Minggu, 21 Februari 2021

POSTINGAN TENTANG KEPEMIMPINAN

Sudah beberapa hari ini saya punya kebiasaan baru. Solat subuh tidak di Masjid Al-Ikhlas, dekat rumah. Tapi di Masjid As- Sha'adah Keputih, atau Masjid As-Syakinah Deles. Lolasinya lumayan jauh dari rumah. Bukan karena apa, tapi lebih sekedar mencari suasana baru, dan yang terpenting lagi, sepulang solat subuh bisa langsung mampir ke Warkop Langganan. Menikmati aroma kopi dipagi hari bersama warga aneka profesi. Ya pemulung, pensiunan, tukang sampah, gojek dan pedagang pasar.

Begitu juga pagi ini, minggu pon (21/02/2021), sepulang dari subuhan di Masjid As-Shaadah, saya mampir ke Warkop Langganan.  Sambil nyruput kopi tidak lupa membaca postingan di media sosial. Macem-macem isinya. Lumayan untuk menambah wawasan di pagi hari.

Tanpa sengaja, sambil menggigit ‘rondo royal’ (tape diberi tepung terus digoreng),  mata ini tertahan di postingannya Azelin. Tegas mengena bagi siapa saja yang membaca. Dia menulis, Pemimpin yang baik, memutuskan sesuatu dengan bijak, memikirkan awak kapalnya, bukan semata mata menuruti ambisinya. 

Masih kata Pembina pramuka saka wana bhakti itu, bahwa Pemimpin lebih mengutamakan quality dari pada quantity, dan mengawal laksana ibu menjaga anak-anaknya. Pemimpin juga memandang kesiapan dengan jangkauan future vision yang jauh ke depan, serta menjadikan semuanya worth it, bukan sekedar gebyar yang hambar. Pemimpin pun harus memikirkan banyak kepala, dan banyak kepentingan, bukan asal bilang 'siap'.

Sungguh, bagi mereka yang mengerti, pasti mengatakan bahwa postingan ini sarat makna akan sebuah pelajaran tentang kepemimpinan dalam organisasi. Banyak literature yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu kekuatan yang memegang peranan dalam keberhasilan organisasi. Untuk itulah seorang pemimpin harus bijak dalam mengendalikan organisasinya.

Apa yang diposting Azelin itu multi tafsir. siapapun bisa memaknai tulisan penggemar musik keroncong itu dengan sudut pandangnya sendiri. Itu sah-sah saja. Karena orang memposting itu pasti punya tujuan. Paling tidak telah bisa mengeluarkan perasaan hatinya agar tidak jadi jerawat di pipi yang menjengkelkan.

Mungkin sebuah ajakan untuk duduk bareng ‘ngudoroso kabeh sing wis dilakoni’. Dari situ kemudian menyusun langkah selanjutnya secara bersama-sama dalam suasana demokratis. Bukan jalan sendiri meninggalkan lainnya, demi ambisi dan kepentingan pribadi. Karena, sesungguhnyalah organisasi itu dibentuk atas kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa organisasi adalah sekelompok orang dalam satu wadah untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Stoner, seorang ahli manajemen, dalam projasaweb.com, mengatakan bahwa  organisasi adalah hubungan antara beberapa orang dimana di dalamnya ada pengarahan dari pimpinan agar apa yang menjadi tujuan bersama bisa tercapai.

Sementara, dalam lamannya Wikipedia mengatakan bahwa Kepemimpinan dalam organisasi adalah suatu pendekatan manajemen yang mana setiap pemimpin membantu untuk menetapkan tujuan strategis bagi organisasi dan di satu sisi, para pemimpin juga memberikan motivasi secara individu di dalam kelompok agar semua orang di dalam organisasi berhasil dalam melaksanakan tugas dan tujuan yang diharapkan.

Dari cuplikan di atas bisa disimpulkan bahwa menggerakkan organisasi itu perlu seni berkomunikasi dan berkoordinasi dengan seluruh elemen yang terlibat di dalamnya, agar program yang dicanangkan bisa dipahami sehingga semua bisa ikut menjalankan dengan senang hati.

Apalagi organisasi nirlaba yang anggotanya beragam latar belakang dan kepentingan. Tampaknya harus dikelola secara kolektif kolegial. Yaitu, menurut Wikipedia adalah sistem kepemimpinan yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dalam mengeluarkan keputusan atau kebijakan melalui mekanisme yang ditempuh, musyawarah untuk mencapai mufakat.

Sambil menikmati ‘rondo royal’ yang ke tiga, saya mencoba menebak-nebak kiranya gerangan apa yang melatari Azelin memposting tentang kepemimpinan yang sarat makna itu ?. Mungkinkah emaknya Suju ini risau dengan berita tentang banyaknya pemimpin lembaga yang berurusan dengan hukum karena bermain sendiri dan tidak amanah ?.

Sambil nyruput kopi, saya coba memforward postingan itu untuk mendapat komentar dari beberapa kawan (termasuk anggota Jamaah LC). Rerata jawabnya hanya gambar jempol. Entah apa maknanya. Mungkin, suatu saat Jamaah LC bisa mengagendakan agar emaknya Suju diundang webinar membahas tema ‘Kepemimpinan dalam Organisasi’ untuk pembelajaran bersama.

Masalahnya adalah, Cak Alfin, ketua Jamaah LC masih sibuk mendampingi pembentukan Destana di beberapa daerah. Karena semua agenda harus diputuskan bersama sambil nyruput kopi di warkop langganan. Salam Tangguh Salam Sehat. [eBas/SeninWage-22022021]  

 

 

1 komentar:

  1. kata teman yg kuliah di prodi manajemen bahwa pemimpin dalam sebuah organisasi itu butuh orang lain yang akan dipimpin dalam ranagka mejalankan program agar tujua tercapai.
    jadi pemimpin itu ya perlu teman sebanyak mungkin. tanpa orang lain maka organisasi itu ya hanya papan nama karena orang lai yang ada tidak terlibat atau dilibatkan atau melibatkan dalam proses berorganisasi.
    untuk itulah pemimpin harus pandai memegang amanah mampu mengkoordinir dan mampu membaca situasi dengan jalan sering berkomunikasi sambil ngopi (misalnya)

    BalasHapus