Kalau
tidak salah dengar, BNPB membuat program desa tangguh bencana (destana) itu
dalam rangka mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang
potensi bencana di daerahnya masing-masing. Karena, setiap terjadi bencana, masyarakatlah
yang pertama merasakan, menjadi korban dan masyarakat pula yang pertama
bergerak menolong korban bencana.
Untuk
melihat program tersebut berjalan, diadakanlah penilaian destana. Tim jurinya
terdiri dari berbagai elemen, diantaranya relawan. Tentu sebelumnya, mereka
diberi bekal yang memadai, sehingga dalam melaksanakan tugas sebagai juri tidak
asal menilai demi daya serap anggaran. Dengan demikian akan terpilih destana
yang benar-benar destana.
Ada
pula yang bilang bahwa setiap penilaian destana, bertujuan untuk mengetahui
posisi desa tersebut tangguh terhadap bencana atau tidak saat ini. Dari
informasi yang didapat akan dijadikan bahan menyelenggarakan lokalatih untuk
meningkatkan ketangguhan masyarakat menghadapi potensi bencana yang ada di
desanya.
Idealnya,
dalam penjurian berpedoman pada buku Standar Nasional Indonesia (SNI) 8357 :
2017, tentang Desa dan Kelurahan Tangguh Bencana, dikatakan bahwa dengan
penerapan SNI Desa dan kelurahan tangguh bencana, diharapkan upaya-upaya pengelolaan
risiko bencana tersebut dapat secara nyata berkontribusi dalam penurunan risiko
bencana termasuk dampak perubahan iklim melalui pemberdayaan masyarakat desa
dan kelurahan dengan pelibatan langsung masyarakat termasuk didalamnya kelompok
rentan dan kelompok marginal lainnya.
Perangkat
penilaian Desa dan Kelurahan tangguh bencana ini menilai 5 komponen. Yaitu,
komponen 1: kualitas dan akses layanan dasar, serta komponen 2: dasar sistem
penanggulangan bencana.
Kedua
komponen tersebut merupakan indikator dasar, seperti termaktub dalam SNI, untuk
memastikan usaha-usaha penguatan ketangguhan dapat berjalan dengan baik. Berikutnya, komponen 3:
pengelolaan risiko bencana; komponen 4: kesiapsiagaan darurat, dan komponen 5:
kesiapsiagaan pemulihan. Ketiga komponen ini merupakan representasi proses
untuk mewujudkan indikator hasil dalam SNI.
Hasil
dari penilaian, akan menentukan Desa/Kelurahan yang benar-benar layak menyandang
gelar Destana Utama, Destana Madya, atau Destana Pratama.
Namun rambu-rambu penilaian yang ada di dalam SNI bisa
dibijaksanai sesuai dengan situasi dan kondisi. Termasuk penilaian tentang
penanganan pandemi covid-19 serta sosialisasi protokol kesehatan, kiranya perlu juga diadakan.
Sehingga personil destana juga tangguh dalam memutus rantai sebaran
covid-19.
Yang jelas, kegiatan penilaian destana kali ini
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Seluruh aktivitas kehidupan dimasa pandemi
haruslah mentaati protokol kesehatan. seperti menjaga jarak, memakai masker,
dan mencuci tangan dengan sabun. Semua ini perlu dijalankan agar kegiatan penilaian
destana tidak meninggalkan masalah baru, yaitu timbulnya klaster destana. Salam
Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/RabuPon-09092020]
semoga pasca penilaian/penjurian destana, keberadaan Forum PRB tingkat desa yang telah dibentuk tetap ada kegiatan kebencanaan agar seluruh warga tumbuh kesadarannya akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana yg ada didaerahnya.
BalasHapusakan lebih elok jika BPBD setempat dengan melibatkan Agen Bencana dan komunitas relawan yang ada untuk melakukan pendampingan/pembinaan keberadaan Forum PRB Desa agar meningkat kapasitasnya dalam kerja2 kebencanaan