Selasa, 08 September 2020

PENILAIAN DESTANA YANG TANGGUH BENCANA

Kalau tidak salah dengar, BNPB membuat program desa tangguh bencana (destana) itu dalam rangka mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang potensi bencana di daerahnya masing-masing. Karena, setiap terjadi bencana, masyarakatlah yang pertama merasakan, menjadi korban dan masyarakat pula yang pertama bergerak menolong korban bencana.

Untuk melihat program tersebut berjalan, diadakanlah penilaian destana. Tim jurinya terdiri dari berbagai elemen, diantaranya relawan. Tentu sebelumnya, mereka diberi bekal yang memadai, sehingga dalam melaksanakan tugas sebagai juri tidak asal menilai demi daya serap anggaran. Dengan demikian akan terpilih destana yang benar-benar destana.

Ada pula yang bilang bahwa setiap penilaian destana, bertujuan untuk mengetahui posisi desa tersebut tangguh terhadap bencana atau tidak saat ini. Dari informasi yang didapat akan dijadikan bahan menyelenggarakan lokalatih untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat menghadapi potensi bencana yang ada di desanya.

Idealnya, dalam penjurian berpedoman pada buku Standar Nasional Indonesia (SNI) 8357 : 2017, tentang Desa dan Kelurahan Tangguh Bencana, dikatakan bahwa dengan penerapan SNI Desa dan kelurahan tangguh bencana, diharapkan upaya-upaya pengelolaan risiko bencana tersebut dapat secara nyata berkontribusi dalam penurunan risiko bencana termasuk dampak perubahan iklim melalui pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan dengan pelibatan langsung masyarakat termasuk didalamnya kelompok rentan dan kelompok marginal lainnya.

Perangkat penilaian Desa dan Kelurahan tangguh bencana ini menilai 5 komponen. Yaitu, komponen 1: kualitas dan akses layanan dasar, serta komponen 2: dasar sistem penanggulangan bencana.

Kedua komponen tersebut merupakan indikator dasar, seperti termaktub dalam SNI, untuk memastikan usaha-usaha penguatan ketangguhan dapat berjalan dengan baik. Berikutnya, komponen 3: pengelolaan risiko bencana; komponen 4: kesiapsiagaan darurat, dan komponen 5: kesiapsiagaan pemulihan. Ketiga komponen ini merupakan representasi proses untuk mewujudkan indikator hasil dalam SNI.

Hasil dari penilaian, akan menentukan Desa/Kelurahan yang benar-benar layak menyandang gelar Destana Utama, Destana Madya, atau Destana Pratama.

Namun rambu-rambu penilaian yang ada di dalam SNI bisa dibijaksanai sesuai dengan situasi dan kondisi. Termasuk penilaian tentang penanganan pandemi covid-19 serta sosialisasi protokol kesehatan, kiranya perlu juga diadakan. Sehingga personil destana juga tangguh dalam memutus rantai sebaran covid-19.

Yang jelas, kegiatan penilaian destana kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Seluruh aktivitas kehidupan dimasa pandemi haruslah mentaati protokol kesehatan. seperti menjaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun. Semua ini perlu dijalankan agar kegiatan penilaian destana tidak meninggalkan masalah baru, yaitu timbulnya klaster destana. Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan. [eBas/RabuPon-09092020]

 

 

1 komentar:

  1. semoga pasca penilaian/penjurian destana, keberadaan Forum PRB tingkat desa yang telah dibentuk tetap ada kegiatan kebencanaan agar seluruh warga tumbuh kesadarannya akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana yg ada didaerahnya.
    akan lebih elok jika BPBD setempat dengan melibatkan Agen Bencana dan komunitas relawan yang ada untuk melakukan pendampingan/pembinaan keberadaan Forum PRB Desa agar meningkat kapasitasnya dalam kerja2 kebencanaan

    BalasHapus