Bermula dari pertanyaannya mBah
Dharmo di grup whatsApp (GWA) Membangun Forum PRB Jatim. Disitu dia nulis,
Apakah dulur-dulur semua masih punya semangat untuk ber Forum PRB ?Monggo
yang masih bersemangat, langsung nulis nama di
bawah ya lurs.
“Kita ingin berbuat sesuatu yang
ada guna manfaatnya untuk sesama. Terutama dalam menghadapi pandemi covid-19
dan kedepannya,” Kata alumni pasca sarjana UPN Jogja.
Makanya, masih kata aktivis Jangkar Kelud, kami ingin melihat dulu, masihkan dulur-dulur punya semangat ber-FPRB. Setelah itu baru membahas apa yang bisa kita lakukan.
Gayung pun bersambut. Satu persatu
anggota GWA menuliskan nama sebagai tanda masih punya semangat dan komitmen
untuk ber-FPRB-ria. Hampir 40 orang yang mendaftar dari 108 anggota grup.
Sebagai langkah awal melepas
kangen secara online, Cak Su’ud berkenan “memfasilitasi”
ngajak ber-Webinar-ria dengan menggunakan Zoom Meeting, yang saat ini lagi
booming dengan kendala utama koneksi internet dan audio trouble karena kekurang
tahuan menggunakan aplikasi ini.
Apa yang akan dibahas, atau
adakah agenda yang ingin dicapai dengan kegiatan ini ?. Bahkan ada yang
bertanya, apakah FPRB terlibat dan dilibatkan dalam struktur gusus tugas
covid-19 di Kabupaten/Kota. mBah Dharmo Dan Cak Su’ud bilang bahwa diawal ngobrol
bareng ini, cukup digunakan untuk saling ”Say
Hallo” dulu, sambung seduluran dan sharing pengalaman selama masa pandemi covid-19
yang dimulai bulan maret 2020.
Setelah komunikasi terbangun, baru
dari situlah nanti akan dilanjutkan berwebinar lagi untuk nyusun agenda rutin
dalam rangka pembelajaran. Tidak hanya belajar masalah covid-19 dan dampaknya
pada rakyat kecil yang penghasilannya berkurang akibat social distancing, tapi juga masalah lain seputar penanggulangan
bencana. seperti belajar tentang SKPDB dan lainnya.
Ada usulan kegiatannya diberi nama ‘Webinar Kemisan’ sebagai upaya peningkatan kapasitas anggota GWA. Rencananya pertemuan selanjutnya akan difokuskan pada topik yang lebih spesifik dengan mengundang nara sumber yang kompeten sebagai pemantik. bisa dari unsur pemerintah, akademisi, dan praktisi lainnya.
Ada usulan kegiatannya diberi nama ‘Webinar Kemisan’ sebagai upaya peningkatan kapasitas anggota GWA. Rencananya pertemuan selanjutnya akan difokuskan pada topik yang lebih spesifik dengan mengundang nara sumber yang kompeten sebagai pemantik. bisa dari unsur pemerintah, akademisi, dan praktisi lainnya.
Rurid, sebagai Sekjen Forum-PRB
Jatim, mengawali obrolan dengan mengajak partisipan bersemangat menghidupkan
forum agar keberadaannya semakin terlihat oleh khalayak ramai.
Sesungguhnyalah kreatifitas
kawan-kawan di masing-masing daerah itu berbeda dalam ‘berkomunikasi’ dengan penguasa setempat. Masing-masing punya gaya dan cara sendiri untuk mendekati penguasa. Pengalaman inilah yang
perlu diimbaskan kepada kawan yang lain. Siapa tahu dapat di duplikasi.
Khusairi, dari unsur akademisi
menyampaikan gagasannya bahwa problem wabah ini sangat tergantung dari adanya koordinasi
antar organisasi perangkat daerah (OPD), sehingga mereka bisa memainkan tugas
dan fungsinya.
“Disini, forum hendaknya bisa
membuat rekomendasi kepada pemerintah daerah (dalam hal ini gugus tugas
covid-19 ?), agar melibatkan berbagai komunitas dalam penanganan wabah. Karena,
sampai saat ini belum tampak adanya koordinasi itu. Mereka masih bermain
sendiri antar OPD,” Katanya.
Masih kata Cak Kus, begitu sapaan
akrabnya, diharapkan kawan-kawan yang mempunyai modal sosial berupa jaringan
yang bisa menembus ‘pusat kekuasaan’ untuk bisa merapat memberi masukan tentang
perlunya duduk bareng antar unsur pentahelix dalam rangka penanganan covid-19.
“Tampaknya dalam gugus tugas ini, yang
berperan OPD, dan keberadaan BPBD kurang menonjol. Sehingga berbagai komunitas
berinisiatif sendiri,” imbuhnya. Hal ini seperti yang di lakukan berbagai
komunitas di Lamongan (info dari Cak Ali).
Apa yang dikatakan Cak Kus juga
diamini oleh Hanafi dari Lumajang. Katanya, di daerah banyak pejabat OPD yang
dilibatkan dalam gugus tugas sehingga suasana jadi serba formal. Hal ini
terjadi (mungkin) karena masing-masing OPD mempunyai dana sendiri yang harus
dibelanjakan sesuai aturan di kantornya agar tidak disalahkan itjen, BPK,
apalagi KPK. Bisa runyam nantinya, menangani bencana malah kena bencana.
Sehingga, yang terjadi adalah
penggunaan anggaran berbasis daya serap. Yang penting laporannya beres, aman
dan amanah (juga aman ah). Jika ini benar, maka, apa yang dikatakan oleh Ali
bahwa di lamongan, anggaran 5 miliar untuk penanganan covid-19, digunakan untuk
pengadaan nasi kotak yang dibagikan ke masyarakat.
“Ya, banyak anggaran tapi kurang
maksimal penggunaannya. Alangkah baiknya jika ini dikerjasamakan dengan
berbagai komunitas yang turun langsung ke lapangan,” Katanya.
Teguh, dari Tuban berharap dalam
pertemuan ini bisa fokus pada masalah tertentu untuk kemudian dijadikan rekomendasi
yang di dukung dengan data akurat. Termasuk melakukan konfirmasi terkait dengan
benar tidaknya penggunaan dana 5 miliar hanya untuk membeli nasi kotak. Jangan-jangan
dana itu termasuk diantaranya digunakan untuk pengadaan nasi kotak.
Dari 40 anggota yang menyatakan
ikut webinar, ternyata masih ada yang terpaksa tidak ikut karena kesibukan. Namun
mereka tidak jadi ikut itu bukan berarti indikator bahwa mereka sudah kehilangan stamina
berforum.
Mungkin saja mereka sedang ingin
berlama-lama nderes Al-Qur’an
sak maknane, biar khusuk. Mumpung di bulan ramadhan, bulan yang penuh maghfiroh, ampunan
dan barokah. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Kamis malem jumatWage]
bismillah
BalasHapusayo dulur semangat berforum prb
sak mlaku-mlakune alon-alon waton klakon mlaku
bersama bekerjasama untuk sesama
Mantaaaf, sebagai labgkah awal untuk membanhkitkan kembali semangat ber FPRB ria sedulur2 semua,
BalasHapus