Jumat, 02 Agustus 2019

Gempa dan Tsunami Terdahsyat di Indonesia Selama Dua Dekade


Indonesia sebagai negara kepulauan perlu untuk beradaptasi dan mewaspadai gempa yang bahkan bisa diikuti tsunami. Widjo Kongko, pakar tsunami sekaligus pejabat Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan adanya potensi gempa megathrust di pesisir Jawa. Pernyataannya menjadi perbincangan masyarakat dan banyak pihak.

“Ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan magnitude 8,5 hingga 8,8,” ujarnya di Yogyakarta pada Kamis (19/7).

Indonesia memang rentan mengalami gempa bumi. Apalagi letak negara ini yang berada di lingkaran cincin api (ring of fire). Dalam satu bulan, terjadi sekitar 400 kali gempa bumi di Indonesia. Sebab secara geologis, wilayah Indonesia terletak pada pertemuan lempeng Benua Eurasia, lempeng Samudra Indo-Australia, dan lempeng Samudra Pasifik.

Jika dirunut ke belakang, sebenarnya sejak tahun 1700an, BMKG mencatat telah terjadi gempa bumi di Indonesia, sehingga ritme ini akan berulang. Indonesia sebagai negara kepulauan perlu untuk beradaptasi dan mewaspadai gempa yang bahkan bisa diikuti tsunami kapan pun. Sebab dalam 20 tahun terakhir, Indonesia telah kehilangan ratusan ribu nyawa akibat bencana ini.

Penulis: Yosepha Pusparisa  Editor: Aria W. Yudhistira




Manajemen Risiko Bencana Berbasis Masyarakat

Salah satu penyebab semakin parahnya dampak bencana adalah lemahnya strategi penanggulangan bencana, terutama karena prosesnya yang berjalan dari atas ke bawah (top-down) dan mengabaikan potensi sumberdaya masyarakat setempat. Pengabaian terhadap kapasitas masyarakat itu kadang juga meningkatkan kerentanan masyarakat terhadap risiko bencana.

Karena hal tersebut di atas muncul manajemen risiko bencana berbasis masyarakat (community based disaster risk management) yang pada dasarnya menegaskan bahwa program manajemen risiko bencana perlu menggunakan pendekatan berbasis komunitas.

Dalam hal ini masyarakat diberi kesempatan kesempatan lebih luas dan peran lebih aktif dalam manajemen risiko bencana. Ini berarti masyarakat dengan tingkat kerentanan yang tinggi akan dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan manajemen resiko bencana.

Pelibatan masyarakat dilaksanakan dari tindakan pencegahan, langkah-langkah kesiap-siagaan, tindakan tanggap bencana, serta tindakan pemulihan setelah terjadi bencana. Pendekatan ini percaya bahwa bahwa masyarakat yang selalu waspada dan siap menghadapi resiko bahaya yang mungkin terjadi di lingkungan mereka, cenderung lebih tahan banting, serta mampu meningkatkan ketahanan diri mereka sendiri.

Setiap individu, masyarakat akan terlibat aktif dalam mengenali berbagai ancaman yang ada di wilayahnya, bagaimana mengurangi ancaman atau bahaya dan kerentanan yang dimilki, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi ancaman.

Bahwa, masyarakat adalah elemen terpenting dalam pelibatan kewaspadaan akan resiko bencana. Bahwa masyarakat harus di EDUKASI dengan memperhatikan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat.

Kondisi yang terjadi di lapangan, tidak semua masyarakat paham dan mengerti apa yang harus dilakukan saat terjadi bencana datang. Upaya2 dari stakeholder kebencanaan menjadi hal yang amat vital untuk duduk bersama memikirkan dan melakukan aksi nyata dalam pengurangan resiko bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar