Memasuki tahun 2021, bencana hidrometeorologi
benar-benar menyapa beberapa daerah dengan meninggalkan duka. Tak lupa, kini
banjir pun mendatangi beberapa daerah yang biasanya tidak pernah banjir.
Sehingga menimbulkan kekagetan dimana-mana.
Konon
penyebabnya adalah sampah yang menyumbat aliran sungai (juga got), cepatnya
proses sedimentasi, penyempitan luasan sungai karna digunakan untuk pemukiman
dan intensitas hujan yang tinggi sehingga sungai tidak menampung dan airnya
melimpah kemana-mana.
Tentu masyarakat
yang daerahnya terdampak banjir (dan longsor) sangatlah menderita. Mereka harus
mengungsi karena rumahnya kebanjiran (rusak kelongsoran). Kondisi yang serba
darurat ini sangat membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Misalnya, terpal.
tenda, tikar, logistik, sarung, pempers, dan makanan bayi.
Beberapa
komunitas relawan pun dengan cepat merapat ke lokasi untuk melakukan evakuasi.
Mereka bergerak cepat membantu masyarakat, tanpa harus menunggu surat tugas
seperti pegawai yang wajib taat aturan. Saking semangatnya, kadang tampak
seperti berebut dan bersaing. Dulu-duluan di depan member bartuan.
Alfin,
aktivis Forum PRB Jawa Timur bidang pengembangan kapasitas, adalah salah satu
relawan yang bersemangat dalam menolong sesama yang tertimpa bencana. Dia tidak
hanya pandai sebagai nara sumber Destana dan anggota Tim penilai IKD saja. Namun
pria pemilik warkop ini juga cekatan di lapangan.
Hujan
tetap diterjang, panas pun tetap trengginas. Terus bergerak membantu sesama
dengan gembira. Membantu di dapur umum, pendataan pengungsi, dan distribusi
logistik, adalah salah satu kesibukannya di lapangan.
Tidak
lupa Alfin juga menghimbau kepada relawan yang datang untuk selalu
berkoordinasi dengan BPBD di Posko Induk. Termasuk melaporkan perkembangan
situasi secara berkala serta keluar masuknya aneka bantuan dari berbagai pihak.
Ini
penting agar semua pergerakan relawan di lapangan membantu pengungsi terdata
dan terpantau oleh BPBD. Hal ini diantaranya terkait dengan pemerataan
distribusi bantuan agar tidak terjadi penjarahan. Artinya, dalam upaya
penanganan bencana, BPBD adalah aktor utamanya yang mengkoordinir semua potensi
relawan di lapangan dalam satu komando, bukan yang lain.
Apa yang
dikatakan Alfin adalah fakta lapangan yang mengatakan bahwa banyaknya komunitas
yang melakukan respon secara langsung ke lapangan (maksudnya langsung ke pengungsi),
membuat kondisi di lapangan agak trouble. Termasuk banyaknya “Wisatawan Bencana” yang sulit diatasi.
Tidak
kalah pentingnya adalah penanganan pengungsi yang haris diperbaiki agar semua
terlayani. Kemudian manajemen logistik dan koordinasi dapur umum perlu
dimaksimalkan dan terdata dengan baik untuk menghindari ketidak merataan perlakuan.
Fakta lapangan
inilah yang perlu dijadikan bahan pembelajaran melalui seminar, sarasehan, lokakarya,
lokalatih dan rapat-rapat yang melibatkan elemen pentahelix dalam arti
sebenarnya.
Alfin,
pria asli pulau garam ini selalu tampil prima membantu sesama di berbagai
daerah bencana. Dia tidak hanya sekedar membantu, namun juga mengedukasi
masyarakat terdampak akan pentingnya upaya pengurangan risiko bencana. Dia pun
tidak pelit ilmu untuk berbagi dengan sesama relawan saat rehat melepas penat.
Begitulah
sosok Alfin yang tidak pernah lelah dalam kegiatan kemanusiaan, menebar
kemaslahatan untuk sasama, khususnya mereka yang terdampak bencana. Bersama
mBah Dharmo dan Gus Yoyok, Alfin terus melangkah membawa semangat pengurangan
risiko bencana yang saling menguatkan. Bukan saling melemahkan. Karena,
sesungguhnyalah kerja-kerja kemanusiaan itu bukan sebuah kompetisi. Wallahu a’lam
bishowab. [eBas/RabuPahing-10022021]
tetap semangat menebar kebaikan, berbagi ilmu dan pengalaman kepada anggota Jamaah LC.
BalasHapustetap sehat dan bahagia melangkah menebar virus pengurangan risiko bencana dengan konsep SDSB (sambang dulur sinau bareng), dimana di dalam SDSB ini semuanya berkedudukan sama saling memberi dan menerima saling mengajak merangkul dan menguatkan dalam bingkai kebersamaan. bukan diam-diam saling melemahkan dan meniadakan.
ingat protokol kesehatan
utamakan kesehatan dan keselamatan
jaga jarak, cuci tangan dan memakai masker. sebisa mungki hindari kerumunan dan tidak keluar rumah jika tidak terpaksa.
mari bersama jaga imun iman dan aman
dalam kegiatan diskusi webinar yg dilakukan oleh Forum Diskusi Denpasar 12, edisi 44 mengambil tema Mitigasi Bencana di Tengah Pandemi tanggal 10 februari 2021, hari Rabu.
BalasHapusada beberapa hal yg menarik yg perlu dicatat. (siapa tahu suatu saat bisa dijadikan bahan diskusi)
1. Saur Hutabarat (Jurnalis dan dewan redaksi Media grup, mengatakan bahwa Literasi Kebencanaan sangat perlu dilakukan oleh bnpb/bpbd. (termasuk oleh elemen pentahelix lainnya, mengingat bencana itu urusan bersama, red)
2. Kata Maturudi (Jurnalis SIEJ) mengatakan bahwa seharusnya pejabat bnpb/bpbd adalah orang yg kompeten dalam bidang mitigasi bencana. untuk itu hendaknya bnpb bisa minta gubernur/bupati/walikota untuk mengganti pejabat bpbd yg tidak kompeten. Pertanyaannya, apakah bnpb punya protap ttg standar kompetensi yg harus dimiliki oleh pejabat bpbd ?
3. Adnan Sembiring berkata, bagaimana bnpb dalam meningkatkan strategi mitigasi, khususnya kesadaran risiko bencana pada masyarakat.
dimana, biasanya, kalau selesai bencana, lupa lagi atas bencana tsb. artinya rasa peduli bencana hanya jangka pendek/ sesaat saja yaitu ketika ada bencana).
5. Ratna, bertanya, sejauh mana kesigapan pemerintah (bpbd) dalam menghadapi bencana ?. karena yg kita lihat sampai hari ini, pemerintah (bpbd) selalu kalah langkah lebih dulu dari kesigapan masyarakat, baik inisiatif organisasi maupun kelompok masyarakat peduli sesama.
apakah pemerintah (bpbd) tidak berinisiatif untuk mengembangkan langkah-langkah kesigapan dalam setiap menghadapi bencana ?
pertanyaan lumayan sulit untuk diwujudkan tapi mudah dijawab....hehehehe...