakat, pemerintah, media, akademisi, dan dunia usaha, yang seringkali berdiri di 5 sudut berbeda dalam aktor pentahelix kebencanaan. Warga Pacitan yang menyediakan kulineran ala pasar rakyat yang dilanjut dengan cerita-cerita di lingkaran api unggun, merekatkan jiwa persaudaraan para relawan.

Rabu, 24 Juli 2019. Hari ke-12, kilometer ke sekian ratus, Pataka EDT 2019 telah berpindah kesembilan kalinya. Pasukan yang siap bertempur waktu itu, merayakan satu kemenangan kecilnya. Lelah menguap, luka-luka memudar, gelak tawa mengembang di lapangan Desa Cemeng, Donorejo, kabupaten Pacitan.

Jalan terjal yang dulu agak membuat gentar itu, mampu dibakar oleh ketangguhan arek-arek SRPB JATIM yang berapi-api itu. Hanya ada satu kata, EDT 2019 segmen Jatim harus sukses. Semoga kemenangan kemarin, menjadi lecutan karya dalam memberi makna pertempuran-pertempuran selanjutnya.

Sudah waktunya aktor-aktor Pentahelix bersatu padu melanjutkan jejak langkah yang ditinggalkan peserta EDT 2019 dalam sebentuk aksi mengedukasi masyarakat secara berkala agar terbangun budaya tangguh menghadapi bencana. edukasi dan simulasi menghadapi bencana harus diadakan secara berkala, bukan sekali saja terus dianggap sudah bisa.

Salam hormat dan salut untukmu para relawan, juga warga Jawa Timur. Langkah awal di ujung timur pesisir selatan Jawa ini, semoga bisa menginspirasi daerah lain sekaligus memantapkan langkah ekspedisi selanjutnya.

Pataka EDT 2019 telah berpindah. Kini waktunya relawan Jawa timur melepas lelah. Sementara relawan Jogja, Jawa tengah, Jawa Barat dan Banten telah siap meneruskan langkah. Tapi ingat, perjuangan jangan pernah punah. Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan *[Rts]

10 komentar:

  1. Makasih mbak Titis yg telah mendokumentasikan kelakuan teman2 SRPB yg ikut menyemarakkan gelaran EDT 2019.
    banyak wawasan pengalaman dan kenangan yg bisa kami jadikan inspirasi utk langkah ke depan
    semoga kita ketemu lagi di medan pengabdian yg lain

    salam kami dari SRPB JATIM

    BalasHapus
  2. Top markotop Mbak Titis. Tulisannya ini bisa diikutkan dalam lomba kesusastraan nih.

    BalasHapus
  3. Terimakasih untuk Mbak titis kita semua saudara

    BalasHapus
  4. Mantapp,,
    Semangat trus buat para Relawan, semoga diberi kesehatan yg baik slave..

    Salam Tangguh..💪💪💪

    BalasHapus
  5. mbak Titis eh mbak Rts semua senang membaca tulisan mbak. semua sepakat jika EDT wajib ditindaklanjuti tahun depan karena giat sosialisasi dan edukasi itu merupakan proses yg berkelanjutan dan panjang agar menjadi sebuah kebiasaan (habbit).
    bohong jika ada warga masyarakat yg sekali di edukasi ttg potensi tsunami trus langsung tangguh.
    contoh gempa yg barusan terjadi semua juga masih panik
    makanya edukasi yg terprogram itu memang wajib ada dan diadakan

    salam tangguh

    BalasHapus
  6. sungguh tulisan ini sangat menginspirasi kami yg ada di daerah. semoga kami bisa bersinergi dgn bpbd kabupaten utk melanjutkan giat edukasi sosialisasi potensi bencana di daerah pesisir scr berkala gantian dgn seluruh elemen komunitas yg ada di daerah, salam tangguh pak ebas

    BalasHapus
  7. Seduluran sak lawase pokokmen...��

    BalasHapus
  8. Mantaaaap.... Ditunggu tulisan yang lainnya nggih mbak.

    BalasHapus
  9. tulisannya cerdas kritis konstruktip banget enak dibaca dan menginspirasi ............. ditunggu tulisan lainnya nggih mbak ..... salam tangguh salam kemanusiaan kompak persahabatan selalu

    BalasHapus
  10. Sudah waktunya aktor-aktor Pentahelix bersatu .... ya memang harus bersatu dlm sosialisasi PRB kpd masyarakat secara setara seirama tanpa ada yg saling memerintah dan dijelaskan siapa mengerjakaan apa, gitu mbak Titis

    BalasHapus