Sudah
beberapa hari ini saya punya kebiasaan baru. Solat subuh tidak di Masjid
Al-Ikhlas, dekat rumah. Tapi di Masjid As- Sha'adah Keputih, atau Masjid As-Syakinah Deles. Lolasinya
lumayan jauh dari rumah. Bukan karena apa, tapi lebih sekedar mencari suasana
baru, dan yang terpenting lagi, sepulang solat subuh bisa langsung mampir ke
Warkop Langganan. Menikmati aroma kopi dipagi hari bersama warga aneka profesi.
Ya pemulung, pensiunan, tukang sampah, gojek dan pedagang pasar.
Begitu
juga pagi ini, minggu pon (21/02/2021), sepulang dari subuhan di Masjid
As-Shaadah, saya mampir ke Warkop Langganan.
Sambil nyruput kopi tidak lupa membaca postingan di media sosial. Macem-macem
isinya. Lumayan untuk menambah wawasan di pagi hari.
Tanpa
sengaja, sambil menggigit ‘rondo royal’ (tape diberi tepung terus
digoreng), mata ini tertahan di
postingannya Azelin. Tegas mengena bagi siapa saja yang membaca. Dia menulis, Pemimpin
yang baik, memutuskan sesuatu dengan bijak, memikirkan awak kapalnya, bukan
semata mata menuruti ambisinya.
Masih
kata Pembina pramuka saka wana bhakti itu, bahwa Pemimpin lebih mengutamakan quality
dari pada quantity, dan mengawal laksana ibu menjaga anak-anaknya.
Pemimpin juga memandang kesiapan dengan jangkauan future vision yang jauh
ke depan, serta menjadikan semuanya worth it, bukan sekedar gebyar yang hambar.
Pemimpin pun harus memikirkan banyak kepala, dan banyak kepentingan, bukan asal
bilang 'siap'.
Sungguh,
bagi mereka yang mengerti, pasti mengatakan bahwa postingan ini sarat makna
akan sebuah pelajaran tentang kepemimpinan dalam organisasi. Banyak literature
yang mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu kekuatan yang memegang peranan
dalam keberhasilan organisasi. Untuk itulah seorang pemimpin harus bijak dalam
mengendalikan organisasinya.
Apa yang
diposting Azelin itu multi tafsir. siapapun bisa memaknai tulisan penggemar musik keroncong itu dengan
sudut pandangnya sendiri. Itu sah-sah saja. Karena orang memposting itu pasti punya tujuan. Paling tidak telah bisa mengeluarkan perasaan hatinya agar
tidak jadi jerawat di pipi yang menjengkelkan.
Mungkin
sebuah ajakan untuk duduk bareng ‘ngudoroso kabeh sing wis dilakoni’.
Dari situ kemudian menyusun langkah selanjutnya secara bersama-sama dalam
suasana demokratis. Bukan jalan sendiri meninggalkan lainnya, demi ambisi dan
kepentingan pribadi. Karena, sesungguhnyalah organisasi itu dibentuk atas
kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa organisasi adalah sekelompok orang dalam satu
wadah untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Stoner, seorang ahli manajemen,
dalam projasaweb.com, mengatakan bahwa
organisasi adalah hubungan antara beberapa orang dimana di dalamnya ada
pengarahan dari pimpinan agar apa yang menjadi tujuan bersama bisa tercapai.
Sementara,
dalam lamannya Wikipedia mengatakan bahwa Kepemimpinan dalam organisasi adalah
suatu pendekatan manajemen yang mana setiap pemimpin membantu untuk menetapkan
tujuan strategis bagi organisasi dan di satu sisi, para pemimpin juga
memberikan motivasi secara individu di dalam kelompok agar semua orang di dalam
organisasi berhasil dalam melaksanakan tugas dan tujuan yang diharapkan.
Dari
cuplikan di atas bisa disimpulkan bahwa menggerakkan organisasi itu perlu seni
berkomunikasi dan berkoordinasi dengan seluruh elemen yang terlibat di dalamnya,
agar program yang dicanangkan bisa dipahami sehingga semua bisa ikut menjalankan
dengan senang hati.
Apalagi
organisasi nirlaba yang anggotanya beragam latar belakang dan kepentingan.
Tampaknya harus dikelola secara kolektif kolegial. Yaitu, menurut Wikipedia
adalah sistem kepemimpinan yang melibatkan para pihak yang berkepentingan dalam
mengeluarkan keputusan atau kebijakan melalui mekanisme yang ditempuh,
musyawarah untuk mencapai mufakat.
Sambil menikmati ‘rondo royal’ yang ke tiga, saya
mencoba menebak-nebak kiranya gerangan apa yang melatari Azelin memposting
tentang kepemimpinan yang sarat makna itu ?. Mungkinkah emaknya Suju ini risau
dengan berita tentang banyaknya pemimpin lembaga yang berurusan dengan hukum
karena bermain sendiri dan tidak amanah ?.
Sambil nyruput kopi, saya coba memforward postingan itu
untuk mendapat komentar dari beberapa kawan (termasuk anggota Jamaah LC). Rerata jawabnya hanya gambar jempol. Entah apa
maknanya. Mungkin, suatu saat Jamaah LC bisa mengagendakan agar emaknya Suju
diundang webinar membahas tema ‘Kepemimpinan dalam Organisasi’ untuk pembelajaran bersama.
Masalahnya
adalah, Cak Alfin, ketua Jamaah LC masih sibuk mendampingi pembentukan Destana di beberapa
daerah. Karena semua agenda harus diputuskan bersama sambil nyruput kopi di
warkop langganan. Salam Tangguh Salam Sehat. [eBas/SeninWage-22022021]
kata teman yg kuliah di prodi manajemen bahwa pemimpin dalam sebuah organisasi itu butuh orang lain yang akan dipimpin dalam ranagka mejalankan program agar tujua tercapai.
BalasHapusjadi pemimpin itu ya perlu teman sebanyak mungkin. tanpa orang lain maka organisasi itu ya hanya papan nama karena orang lai yang ada tidak terlibat atau dilibatkan atau melibatkan dalam proses berorganisasi.
untuk itulah pemimpin harus pandai memegang amanah mampu mengkoordinir dan mampu membaca situasi dengan jalan sering berkomunikasi sambil ngopi (misalnya)