Sabtu, 10 Agustus 2019

RELAWAN SADAR BENCANA


Ada yang istimewa dalam kegiatan pelatihan pengelola PAUD dan PKBM tahun 2019 ini. Kegiatan yang dikemas dengan tema Peningkatan Kompetensi SDM Melalui Bimtek bagi Pengelola PAUD dan PKBM (untuk LKP menyusul gelombang berikutnya). Istimewanya adalah, disisipkannya materi tentang Pendidikan (manajemen) Pengurangan Risiko Bencana Pada Satuan PAUD dan DIKMAS.

Ya, materi baru yang oleh Balai coba diperkenalkan dikalangan pegiat satuan pendidikan nonformal (SPNF), dimana seringkali lokasinya atau peserta didiknya banyak yang berdomisili di daerah rawan bencana. Sehingga materi ini menjadi penting diberikan, agar mereka sadar bahwa di daerahnya ada potensi bencana.

Sesungguhnyalah, materi tentang kebencanaan ini sudah ada sejak tahun 2012, dengan nama SMAB (sekolah madrasah aman bencana) yang diperbaharui menjadi SPAB (satuan pendidikan aman bencana). walau sudah lama, namun konsep SMAB/SPAB belum banyak dilakukan di pendidikan formal. Apalagi di pendidikan non formal. Mengapa begitu ?. ya tidak tahu, nyatanya memang begitu. Mungkin pejabatnya yang kurang memiliki kesadaran untuk melakukan itu.

Kegiatan yang bertempat di Aula BP-PAUD dan DIKNAS JATIM berlangsung meriah dan interaktif. Dipandu oleh  pakarnya dari MDMC (muhammadiyah disaster managemen center), membuat peserta antusias mendengan paparan materi yang baru tahun ini diadakan oleh Balai.

Materi yang diberikan berkisar pada konsep satuan pendidikan aman bencana. seperti, Konsep dan Konteks Penanggulangan Bencana  (PB) di Indonesia, Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Tiga Pilar Kerangka Kerja dalam SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana), Pengkajian Risiko Bencana secara mandiri dan partisipatif, Praktek Pengkajian berbasis aset sekolah, Pembuatan RAS (rencana Aksi Sekolah), diakhiri dengan Praktek Pembuatan Peta/Denah Ancaman, Risiko dan Jalur Evakuasi, serta Pembuatan Protap Bencana Sekolah.

Sebagai penyemangat, disamping diberi tas beserta isinya, peserta juga diberi kaos lengan panjang warna orange, waran khas relawan kebencanaan, yang bertuliskan ‘Relawan Sadar Bencana’. ya, dengan pemberian kaos ini diharapkan peserta yang bergiat di satuan pendidikan nonformal, tumbuh kesadaran akan pentingnya mengenali potensi bencana yang ada di daerahnya untuk kemudian bisa mengurangi risiko saat terjadi bencana.

Tentu, dengan pemberian kaos orange bertuliskan Relawan Sadar bencana, bukan otomatis sipemakainya langsung memiliki kesadaran akan arti penting kesiapsiagaan menghadapi bencana dan mengurangi risikonya. Ya, harus ada tindak lanjutnya. Baik berupa diklat maupun simulasi yang diagendakan secara berkala untuk menumbuhkan budaya tangguh bencana kepada peserta didiknya.

Sukur-sukur alumni kegiatan ini bisa berperan sebagai aktor yang menyebarkan konsep pengurangan risiko bencana kepada masyarakat sekitarnya. Jadi semuamya memerlukan proses. Tidak hanya sekali mendengarkan materi SPAB langsung menyandang gelar relawan yang sadar bencana. ingat semuanya butuh proses dan tidak semua orang bisa menjadi relawan.

Mungkin,BP-PAUD dan DIKMAS JATIM lah yang pertama berani menerapkan materi kebencanaan ini dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Satuan Pendidikan Nonformal. Hal ini mengingat, seperti yang dirilis dalam indek risiko bencana Indonesia (IRBI) BNPB,  bahwa di seluruh daerah Jawa Timur berpotensi terjadia bencana dengan ancaman yang berbeda, sesuai letak geografisnya. Hampir semua jenis bencana ada di Jawa Timur. Ada bencana erupsi gunung api, banjir, longsor, gempa, tsunami, kekeringan, kebakaran, dan angin puting beliung.

Disisi lain, ada sekitar 2.000 gedung sekolah yang didirikan di daerah rawan bencana. jumlah tersebut belum termasuk lembaga pendidikan nonformal (PKBM, SKB, LKP, dan PAUD). Dengan kondisi yang seperti ini, tentulah diperlukan upaya penyadaran kepada para pegiat SPNF tentang adanya potensi ancaman bencana di daerahnya.

Sehingga mereka bersama-sama relawan penanggulangan bencana lainnya (termasuk BPBD setempat, jika memungkinkan), bisa membangun sinergi untuk bersama-sama melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pengurangan risiko bencana, sehingga akan tercipta masyarakat sadar bencana yang memiliki kesiapsiagaan serta bisa melakukan mitigasi dan evakuasi mandiri ketika bencana melanda daerahnya. Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/ minggu pon (11/9) dini hari]




   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar