Konon ceritanya, di awal tahun
2020, saat terjadi bencana banjir yang memakan banyak korban jiwa di wilayah jabodetabek.
Di wilayah Kecamatan Cileduk pun juga kebanjiran. Banyak warga yang panik,
sibuk menyelamatkan diri, keluarga, dan harta bendanya, mengungsi dengan
caranya sendiri. Sementara bantuan dari luar belum banyak karena kondisi cuaca dan
kendala lain yang tidak memungkinkan mempercepat gerak.
Di tengah kesibukan warga yang
melakukan evakuasi mandiri, muncullah seseorang (akhirnya diketahui bahwa dia
adalah relawan dari yayasan yang bergerak dibidang sosial kemasyarakatan). Dengan
keterampilan yang dimiliki, dia membantu masyarakat terdampak. Mendata jumlah
korban, kerugian harta benda, mengatur proses evakuasi dan distribusi logistik.
Semua dilakukan tanpa pamrih, untuk meringankan derita sesama. Karena saat itu
belum banyak tenaga penolong dari luar (mungkin termasuk BPBD setempat, mungkin
lho ya).
Kemudian, datanglah dengan
tiba-tiba Bapak Pejabat Penguasa Cileduk berbaju biru, dengan muka kecut.
“Siapa kamu?!. Datang malah
ngatur-ngatur,” Teriaknya penuh kemarahan. Dia murka karena merasa lebih
bertanggungjawab terhadap wilayahnya.
Banyak orang kaget. Termasuk anggota
rombongannya. Untungnya seseorang itu hanya diam mendapat hardikan yang
menjengkelkan. Sebuah kesabaran tingkat dewa dipertontonkan. Dalam kondisi
capek, badan basah kuyup dan situasi semrawut, seseorang itu malah memilih
menghindar daripada melayani pejabat berbaju biru yang sedang dilanda emosi.
Rupanya Pak Pejabat berbaju biru itu belum
pernah membaca Perka nomor 17tahun 2011 tentang peran serta relawan
(masyarakat terlatih) dalam penanggulangan bencana. ya, Pak Pejabat berbaju biru ini rupanya
menggunakan teori “Bentak dulu baru mencari tahu”. Artinya, marah dulu agar
kelihatan berwibawa, baru kemudian tanpa rasa malu meminta maaf dengan alasan dia sedang lelah.
(ya, mungkin tugas pejabat itu diantaranya adalah marah-marah dan nyuruh-nyuruh
bawahan).
Inilah sikap arogansi yang
seharusnya tidak perlu terjadi, jika pak pejabat berbaju biru itu mau berkomunikasi dan memahami
apa yang telah diperbuat oleh seseorang itu. Malah seharusnya pak pejabat berbaju biru itu
merasa senang karena dibantu tanpa mbayari. Harusnya pak pejabat berbaju biru itu
berterimakasih warganya ada yang mengurusi sebelum bantuan dari luar
berdatangan, sehingga bisa mengurangi risiko bencana.
Sesungguhnyalah, saat bencana
banjir melanda jabodetabek, banten dan jawa barat. Banyak sekali para relawan
berdatangan dari berbagai daerah untuk membantu sesamanya, tanpa menunggu
permintaan dari pak pejabat setempat, yang mungkin pada saat itu masih sibuk
rapat, sibuk berkoordinasi sebelum turun melakukan inspeksi, melihat pengungsi
untuk kemudian pergi lagi (tentunya sambil selfie sebagai bukti telah turun ke
lokasi).
Pertanyaannya kemudian, mampukan
pak pejabat berbaju biru itu beserta anak buahnya menangani sendiri para pengungsi tanpa dibantu
masyarakat?. jelas tidak mampu, karena kualitas SDM nya kita sudah pada tahu. Makanya jangan keburu marah. Jangan mengumbar
emosi kepada relawan yang sibuk membantu evakuasi, menyelamatkan pengungsi
tanpa digaji.
Ingat. relawan yang datang itu ingin
menolong sesamanya dengan sekuat kemampuannya. Bahkan ada yang membawa sarpras
sendiri dengan SDM yang mumpuni dibidangnya, membawa obat-obatan sekaligus
tenaga kesehatan, membawa logistik untuk dimakan sendiri maupun untuk
didistribusikan ke posko pengungsian. Ada juga yang membuka dapur umum yang
bisa menyiapkan ratusan bungkus untuk konsumsi para pengungsi dan petugas yang
mengurusi pengungsi.
Semoga peristiwa marahnya pak
pejabat penguasa wilayah Cileduk yang berbaju biru itu tidak menular ke lain daerah dan bisa
menjadi pembelajaran kita semua (ya pejabatnya, ya relawannya), bahwa kerja-kerja
kemanusiaan itu tujuannya hanya satu, menyelamatkan sesama. (jika ada
kepentingan yang mengikuti, itu soal lain).
Mereka, para relawan itu telah
bekerja dengan ikhlas, patut dihargai, jangan malah dibentak-bentak. Ingatlah,
dijaman keterbukaan informasi ini semua kejadian bisa diviralkan dengan dampak
yang mencengankan. Salam tangguh, tetap bersemangat.[eBas/senin-06012020]
Relawan Penanggulangan Bencana, yang selanjutnya disebut relawan,
BalasHapusadalah seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan dan
kepedulian untuk bekerja secara sukarela dan ikhlas dalam upaya
penanggulangan bencana.
relawan itu membantu dengan ikhlas tanpa membedakan sara dengan kemampuan yang dimiliki agar kerja2 penanggulangan bencana itu bisa cepat teratasi dan risiko yang ditimbulkan dari bencana ini bisa dikurangi dgn upaya penyelamatan sebanyak-banyaknya. tetap dibawah komando pejabat yang membidangi tanpa harus dimarahi apalagi disuruh-suruh karena relawan itu bukan orang suruhan
BalasHapus