Kamis, 07 Mei 2020

F-PRB JATIM NGOBROL ONLINE DENGAN ZOOM MEETING


Bermula dari pertanyaannya mBah Dharmo di grup whatsApp (GWA) Membangun Forum PRB Jatim. Disitu dia nulis, Apakah dulur-dulur semua masih punya semangat untuk ber Forum PRB ?Monggo yang masih bersemangat, langsung nulis nama di 
bawah ya lurs.

“Kita ingin berbuat sesuatu yang ada guna manfaatnya untuk sesama. Terutama dalam menghadapi pandemi covid-19 dan kedepannya,” Kata alumni pasca sarjana UPN Jogja.

Makanya, masih kata aktivis Jangkar Kelud, kami ingin melihat dulu, masihkan dulur-dulur punya semangat ber-FPRB. Setelah itu baru membahas apa yang bisa kita lakukan.

Gayung pun bersambut. Satu persatu anggota GWA menuliskan nama sebagai tanda masih punya semangat dan komitmen untuk ber-FPRB-ria. Hampir 40 orang yang mendaftar dari 108 anggota grup.

Sebagai langkah awal melepas kangen secara online, Cak Su’ud berkenan “memfasilitasi” ngajak ber-Webinar-ria dengan menggunakan Zoom Meeting, yang saat ini lagi booming dengan kendala utama koneksi internet dan audio trouble karena kekurang tahuan menggunakan aplikasi ini.

Apa yang akan dibahas, atau adakah agenda yang ingin dicapai dengan kegiatan ini ?. Bahkan ada yang bertanya, apakah FPRB terlibat dan dilibatkan dalam struktur gusus tugas covid-19 di Kabupaten/Kota. mBah Dharmo Dan Cak Su’ud bilang bahwa diawal ngobrol bareng ini, cukup digunakan untuk saling ”Say Hallo” dulu, sambung seduluran dan sharing pengalaman selama masa pandemi covid-19 yang dimulai bulan maret 2020.

Setelah komunikasi terbangun, baru dari situlah nanti akan dilanjutkan berwebinar lagi untuk nyusun agenda rutin dalam rangka pembelajaran. Tidak hanya belajar masalah covid-19 dan dampaknya pada rakyat kecil yang penghasilannya berkurang akibat social distancing, tapi juga masalah lain seputar penanggulangan bencana. seperti belajar tentang SKPDB dan lainnya. 

Ada usulan kegiatannya diberi nama ‘Webinar Kemisan’ sebagai upaya peningkatan kapasitas anggota GWA. Rencananya pertemuan selanjutnya akan difokuskan pada topik yang lebih spesifik dengan mengundang nara sumber yang kompeten sebagai pemantik. bisa dari unsur pemerintah, akademisi, dan praktisi lainnya.

Rurid, sebagai Sekjen Forum-PRB Jatim, mengawali obrolan dengan mengajak partisipan bersemangat menghidupkan forum agar keberadaannya semakin terlihat oleh khalayak ramai.

Sesungguhnyalah kreatifitas kawan-kawan di masing-masing daerah itu berbeda dalam ‘berkomunikasi’ dengan penguasa setempat. Masing-masing punya gaya dan cara sendiri untuk mendekati penguasa. Pengalaman inilah yang perlu diimbaskan kepada kawan yang lain. Siapa tahu dapat di duplikasi.

Khusairi, dari unsur akademisi menyampaikan gagasannya bahwa problem wabah ini sangat tergantung dari adanya koordinasi antar organisasi perangkat daerah (OPD), sehingga mereka bisa memainkan tugas dan fungsinya.

“Disini, forum hendaknya bisa membuat rekomendasi kepada pemerintah daerah (dalam hal ini gugus tugas covid-19 ?), agar melibatkan berbagai komunitas dalam penanganan wabah. Karena, sampai saat ini belum tampak adanya koordinasi itu. Mereka masih bermain sendiri antar OPD,” Katanya.

Masih kata Cak Kus, begitu sapaan akrabnya, diharapkan kawan-kawan yang mempunyai modal sosial berupa jaringan yang bisa menembus ‘pusat kekuasaan’ untuk bisa merapat memberi masukan tentang perlunya duduk bareng antar unsur pentahelix dalam rangka penanganan covid-19.

“Tampaknya dalam gugus tugas ini, yang berperan OPD, dan keberadaan BPBD kurang menonjol. Sehingga berbagai komunitas berinisiatif sendiri,” imbuhnya. Hal ini seperti yang di lakukan berbagai komunitas di Lamongan (info dari Cak Ali).

Apa yang dikatakan Cak Kus juga diamini oleh Hanafi dari Lumajang. Katanya, di daerah banyak pejabat OPD yang dilibatkan dalam gugus tugas sehingga suasana jadi serba formal. Hal ini terjadi (mungkin) karena masing-masing OPD mempunyai dana sendiri yang harus dibelanjakan sesuai aturan di kantornya agar tidak disalahkan itjen, BPK, apalagi KPK. Bisa runyam nantinya, menangani bencana malah kena bencana.

Sehingga, yang terjadi adalah penggunaan anggaran berbasis daya serap. Yang penting laporannya beres, aman dan amanah (juga aman ah). Jika ini benar, maka, apa yang dikatakan oleh Ali bahwa di lamongan, anggaran 5 miliar untuk penanganan covid-19, digunakan untuk pengadaan nasi kotak yang dibagikan ke masyarakat.

“Ya, banyak anggaran tapi kurang maksimal penggunaannya. Alangkah baiknya jika ini dikerjasamakan dengan berbagai komunitas yang turun langsung ke lapangan,” Katanya.

Teguh, dari Tuban berharap dalam pertemuan ini bisa fokus pada masalah tertentu untuk kemudian dijadikan rekomendasi yang di dukung dengan data akurat. Termasuk melakukan konfirmasi terkait dengan benar tidaknya penggunaan dana 5 miliar hanya untuk membeli nasi kotak. Jangan-jangan dana itu termasuk diantaranya digunakan untuk pengadaan nasi kotak.

Dari 40 anggota yang menyatakan ikut webinar, ternyata masih ada yang terpaksa tidak ikut karena kesibukan. Namun mereka tidak jadi ikut itu bukan berarti indikator bahwa mereka sudah kehilangan stamina berforum.

Mungkin saja mereka sedang ingin berlama-lama nderes Al-Qur’an sak maknane, biar khusuk. Mumpung di bulan ramadhan, bulan yang penuh maghfiroh, ampunan dan barokah. Wallahu a’lam bishowab. [eBas/Kamis malem jumatWage]   


2 komentar:

  1. bismillah
    ayo dulur semangat berforum prb
    sak mlaku-mlakune alon-alon waton klakon mlaku
    bersama bekerjasama untuk sesama

    BalasHapus
  2. Mantaaaf, sebagai labgkah awal untuk membanhkitkan kembali semangat ber FPRB ria sedulur2 semua,

    BalasHapus