Selasa, 18 Agustus 2020

RADIO KOMUNITAS SEBAGAI JURNALISTIK WARGA

Dalam sebuah diskusi online tentang ‘jurnalistik warga’ yang diselenggarakan oleh SEJAJAR (Sekretarian Jaringan antar Jaringan), dikatakan bahwa jurnalaistik harus menyuarakan kebenaran berdasar fakta dan data yang dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah tulisan jurnalistik (baik berbentuk berita maupun artikel lainnya) sehingga pembacanya mudah memahami pesannya.

Salah satu bentuk jurnalistik warga yang dibahas dalam diskusi online adalah radio komunitas. Oleh nara sumbernya, dikatakan bahwa UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, memberi peluang bagi masyarakat marginal untuk menggunakan frekuensi penyiaran sebagai media untuk memberdayakan warga setelah menerima informasi baru yang disiarkan.

Di dalam Wikipedia, dikatakan Radio komunitas adalah stasiun siaran radio yang dimiliki, dikelola, diperuntukkan, diinisiatifkan dan didirikan oleh sebuah komunitas. Radio komunitas menyajikan tema-tema yang dibutuhkan warga setempat, acapkali bahasa yang digunakan oleh penyiar mengikuti dialek lokal sehingga mudah dipahami.

Sementara itu, menurut Lucio N. Tabing, radio komunitas adalah suatu stasiun radio yang dioperasikan di suatu lingkungan, wilayah atau daerah tertentu yang diperuntukkan khusus bagi warga setempat, berisi acara dengan ciri utama informasi daerah setempat (local content), diolah dan dikelola warga setempat.

Pendapatnya Lucio N. Tabing, seperti yang disitir Masduki, dikatakan bahwa ada lima karakteristik radio komunitas dalam konteks sosial yaitu: (1) Ia berskala lokal, terbatas pada komunitas tertentu; (2) Ia bersifat partisipatif atau memberi kesempatan setiap inisiatif anggota komunitas tumbuh dan tampil setara sejak proses perumusan acara, manajerial hingga pemilikan; (3) Teknologi siaran sesuai dengan kemampuan ekonomi komunitas bukan bergantung pada bantuan alat pihak luar; (4) Ia dimotivasi oleh cita-cita tentang kebaikan bersama dalam komunitas bukan mencapai tujuan komersial; dan (5) Selain mempromosikan masalah-masalah krusial bersama, dalam proses siaran radio komunitas harus mendorong keterlibatan aktif komunitas dalam proses mencari solusinya (Tabing, 1998).

Dalam jurnal terbitan Universitas Atma Jaya, Juni tahun 2004, dikatakan bahwa tujuan media komunitas (dalam hal ini radio) menurut Denis McQuail adalah (1) memberikan pelayanan informasi isu-isu dan problem universal, tidak sektoral dan primordial (2) pengembangan budaya interaksi yang pluralistik, (3) penguatan eksistensi kelompok minoritas dalam masyarakat, (4) bentuk fasilitasi atas proses menyelesaikan masalah menurut cara pandang lokal (McQuail, 2000).

Apa yang diungkap oleh para ahli diatas, tampaknya sejalan dengan paparannya Sinam, ketua jaringan radio komunitas Indonesia, bahwa fungsi radio komunitas itu mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidian dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa.

Fungsi lain adalah membantu pemerintah mengkomunikasikan pesan-pesan pembangunan sesuai bahasa lokal agar warga mudah memahami untuk kemudian mau berbuat menuju perubahan yang diinginkan.

Disamping itu juga memberitahukan kepada khalayak bahwa keberadaan organisasi masyarakat sipil mempunyai tujuan mulia, ingin memberdayakan masyarakat melalui materi siarannya lewat radio komunitas.

Memberdayakan disini, termasuk mengajak masyarakat terlibat dalam menyusun materi siaran, memberi kesempatan kepada warga menyampaikan gagasannya, dan pendapatnya untuk disiarkan sehingga diketahui oleh warga lainnya. sehingga materi siarannya benar-benar partisipatif interaktif.

Media  lain yang bisa digunakan untuk menyampaikan informasi yang memberdayakan (menginspirasi) warga adalah melalui media online, dan weblog. Yang memungkinkan digunakan oleh komunitas adalah weblog karena gratis dan mudah diakses.

Masalahnya kita belum memiliki budaya baca, masih terlena oleh budaya tutur (budaya lisan). Masalah lemahnya kemampuan baca tulis kiranya juga menjadi perhatian para pegiat jurnalistik warga. Salah satunya melalui gerakan literasi baca tulis dengan membentuk komunitas taman bacaan masyarakat dengan segala variannya.

Ini penting agar semangat jurnalistik warga benar-benar menyuarakan kepentingan warga untuk semakin berdaya. Bukan hanya menyuarakan kepentingan sang actor dengan mengatas namakan masyarakat. Salam Tangguh, Salam Literasi, terus menginspirasi. [eBas/SelasaLegi-18082020]

 

  

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar