Beberpa
minggu yang lalu tersiar kabar Kantor Kelurahan Keputih lockdown. Kemudian
disusul seluruh karyawan Kecamatan Sukolilo mengikuti Rapid test, dan hasilnya
banyak yang reaktif sehingga harus ditindak lanjuti. Diantaranya dengan
melakukan karantina mandiri.
Beberapa
malam yang lalu, sepanjang Jalan Keputih sering di semprot disinfektan oleh
truck pemadam kebakaran. Beberapa malam kemudian di tindak lanjuti dengan
obrak’an Warkop dan toko yang banyak pengunjungnya dalam rangka penerapan
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di seluruh wilayah Surabaya.
Selama
bulan romadhon dan masa PSBB ini keramaian Keputih agak sedikit menurun. Banyak
warga pendatang (mayoritas mahasiswa) pulang kampung karena kampus wajib menerapkan
model belajar dari rumah menggunakan daring, sebagai upaya memutus rantai
sebaran covid-19.
Dampaknya,
warung kopi dan warung makan yang bertebaran di wilayah keputih mengalami
penurunan pendapatan, ditinggalkan pelanggannya pulang kampung. Jelas semua ini
akan berpengaruh terhadap ekonomi rumah tangganya.
Namun
semuanya itu oleh kaum pedagang kecil diterima dengan pasrah dan sabar, tanpa
gejolak sosial yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Mereka
percaya bahwa wabah covid-19 ini merupakan cobaan dari Tuhan, sehingga harus
dihadapi dengan ikhlas dan tawakal.
Karena di
wilayah Keputih itu terdapat Tempat Pemakaman Umum (TPU) Surabaya, maka
semenjak wabah Covid-19, hampir setiap hari melintas dua tiga ambulance membawa
mayat yang akan di makamkan. Karena petugas pemakamann dan sopirnya menggunakan
baju hazmat (salah satu alat pelindung diri), maka warga menganggap bahwa yang
akan dimakamkan itu adalah korban covid-19, sesuai protokol pemulasaraan.
Di
Keputih juga ada crematorium, tempat kremasi atau pengabuan. yaitu tempat praktik penghilangan jenazah manusia
setelah meninggal dengan cara membakarnya. Biasanya hal ini dilakukan di sebuah
krematorium/pancaka atau biasa juga di sebuah makam di Bali yang disebut setra
atau pasetran. Praktik kremasi di Bali disebut ngaben. (sumber
Wikipedia). Namun belum ada info jika crematorium di Keputih juga digunakan
untuk membakar korban covid-19.
Dengan
seringnya mobil jenasah melintas di jalanan Keputih menuju TPU, menjadikan
warga makin waspada terhadap wabah ini. Warga pun semakin sadar untuk mentaati
protokol kesehatan yang telah digariskan oleh pemerintah.
Memakai
masker saat keluar rumah menjadi kebiasaan baru warga Keputih. Begitu juga toko
dan warung menyediakan tempat cuci tangan, bahkan hand sanitizer bagi pelanggannya. Semua ini merupakan upaya yang
dianjurkan pemerintah untuk memutus pesebaran wabah dari Wuhan ini.
Namun
warga tampaknya masih sulit untuk menjaga jarak (physical distancing) ketika berinteraksi. Seperti saat di Pasar, di
Toko, dan di Rumah Makan. Apalagi di warkop yang menjadi tempat cangkruk’an
rakyat kecil sambil ngrasani pandemi corona
virus disease 2019. Inilah yang menjadikan salah satu kendala upaya pemutusan
pesebaran wabah. Namun sejauh ini Covid-19 belum ‘masuk’ wilayah Kelurahan Keputih.
Memang,
sempat beredar kabar beberapa warga keputih ‘dijemput’
petugas kesehatan, namun kelanjutan berita itu hilang begitu saja. warga
Kelurahan Keputih tetap beraktivitas dengan caranya sendiri di era pandemi
covid-19.
Pihak
Kelurahan pun tidak sampai membentuk Gugus Tugas Covid-19 tingkat Kelurahan
seperti yang ada dalam Buku Saku Desa Tangguh Covid-19. Mungkin inilah yang
disebut Ketangguhan masyarakat yang tumbuh secara alami tanpa keterlibatan
aktor dari luar. Wallau a’lam bishowab. [eBas/SeninLegi-25052020]
Sabtu malam atau malam takbiran saya bersama keluarga ke Manuan Sambikerep. Naik Grab karena kalau naik motor sudah tidak memungkinkan.
BalasHapusStar dari Wonorejo Rusun lewat Jalan Raya Soekarno Hatta – Kedung Baruk (yang menurutut info masuk zona merah karena puluhan orang positif covid) pintu masuk kampung dijaga ketat sama aparat dan masyarakat. Lanjut Panjangjiwo - Wonokromo putar balik di depan RSI menuju arah KBS, jalanan cenderung sepi, aman dan lancar. Termasuk jalan raya Diponegoro yang saya lewati. Sampai di flay over pasar kembang saya belok kiri lewat jalan Banyurip.
Awalnya lancar aman, dipertengahan jalan. Dikanan kiri ada pasar (Pasar Simo), wuih full penuh manusia, mepet pet. Jalan mancet orang - orang pada berdesakan. Saya kaget banget, kok begini. Katanya PSBB !!!
Kenapa saya kaget ? Karena menurut berita yang saya dengar dari Radio Suara Surabaya kapan hari lalu. Pasar ini pernah ditutup sama pemkot, karena pedagangnya positif covid 2 orang dan meninggal. Lha ramenya kok ngedap – ngedapi .
Oklah, dengan pelan kita tetap jalan sambil melihat pemandangan yang berjubel orang. Gak berani komentar banyak, hanya anak dan istri tak ajak zdikir supaya kita terhindar dari berbagai macam wabah dan bala’. Cukup lama kita terjebak macet.
Jalanan baru bisa terurai setelah lepas dari pertigaan tol Simo. Saya lurus ke arah Tandes, masuk jalan Sikatan lancar. Padahal biasanya justru ini yang macet, jalanan kecil dan ada pasar pula. Banyak orang lewat sini karena jalan alternatif, jalan bawah menuju Benowo lagi ada pembangunan box culvert. Saya sempat bincang sama Mas sopir didepan saya. Mas kok tumben ya jalan ini sepi, biasanya kan muacet. Iya Pak, mungkin pada dirumah. kan lagi PSBB, jawabnya.
Belum sampai lima menit rasan – rasan jalan sepi sama mas soper, lha kok ketemu lagi keramain lagi. Tidak kalah ramainya dengan pasar Simo yang saya lewati tadi. Kanan kiri jalan banyak motor berparkir, sampai gang kampungpun dijadikan lahan parkiran. Orang berdesak – desakan didalam kios dan toko. Untuk memilih baju, tas, sepatu dll.
Belum sampai disitu, setelah masuk Jln. Raya Manuan banyak orang lalu lalang. Jalanan full, toko toko full, pusat perbelanjaan full. Yang lebih parah lagi banyak yang tidak pakai masker, anak – anak muda pada berboncengan, social distancing dan psysical distancing sudah tidak dihiraukan lagi.
Setelah saya sampai tujuan masuk dikomplek Kavling Jelidro, saya sempat berbincang dengan beberapa warga. Disini kok rame ya Pak, jalan pasar pada ramai semua. Kalah sama kebutuhan Ust.
Sudah selesai, tanpa bisa kasi solusi.