Senin, 24 Agustus 2020

BUDI CAHYONO BICARA TENTANG EKSISTENSI ORGANISASI RELAWAN

       "Anggota saya sementara ini yang tercatat ada 74 orang, namun yang aktif sekitar 21 orang. Lainnya sibuk dengan pekerjaan, namun mereka tetap berkontribusi terhadap organisasi. Aktif mengikuti pertemuan serta membantu doa, dan kadang juga dana agar yang aktif selalu sehat dan bersemangat,” Kata Budi Cahyono, Ketua forum relawan penanggulangan bencana (FRPB) Kabupaten Pamekasan.

Pria berkacamata ini tergolong ahli hisap. Perokok kelas berat, tapi tetap sehat, bahkan dan terkesan angker bagi yang belum mengenalnya. Padahal, sesungguhnya Pak Bud, begitu panggilan akrabnya, sangat humoris dan enak diajak ngobrol. Apalagi ngobrol tentang kerja-kerja kemanusiaan dibidang kebencanaan, sambil rokok’an.

Ditemui di acara pengimbasan informasi tentang keterlibatan relawan dalam program Masjid Tangguh, dan Pasar Tangguh yang diinisiasi oleh BNPB, kepada relawan di wilayah Kabupaten Mojokerto dan peserta rapat koordinasi (rakor) SRPB Jawa Timur. Pak Bud mampu menghipnotis peserta dengan gayanya, sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami.

Kegiatan pengimbasan itu merupakan rangkaian dari Rakor yang diselenggarakan SRPB Jawa Timur sebagai salah satu mandat kongres yang difasilitasi oleh BPBD Provinsi Jawa Timur. Kegiatan ini mengambil tempat di Obis Camp, Trawas, Kabupaten Mojokerto. Pada hari jum’at sampai dengan minggu (21 23 agustus 2020).

Saat ngobrol usai memberikan materi, beliau bilang bahwa masukan salah satu peserta dari relawan Kota Pasuruan sangat menarik untuk dikaji dan di-ujiterap-kan di masing-masing organisasi. Masukannya itu berupa ajakan agar organisasi relawan berani berinovasi dan kreatif mencari terobosan financial untuk mendukung kegiatan organisasi.

“Usulan ini menarik. Saya kira perlu dijadikan materi arisan ilmu atau dibahas saat jagongan sambil ngopi. Duh nyaman ongguh tak iye,” Katanya sambil memainkan asap rokoknya.

Ya, peserta dari Kota Pasuruan itu mengatakan bahwa sudah waktunya relawan berinovasi mengemas kegiatan yang bisa mendatangkan keuntungan untuk mendukung kegiatan.

Relawan juga harus kreatif memperluas jejaring kemitraan dengan berbagai komunitas dan organisasi perangkat daerah (OPD) yang ada hubungannya dengan penanganan kebencanaan. Ini penting, agar keberadaan dan kegiatannya tidak dipandang sebelah mata.

“Sebenarnya saya sudah menjalankan ajakan tersebut. Contohnya, kegiatan selama pandemi ini mendapat dukungan dari anggota yang tidak ikut turun ke lapangan. Baik berupa doa dan dana. Mereka juga aktif menggalang bantuan dari ‘Hamba Allah’, sehingga memudahkan gerakan teman-teman di lapangan,” Ujarnya lagi.

Konon, masih kata Pak Bud, sejak pandemi masuk ke Madura, mereka turut sibuk membantu pemerintah menanganinya dengan melakukan penyemprotan disinfektan ke berbagai fasilitas umum, fasilitas sosial, dan rumah warga. Bakti sosial pembagian masker dan hand sanitizer, pembagian paket sembako bagi warga yang ekonomi rumah tangganya terpapar pandemi. Mereka juga terlibat dalam penanganan korban covid-19.

Kegiatan yang dilakukan Pak Bud beserta pasukannya itu tanpa pamrih dan murni swadaya. Kesungguhan mereka pun akhirnya juga diapresiasi oleh berbagai pihak, termasuk Bupati Pamekasan dan pihak Angkatan laut, dalam bentuk dukungan.

Salah satu terobosan yang dilakukan adalah menggandeng beberapa media online untuk meliput semua kegiatan FRPB sehingga diketahui oleh khalayak ramai. Termasuk keterlibatannya dalam rakor SRPB Jawa Timur di masa pandemi ini.

Terkait dengan upaya regenerasi agar eksistensi organisasi tetap lestari, menurut pria berkumis ini harus dilakukan secara bertahap dengan memberi kesempatan kepada anggota yang muda untuk tampil melaksanakan tugas dan tanggungjawab organisasi. Sukur-sukur bisa bekerjasa sama dengan BPBD mengadakan diklat kebencanaan bagi relawan.

Dalam beberapa literatur dikatakan bahwa regenerasi dapat dikatakan sebagai sutu perpindahan tongkat estafet tanggung jawab keorganisasian dari generasi sebelumnya ke generasi yang baru. Regenerasi organisasi dilakukan agar adanya penerus perjuangan dari perwujudan tujuan organisasi yang harus selalu dipertahankan dan ditingkatkan di tiap generasinya.

Adanya regenerasi dalam sebuah organisasi menjadi sebuah rantai penghubung yang akan terus terkait dan membuat suatu organisasi mempertahankan keberadaannya. Dengan kata lain, regenerasi tidak boleh terlambat agar eksistensi organisasi tetap diakui oleh khalayak ramai.

          “Menurut saya secara berkala harus diadakan pertemuan anggota dalam bentuk sarasehan, jagongan bareng dalam rangka pengimbasan informasi dan pengalaman dari yang tua kepada yang muda sebagai upaya peningkaan kapasitas secara informal,” Katanya.

Sungguh, ngobrol dengan Pak Bud ini menyenangkan. Begitu juga dengan pasukannya, juga ramah dan enak diajak bicara. Apalagi salah satu anggotanya ada yang jagoan bergoyang atarktif nonstop selama gelaran elekton di malam keakraban. Banyak pelajaran yang dapat dipetik. Terimakasih Pak Bud, partisipasi panjenengan sangat menginspirasi. Salam Tangguh, Bersatu Bersinergi Untuk Peduli. [eBas/nDemingParakIsuk/SelasaPon-25082020]

5 komentar:

  1. salam tangguh
    benar sekali bahwa diperlukam kreativitas serta keberanian untuk berinovasi agar keberadaan organisasi tetap lestari dgn segala aksi2 mandiri dan kolaborasi dengan lain instansi.
    tentunya semua upaya regenerasi disesuaikan dengan kearifan lokal yg berlaku di sekitar organisasi itu

    tetap semangat dan terus menginspirasi

    BalasHapus
  2. Mantap...
    Salam Tangguh, Salam Kemanusiaan

    BalasHapus
  3. Keren dan menginspirasi. Salam tangguh....

    BalasHapus
  4. salam tangguh salam kemanusiaan tetap seduluran sak lawase
    selalu belajar untuk menginspirasi sesama

    BalasHapus