Ada yang
istimewa dalam kegiatan pelatihan pengelola PAUD dan PKBM tahun 2019 ini.
Kegiatan yang dikemas dengan tema Peningkatan Kompetensi SDM Melalui Bimtek
bagi Pengelola PAUD dan PKBM (untuk LKP menyusul gelombang berikutnya). Istimewanya
adalah, disisipkannya materi tentang Pendidikan (manajemen) Pengurangan Risiko
Bencana Pada Satuan PAUD dan DIKMAS.
Ya,
materi baru yang oleh Balai coba diperkenalkan dikalangan pegiat satuan
pendidikan nonformal (SPNF), dimana seringkali lokasinya atau peserta didiknya
banyak yang berdomisili di daerah rawan bencana. Sehingga materi ini menjadi
penting diberikan, agar mereka sadar bahwa di daerahnya ada potensi bencana.
Sesungguhnyalah,
materi tentang kebencanaan ini sudah ada sejak tahun 2012, dengan nama SMAB
(sekolah madrasah aman bencana) yang diperbaharui menjadi SPAB (satuan
pendidikan aman bencana). walau sudah lama, namun konsep SMAB/SPAB belum banyak
dilakukan di pendidikan formal. Apalagi di pendidikan non formal. Mengapa
begitu ?. ya tidak tahu, nyatanya memang begitu. Mungkin pejabatnya yang kurang
memiliki kesadaran untuk melakukan itu.
Kegiatan
yang bertempat di Aula BP-PAUD dan DIKNAS JATIM berlangsung meriah dan
interaktif. Dipandu oleh pakarnya dari
MDMC (muhammadiyah disaster managemen center), membuat peserta antusias
mendengan paparan materi yang baru tahun ini diadakan oleh Balai.
Materi yang
diberikan berkisar pada konsep satuan pendidikan aman bencana. seperti, Konsep
dan Konteks Penanggulangan Bencana (PB)
di Indonesia, Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, Tiga Pilar Kerangka Kerja
dalam SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana), Pengkajian Risiko Bencana secara
mandiri dan partisipatif, Praktek Pengkajian berbasis aset sekolah, Pembuatan
RAS (rencana Aksi Sekolah), diakhiri dengan Praktek Pembuatan Peta/Denah Ancaman,
Risiko dan Jalur Evakuasi, serta Pembuatan Protap Bencana Sekolah.
Sebagai penyemangat,
disamping diberi tas beserta isinya, peserta juga diberi kaos lengan panjang
warna orange, waran khas relawan kebencanaan, yang bertuliskan ‘Relawan Sadar
Bencana’. ya, dengan pemberian kaos ini diharapkan peserta yang bergiat di
satuan pendidikan nonformal, tumbuh kesadaran akan pentingnya mengenali potensi
bencana yang ada di daerahnya untuk kemudian bisa mengurangi risiko saat
terjadi bencana.
Tentu,
dengan pemberian kaos orange bertuliskan Relawan Sadar bencana, bukan otomatis
sipemakainya langsung memiliki kesadaran akan arti penting kesiapsiagaan
menghadapi bencana dan mengurangi risikonya. Ya, harus ada tindak lanjutnya. Baik
berupa diklat maupun simulasi yang diagendakan secara berkala untuk menumbuhkan
budaya tangguh bencana kepada peserta didiknya.
Sukur-sukur
alumni kegiatan ini bisa berperan sebagai aktor yang menyebarkan konsep
pengurangan risiko bencana kepada masyarakat sekitarnya. Jadi semuamya
memerlukan proses. Tidak hanya sekali mendengarkan materi SPAB langsung
menyandang gelar relawan yang sadar bencana. ingat semuanya butuh proses dan tidak semua orang bisa menjadi relawan.
Mungkin,BP-PAUD
dan DIKMAS JATIM lah yang pertama berani menerapkan materi kebencanaan ini
dalam kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM Pengelola Satuan Pendidikan Nonformal.
Hal ini mengingat, seperti yang dirilis dalam indek risiko bencana Indonesia (IRBI)
BNPB, bahwa di seluruh daerah Jawa Timur
berpotensi terjadia bencana dengan ancaman yang berbeda, sesuai letak
geografisnya. Hampir semua jenis bencana ada di Jawa Timur. Ada bencana erupsi
gunung api, banjir, longsor, gempa, tsunami, kekeringan, kebakaran, dan angin
puting beliung.
Disisi lain,
ada sekitar 2.000 gedung sekolah yang didirikan di daerah rawan bencana. jumlah
tersebut belum termasuk lembaga pendidikan nonformal (PKBM, SKB, LKP, dan
PAUD). Dengan kondisi yang seperti ini, tentulah diperlukan upaya penyadaran
kepada para pegiat SPNF tentang adanya potensi ancaman bencana di daerahnya.
Sehingga mereka
bersama-sama relawan penanggulangan bencana lainnya (termasuk BPBD setempat,
jika memungkinkan), bisa membangun sinergi untuk bersama-sama melakukan edukasi
kepada masyarakat tentang pengurangan risiko bencana, sehingga akan tercipta
masyarakat sadar bencana yang memiliki kesiapsiagaan serta bisa melakukan
mitigasi dan evakuasi mandiri ketika bencana melanda daerahnya. Salam Tangguh,
Salam Kemanusiaan. [eBas/ minggu pon (11/9) dini hari]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar