Mungkin BPBD
Provinsi Jawa Timur adalah satu-satunya kantor yang mempunyai mobil edukasi
penanggulangan bencana (MOSIPENA). Ya,
sebuah mobil merek isuzu yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga berfungsi
sebagai sarana edukasi tentang literasi bencana, terkait upaya mitigasi dan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana.
Bisa dikatakan bahwa mosipena merupakan perluasan layanan BPBD dalam memberikan edukasi kebencanaan dengan cara mengunjungi lokasi/daerah sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Dengan sifatnya
yang fleksibel dan mudah dipindah kemana-mana, akan mempercepat penyebaran informasi kebencanaan kepada khalayak ramai dalam
suasana santai dan menghibur. Tujuannya adalah agar sebanyak mungkin warga
masyarakat memperoleh informasi tentang kebencanaan
Harapan
dari mosipena ini, masyarakat memiliki informasi tentang adanya potensi bencana
di daerahnya. Mereka juga mampu mengantisipasi, beradaptasi dan memproteksi
diri dari bahaya bencana serta memiliki daya lenting pasca terjadinya bencana.
Mobil literasi
bencana ini dilengkapi dengan videotron, computer, sound system, buku-buku
kebencanaan, dan lainnya yang mendukung edukasi kebencanaan.
Mosipena yang
idenya dari Hendro Wardhono, direktur PUSPPITA (Pusat Pelatihan dan penelitian
Indonesia Tangguh), Konon dalam operasionalnya, BPBD Jatim akan menggandeng
SRPB dan FPRB, sesuai perannya yang ada di dalam perka BNPB nomor 17 tahun 2011,
tentang Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana.
Untuk itu
perlu ada aturan main (SOP) yang jelas. Jika memungkinkan ada penjelasan teknis
kepada relawan yang ditunjuk tentang begaimana menjalankan mobil yang perangkatnya
tergolong tidak murah. Artinya, tidak sembarang relawan diijinkan membawa mobil
ini. Relawan yang ditunjuk harus memiliki track
record yang baik, jujur, berkepribadian menarik dan bertanggung jawab.
Ini penting,
agar keberadaan mosipena awet, tidak mudah rusak dan bermanfaat dalam rangka
membangun budaya tangguh menghadapi bencana. khususnya bagi masyarakat yang di
daerahnya ada potensi bencana.
Sudah beberapa kali mobil ini menjalankan fungsinya, mengedukasi masyarakat. Terakhir tampil pada kegiatan Rutinan SRPB Jawa Timur "Arisan Ilmu Nol Rupiah", bertempat di Pondos Pesantren SPMAA, di desa Turi, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan.
Operatornya dari relawan yang telah
menguasai perangkat yang ada di dalamnya. Materinya bisa klasikal, dimana
relawan yang menjadi nara sumber menjelaskan tentang pentingnya pengurangan
risiko bencana, sosialisasi SPAB dan menumbuhkan kesadaran untuk melakukan
kesiapsiagaan menghadapi bencana secara mandiri.
Bisa juga,
nara sumber memutarkan film tentang bencana tertentu (disesuaikan dengan
potensi bencana yang ada di lokasi) untuk kemudian dijadikan bahan diskusi
interaktif, sehingga suasana menjadi hidup.
Mosipena juga
bisa berfungsi seperti perpustakaan yang menyilahkan masyarakat membaca di
tempat. Sementara petugasnya memutar lagu atau jingle yang berisi pesan-pesan normatif.
Seperti ajakan hidup bersih, menjaga dan melestarikan lingkungan hidup,
membebaskan sungai dari sampah, dan pesan lain yang mudah dipahami dan
dilakukan oleh masyarakat.
Disinilah
relawan yang bertugas menjalankan mosipena harus kreatif menarik perhatian
masyarakat dengan berbagai metode. termasuk mampu melakukan dukungan
psikososial terhadap korban bencana (penyintas) saat mosipena berkesempatan
mengemban tugas dilokasi bencana.
Jangan lupa
awak mosipena juga rajin memeriksa kelengkapan yang harus dibawa, membuat
catatan yang dirangkum menjadi sebuah laporan untuk pertanggungjawaban
administrasi. Alangkah baiknya jika setiap selesai bertugas, diadakan evaluasi bersama
dengan pihak BPBD untuk bahan pelaksanakan tugas berikutnya. Termasuk mengevaluasi perlunya melengkapi bahan promosi. Seperti tambahan buku dan komik kebencanaan, dan bahan edukasi lainnya yang menarik.
