Sebagai bentuk kesiapsiagaan dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana di Jawa Timur pasca erupsi Gunung Kelud, AIFDR, yang didukung oleh BPBD Jawa Timur, melakukan serangkaian kegiatan Konsultasi Publik Dokumen Renstra BPBD Jatim, Konsultasi Publik Pengembangan RPB Provinsi Jatim, Pertemuan Konsinyasi Finalisasi Dokumen RPB Provinsi Jatim, dan Finalisasi SOP Kedaruratan Tingkat Provinsi Jatim.
Konon, konsultasi publik itu sebagai bentuk
advokasi, mengawal usulan rencana program dan anggaran agar tidak dihapus atau
dikurangi, tetapi diupayakan ditambah volumenya, dalam rangka meningkatkan
kapasitas penanggulangan bencana.
Kegiatan yang dilakukan di Hotel Santika Premiere,
Gubeng, Surabaya bertujuan mewaspadai potensi bencana yang bisa datang
sewaktu-waktu, dengan menyiapkan dana, sarpras dan personil dalam keadaan
tanggap darurat.
Seperti diketahui, potensi bencana di Jawa Timur
itu meliputi : banjir; kekeringan; tsunami; gempabumi; letusan gunung api; longsor;
cuaca ekstrim (angin puting beliung); gelombang ekstrim dan abrasi; kebakaran
hutan dan lahan; kebakaran gedung dan permukiman; epidemi dan wabah penyakit,
yang mungkin datang secara tiba-tiba dan masyarakat merupakan elemen terdampak
langsung, sehingga penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah dan semua elemen masyarakat, serta dunia usaha.
Memang di banyak daerah, kebijakan penanggulangan
bencana sering kali belum ditindak lanjuti oleh instansi di bawah. Belum lagi,
masih adanya ketidak sinkronan diantara kebijakan itu sendiri. Misalnya, dalam
sebuah perka BNPB mengamanatkan bahwa dana siap pakai harus ada di BPBD, namun
dalam permendagri yang menjadi atasan langsung BPBD, tidak ada pasal yang
mengaturnya, sehingga dananya tidak ada, yang ada adalah belanja tidak terduga,
dimana penggunaannya sudah ditentukan.
“Masalah-masalah inilah yang coba diangkat, agar
kedepan, dalam melakukan operasi penanggulangan bencana, semuanya bisa berjalan
dengan baik, terkait dengan pendanaan, sarana prasarana dan personil yang
mendukung kerja-kerja kemanusiaan, utamanya disaat tanggap darurat bencana.”
Kata Gus Ipul dari FPRB Jatim, saat rehat kopi.
Konon,
kegiatan ini juga melibatkan beberapa relawan, yang ikut turun tangan pada saat
erupsi gunung Kelud kemarin untuk ikut berbagi pengalaman sebagai bahan masukan
penyusunan dokumen renstra penanggulangan bencana.
Didik Mulyono, ketua panitia kegiatan ini
mengingatkan, proses evakuasi harus dilakukan secara manusiawi dan bermartabat,
sehingga mereka yang bertugas di lapangan harus mengerti strategi dan teknis
dalam melakukan pertolongan terhadap penyintas.
Kemudian,
masih kata pria berkacamata ini, bahwa pertimbangan menghentikan atau
mengakhiri keadaan darurat, selalu berdasar pertimbangan anggaran. Namun, mereka
lupa bahwa saat penghentian keadaan darurat, siapa nanti yang akan mengurusi
masyarakat yang masih mengungsi karena rumahnya masih rusak ?.
“Ini hendaknya juga menjadi pemikiran kawan-kawan
komunitas relawan untuk membantu mengawal penyusunan rencana penanggulangan
bencana agar pelaksanaan operasi kemanusiaan menjadi semakin baik, termasuk
mendorong agar pemerintah lebih memperhatikan relawan dalam hal pembinaan dan
pelatihan untuk meningkatkan kapasitasnya,” Kata Basuki, salah seorang peserta
dari unsur komunitas.
Kegiatan yang rencananya akan ditindak lanjuti
dengan acara sosialisasi kepada unsur pimpinan satuan kerja perangkat daerah,
juga bermaksud mengenalkan bahwa upaya mengantisipasi dan kesiapsiagaan
terhadap datangnya bencana dengan membentuk Struktur Komando Tanggap Darurat
(SKTD) sebagai upaya menjamin agar warga terdampak benar-benar mendapat
perhatian dan layanan yang layak sebagai bentuk respon darurat yang manusiawi.
“Bisnis proses SKTD dengan garis komando yang
tegas sebagai pedoman kerja, harus ditaati oleh mereka yang ditunjuk dalam
sebuah operasi tanggap bencana agar semua bisa terkoordinasikan dengan baik,
sehingga kegiatan teknis berjalan tanpa melanggar regulasi yang bisa menjadikan
pelakunya sebagai tersangka usai penanganan bencana,” tambah Didik dengan nada
berseloroh, mengakhiri kegiatan yang dihelat sejak tanggal 3 sampai 13 juni
2014. [eBas]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar