"Anggota saya sementara ini yang tercatat ada 74 orang, namun yang aktif sekitar 21 orang. Lainnya sibuk dengan pekerjaan, namun mereka tetap berkontribusi terhadap organisasi. Aktif mengikuti pertemuan serta membantu doa, dan kadang juga dana agar yang aktif selalu sehat dan bersemangat,” Kata Budi Cahyono, Ketua forum relawan penanggulangan bencana (FRPB) Kabupaten Pamekasan.
Pria
berkacamata ini tergolong ahli hisap. Perokok kelas berat, tapi tetap sehat,
bahkan dan terkesan angker bagi yang belum mengenalnya. Padahal, sesungguhnya
Pak Bud, begitu panggilan akrabnya, sangat humoris dan enak diajak ngobrol.
Apalagi ngobrol tentang kerja-kerja kemanusiaan dibidang kebencanaan, sambil
rokok’an.
Ditemui
di acara pengimbasan informasi tentang keterlibatan relawan dalam program
Masjid Tangguh, dan Pasar Tangguh yang diinisiasi oleh BNPB, kepada relawan di
wilayah Kabupaten Mojokerto dan peserta rapat koordinasi (rakor) SRPB Jawa
Timur. Pak Bud mampu menghipnotis peserta dengan gayanya, sehingga materi yang
disampaikan mudah dipahami.
Kegiatan
pengimbasan itu merupakan rangkaian dari Rakor yang diselenggarakan SRPB Jawa
Timur sebagai salah satu mandat kongres yang difasilitasi oleh BPBD Provinsi
Jawa Timur. Kegiatan ini mengambil tempat di Obis Camp, Trawas, Kabupaten
Mojokerto. Pada hari jum’at sampai dengan minggu (21 23 agustus 2020).
Saat
ngobrol usai memberikan materi, beliau bilang bahwa masukan salah satu peserta
dari relawan Kota Pasuruan sangat menarik untuk dikaji dan di-ujiterap-kan di
masing-masing organisasi. Masukannya itu berupa ajakan agar organisasi relawan berani
berinovasi dan kreatif mencari terobosan financial untuk mendukung kegiatan
organisasi.
“Usulan
ini menarik. Saya kira perlu dijadikan materi arisan ilmu atau dibahas saat
jagongan sambil ngopi. Duh nyaman ongguh tak iye,” Katanya sambil memainkan
asap rokoknya.
Ya,
peserta dari Kota Pasuruan itu mengatakan bahwa sudah waktunya relawan berinovasi
mengemas kegiatan yang bisa mendatangkan keuntungan untuk mendukung kegiatan.
Relawan
juga harus kreatif memperluas jejaring kemitraan dengan berbagai komunitas dan
organisasi perangkat daerah (OPD) yang ada hubungannya dengan penanganan
kebencanaan. Ini penting, agar keberadaan dan kegiatannya tidak dipandang
sebelah mata.
“Sebenarnya
saya sudah menjalankan ajakan tersebut. Contohnya, kegiatan selama pandemi ini
mendapat dukungan dari anggota yang tidak ikut turun ke lapangan. Baik berupa
doa dan dana. Mereka juga aktif menggalang bantuan dari ‘Hamba Allah’, sehingga
memudahkan gerakan teman-teman di lapangan,” Ujarnya lagi.
Konon,
masih kata Pak Bud, sejak pandemi masuk ke Madura, mereka turut sibuk membantu
pemerintah menanganinya dengan melakukan penyemprotan disinfektan ke berbagai
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan rumah warga. Bakti sosial pembagian
masker dan hand sanitizer, pembagian paket sembako bagi warga yang ekonomi
rumah tangganya terpapar pandemi. Mereka juga terlibat dalam penanganan korban
covid-19.
Kegiatan
yang dilakukan Pak Bud beserta pasukannya itu tanpa pamrih dan murni swadaya. Kesungguhan
mereka pun akhirnya juga diapresiasi oleh berbagai pihak, termasuk Bupati
Pamekasan dan pihak Angkatan laut,
dalam bentuk dukungan.
Salah
satu terobosan yang dilakukan adalah menggandeng beberapa media online untuk
meliput semua kegiatan FRPB sehingga diketahui oleh khalayak ramai. Termasuk
keterlibatannya dalam rakor SRPB Jawa Timur di masa pandemi ini.
Terkait
dengan upaya regenerasi agar eksistensi organisasi tetap lestari, menurut pria
berkumis ini harus dilakukan secara bertahap dengan memberi kesempatan kepada
anggota yang muda untuk tampil melaksanakan tugas dan tanggungjawab organisasi.
Sukur-sukur bisa bekerjasa sama dengan BPBD mengadakan diklat kebencanaan bagi
relawan.
Dalam
beberapa literatur dikatakan bahwa regenerasi dapat dikatakan sebagai sutu
perpindahan tongkat estafet tanggung jawab keorganisasian dari generasi
sebelumnya ke generasi yang baru. Regenerasi organisasi dilakukan agar adanya
penerus perjuangan dari perwujudan tujuan organisasi yang harus selalu
dipertahankan dan ditingkatkan di tiap generasinya.
Adanya
regenerasi dalam sebuah organisasi menjadi sebuah rantai penghubung yang akan
terus terkait dan membuat suatu organisasi mempertahankan keberadaannya. Dengan
kata lain, regenerasi tidak boleh terlambat agar eksistensi organisasi tetap
diakui oleh khalayak ramai.
“Menurut
saya secara berkala harus diadakan pertemuan anggota dalam bentuk sarasehan,
jagongan bareng dalam rangka pengimbasan informasi dan pengalaman dari yang tua
kepada yang muda sebagai upaya peningkaan kapasitas secara informal,” Katanya.
Sungguh, ngobrol dengan Pak Bud ini menyenangkan. Begitu
juga dengan pasukannya, juga ramah dan enak diajak bicara. Apalagi salah satu
anggotanya ada yang jagoan bergoyang atarktif nonstop selama gelaran elekton di
malam keakraban. Banyak pelajaran yang dapat dipetik. Terimakasih Pak Bud,
partisipasi panjenengan sangat menginspirasi. Salam Tangguh, Bersatu Bersinergi
Untuk Peduli. [eBas/nDemingParakIsuk/SelasaPon-25082020]
salam tangguh
BalasHapusbenar sekali bahwa diperlukam kreativitas serta keberanian untuk berinovasi agar keberadaan organisasi tetap lestari dgn segala aksi2 mandiri dan kolaborasi dengan lain instansi.
tentunya semua upaya regenerasi disesuaikan dengan kearifan lokal yg berlaku di sekitar organisasi itu
tetap semangat dan terus menginspirasi
Siap kang
BalasHapusMantap...
BalasHapusSalam Tangguh, Salam Kemanusiaan
Keren dan menginspirasi. Salam tangguh....
BalasHapussalam tangguh salam kemanusiaan tetap seduluran sak lawase
BalasHapusselalu belajar untuk menginspirasi sesama