Sungguh,
keberanian BPBD Provinsi Jawa timur untuk mengadakan mosipena beserta
kelengkapannya, patut diacungi jempol. Ini tanda bahwa upaya pengurangan risiko
bencana mendapat prioritas Pemda Jatim dalam rangka membangun kesadaran, kewaspadaan dan
kesiapsiagaan menghadapi bencana, untuk meminimalisir jumlah korban akibat
bencana. Wallahu a’lam Bishowab. Salam Sehat Salam Literasi. [eBas/SeninLegi-01032021]
mari sukseskan Gerakan Literasi Bencana melalui optimalisasi mosipena
BalasHapusmenuju masyarakat tangguh bencana yang bisa melakukan kesiapsiagaan dan mitigasi mandiri
mungkin perlu adanya gerakan donasi buku2 kebencanaan, komik, cerpen, alat2 permainan edukatif lainnya. Termasuk film2 tentang tsunami, gempa, erupsi dan simulai penanggulangan bencana. poster2 yg berisi ajakan untuk sadar bencana.
BalasHapuskemudian yang tidak kalah pentingnya adalah perawatan mobilnya agar siap digerakkan kemana-mana. untuk itu harus ada pemeriksaan berkala ttg air aki, solar, minyak rem, oli, kampas rem, freeon AC, komputr, TV, LCD, kompresor, dan sebagainya.
kemudian relawan yang bertugas ngurusi mosipena juga sering2 ngopi bersama dalam rangka pembinaan dan kesamaptaan
SRPB Jatim Beri Pelatihan Mosipena
BalasHapusSidoarjo – Banyaknya keingintahuan mengenai seluk beluk Mobil Edukasi Penanggulangan Bencana (Mosipena), membuat Sekber Relawan Penanggulangan Bencana (SRPB) Jatim menggelar pelatihan. Pelatihan ini digelar di Ruang Siaga dan halaman parkir BPBD Jatim di Jalan S Parman, Waru, Sidoarjo, Minggu, 16 Januari 2022.
Pelatihan ini digelar untuk meningkatkan kemampuan para anggota organisasi mitra SRPB Jatim, terutama dalam pengoperasian Mosipena mendatang. Diharapkan mereka bisa ikut berperan aktif dalam kegiatan Mosipena.
“Belajar penanggulangan bencana itu tidak ada habisnya. Salah satunya dengan mempelajari Mosipena yang masuk dalam Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB),” ungkap Aslichatul Insiyah, fasilitator SPAB yang juga pengurus SRPB Jatim ini.
Pelatihan Mosipena ini masuk dalam acara Arisan Ilmu Nol Rupiah jilid-38. Arisan ilmu kali ini juga merupakan yang pertama digelar di tahun 2022.
Sekitar 50 peserta sebelumnya mendapatkan pembekalan materi oleh narasumber dari SRPB Jatim. Kemudian, mereka diajak praktik mengoperasikan Mosipena. Termasuk bagaimana menyalakan genset, mengoperasikan videotron, serta mengatur perpustakaan.
Menurut Azelin, panggilan Aslichatul Insiyah, sejak 2021 SRPB Jatim dipercaya oleh BPBD Jatim untuk menangani pelatihan di 13 kabupaten dan kota. “Kami mengedukasi masyarakat lewat SPAB dan Mosipena,” jelasnya.
Sementara, Andreas Eko Muljanto dan Erfan Alif alias Erick, menjelaskan soal teknis mengoperasikan Mosipena. Termasuk cara menggunakan berbagai tools atau peralatan yang ada.
“Mobil ini satu-satunya di Indonesia dan sangat bermanfaat bagi relawan untuk mengedukasi masyarakat tentang kebencanaan,” kata Leo, panggilan Andreas Eko Muljanto.
Sedangkan Erfan Alif mengungkapkan bahwa untuk mengoperasikan Mosipena ini dibutuhkan 4-5 orang operator. “Fasilitatornya juga harus punya kajian risiko, SOP menghadapi berbagai ancaman bencana, dan sebagainya. Operatornya juga harus multitasking mengoperasikannya,” jelasnya.
Koordinator SRPB Jatim Dian Harmuningsih menyambut baik pelatihan ini. Menurutnya, Mosipena bisa menjadi alat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana. “Dan itu harus diajarkan oleh relawan secara terus-menerus,” katanya.(*)