Minggu, 05 Januari 2020

PEMBELAJARAN DARI BANJIR CILEDUK DI AWAL TAHUN 2020


Konon ceritanya, di awal tahun 2020, saat terjadi bencana banjir yang memakan banyak korban jiwa di wilayah jabodetabek. Di wilayah Kecamatan Cileduk pun juga kebanjiran. Banyak warga yang panik, sibuk menyelamatkan diri, keluarga, dan harta bendanya, mengungsi dengan caranya sendiri. Sementara bantuan dari luar belum banyak karena kondisi cuaca dan kendala lain yang tidak memungkinkan mempercepat gerak.

Di tengah kesibukan warga yang melakukan evakuasi mandiri, muncullah seseorang (akhirnya diketahui bahwa dia adalah relawan dari yayasan yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan). Dengan keterampilan yang dimiliki, dia membantu masyarakat terdampak. Mendata jumlah korban, kerugian harta benda, mengatur proses evakuasi dan distribusi logistik. Semua dilakukan tanpa pamrih, untuk meringankan derita sesama. Karena saat itu belum banyak tenaga penolong dari luar (mungkin termasuk BPBD setempat, mungkin lho ya).

Kemudian, datanglah dengan tiba-tiba Bapak Pejabat Penguasa Cileduk berbaju biru, dengan muka kecut.

“Siapa kamu?!. Datang malah ngatur-ngatur,” Teriaknya penuh kemarahan. Dia murka karena merasa lebih bertanggungjawab terhadap wilayahnya.

Banyak orang kaget. Termasuk anggota rombongannya. Untungnya seseorang itu hanya diam mendapat hardikan yang menjengkelkan. Sebuah kesabaran tingkat dewa dipertontonkan. Dalam kondisi capek, badan basah kuyup dan situasi semrawut, seseorang itu malah memilih menghindar daripada melayani pejabat berbaju biru yang sedang dilanda emosi.

Rupanya Pak Pejabat berbaju biru itu belum pernah membaca Perka nomor 17tahun 2011 tentang peran serta relawan (masyarakat terlatih) dalam penanggulangan bencana. ya, Pak Pejabat berbaju biru ini rupanya menggunakan teori “Bentak dulu baru mencari tahu”. Artinya, marah dulu agar kelihatan berwibawa, baru kemudian tanpa rasa malu meminta maaf dengan alasan dia sedang lelah. (ya, mungkin tugas pejabat itu diantaranya adalah marah-marah dan nyuruh-nyuruh bawahan).

Inilah sikap arogansi yang seharusnya tidak perlu terjadi, jika pak pejabat berbaju biru itu mau berkomunikasi dan memahami apa yang telah diperbuat oleh seseorang itu. Malah seharusnya pak pejabat berbaju biru itu merasa senang karena dibantu tanpa mbayari. Harusnya pak pejabat berbaju biru itu berterimakasih warganya ada yang mengurusi sebelum bantuan dari luar berdatangan, sehingga bisa mengurangi risiko bencana.

Sesungguhnyalah, saat bencana banjir melanda jabodetabek, banten dan jawa barat. Banyak sekali para relawan berdatangan dari berbagai daerah untuk membantu sesamanya, tanpa menunggu permintaan dari pak pejabat setempat, yang mungkin pada saat itu masih sibuk rapat, sibuk berkoordinasi sebelum turun melakukan inspeksi, melihat pengungsi untuk kemudian pergi lagi (tentunya sambil selfie sebagai bukti telah turun ke lokasi).

Pertanyaannya kemudian, mampukan pak pejabat berbaju biru itu beserta anak buahnya menangani sendiri para pengungsi tanpa dibantu masyarakat?. jelas tidak mampu, karena kualitas SDM nya kita sudah pada tahu. Makanya jangan keburu marah. Jangan mengumbar emosi kepada relawan yang sibuk membantu evakuasi, menyelamatkan pengungsi tanpa digaji.

Ingat. relawan yang datang itu ingin menolong sesamanya dengan sekuat kemampuannya. Bahkan ada yang membawa sarpras sendiri dengan SDM yang mumpuni dibidangnya, membawa obat-obatan sekaligus tenaga kesehatan, membawa logistik untuk dimakan sendiri maupun untuk didistribusikan ke posko pengungsian. Ada juga yang membuka dapur umum yang bisa menyiapkan ratusan bungkus untuk konsumsi para pengungsi dan petugas yang mengurusi pengungsi.

Semoga peristiwa marahnya pak pejabat penguasa wilayah Cileduk yang berbaju biru itu tidak menular ke lain daerah dan bisa menjadi pembelajaran kita semua (ya pejabatnya, ya relawannya), bahwa kerja-kerja kemanusiaan itu tujuannya hanya satu, menyelamatkan sesama. (jika ada kepentingan yang mengikuti, itu soal lain).

Mereka, para relawan itu telah bekerja dengan ikhlas, patut dihargai, jangan malah dibentak-bentak. Ingatlah, dijaman keterbukaan informasi ini semua kejadian bisa diviralkan dengan dampak yang mencengankan. Salam tangguh, tetap bersemangat.[eBas/senin-06012020]



2 komentar:

  1. Relawan Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disebut relawan,
    adalah seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan
    kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya
    penanggulangan bencana.

    BalasHapus
  2. relawan itu membantu dengan ikhlas tanpa membedakan sara dengan kemampuan yang dimiliki agar kerja2 penanggulangan bencana itu bisa cepat teratasi dan risiko yang ditimbulkan dari bencana ini bisa dikurangi dgn upaya penyelamatan sebanyak-banyaknya. tetap dibawah komando pejabat yang membidangi tanpa harus dimarahi apalagi disuruh-suruh karena relawan itu bukan orang suruhan

    BalasHapus