Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan sosialiasi Desa Tangguh Bencana (Destana)
tsunami bersama tim ekspedisi dan telah menyasar 512 desa di 24 kabupaten/kota.
Kegiatan ini bertujuan agar masyarakat lebih siap dalam menghadapi bencana
tsunami.
"Kegiatan
ini dalam rangka penguatan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana
tsunami dan untuk pengembangan Desa Tangguh Bencana yang berada di sepanjang
pesisir selatan Pulau Jawa," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan
Humas BNPB Agus Wibowo dalam keterangan tertulisnya, Selasa (13/8/2019).
BPNB sebagai
lembaga negara yang bertugas untuk mengoordinasikan upaya penanggulangan
bencana, membuat langkah untuk melindungi masyarakat berisiko yang berada di
desa/kelurahan tersebut. Ekspedisi ini juga melibatkan lima unsur (pentahelix),
yaitu pemerintah, akademisi, masyarakat, lembaga usaha, dan media.
Ekspedisi ini
terbagi dalam empat segmen, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan
Banten, yang masing-masing segmen diikuti 200 orang. Dari target 518 desa,
hanya tercapai 512 desa yang berhasil disosialisasikan tentang kesiapsiagaan
dan potensi tsunami.
"42 ribu
masyarakat yang kami datangi, lebih dari 3.700 orang perangkat desa yang kami
berikan pemahaman bencana. Kendala di lapangan banyak kami alami, termasuk
penolakan dari kepala daerah tersebut," ucap Deputi Pencegahan BNPB Lilik
Kurniawan.
Diketahui, ada
600 ribu lebih masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana tsunami. Fakta
Tim Destana di lapangan menemukan tingkat kesiapsiagaan cukup baik bagi daerah
yang sudah pernah mengalami tsunami, namun yang belum mengalami tsunami masih
banyak yang belum paham dan tidak tahu kemana harus melakukan evakuasi.
"Selain
itu, infrastruktur yang masih belum memadai untuk evakuasi. Dari timur Jawa ke
barat, masih banyak daerah wisata, yang hampir sebagian besar tidak punya rambu
peringatan tsunami. Hal ini sangat riskan bagi keselamatan pengunjung,"
ucap Lilik.
Kepala BNPB Doni
Monardo juga menggagas pembangunan monumen tentang peristiwa bencana alam yang
sudah terjadi. Monumen itu ditujukan agar masyarakat mengingat peristiwa
bencana alam. Menurutnya, bencana tidak dapat dihindari, namun bisa dikurangi
risikonya.
"Konsep
pentahelix merupakan sosialisai yang terbaik. Perangkat desa ini diharapkan
dapat menjadi garda terdepan dalam memberikan sosialisasi kepada RW/RT dan
keluarga, namun tetap memperhatikan kearifan lokal. Poinnya, masyarakat harus
sadar potensi bencana yang ada, memahami dan mampu melakukan upaya pencegahan,
dan masyarakat menjadi tangguh serta mampu dalam menyelamatkan diri dari
bencana," tutur Doni.
Selanjutnya,
kegiatan ini akan dilanjutkan menjadi KKN tematik Destana dan bekerjasama
dengan perguruan tinggi. Selain itu, ada dua buku mengenai tulisan ekspedisi
dan foto perjalanan ekspedisi untuk berbagi pengetahuan kepada masyarakat lain.
[sumber:news.detik.com/berita/14/8]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar