Sudah menjadi rahasia umum di kalangan aktivis grup
whatsapp, bahwa kecepatan nge share (membagikan) informasi dari ‘grup
sebelah’ ke grupnya adalah menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi kemudian
dikomentari dengan gambar jempol.
Hal ini membuat seseorang berlomba-lomba untuk mengikuti
sebanyak-banyaknya grup whatsapp. Semakin banyak grup yang diikuti akan semakin
banyak peluang informasi yang dapat di share ke grup lain. Tampaknya nge share
berbagai hal itu menjadi kenikmatan tersendiri.
Sehingga yang terjadi adalah lomba cepat-cepatan nge
share informasi kesemua grup yang diikuti. Ya, nge share sana, nge share sini,
agar dianggap selalu update terhadap berbagai peristiwa. Sanyangnya asal nge
share tanpa melihat dulu benar tidaknya informasi yang di share.
Jika apa yang di share itu salah, biasanya langsung di
paido berjamaah, dengan bermacam komentar. Bahkan kadang dijadikan ajang balas
dendam dengan menghubung-hubungkan hal yang tidak ada hubungannya. Seperti masalah
politik identitas, dianggap pelanggaran etika yang bisa dipidanakan, dan
lainnya sesuai tingkat emosi masing-masing.
Begitu juga dengan peristiwa bencana gempa bumi di Kabupaten
Cianjur. Semua berlomba nge share gambar derita warga yang berdarah darah dan
berita tentang kronologinya. Termasuk jumlah korban yang sekarat dan meninggal
dunia pun juga menjadi bahan yang menarik untuk di share.
Dari kantor X dikatakan jumlah yang meninggal sementara
terdata 14 orang. Sementara ada oknum lain yang nge share info jumlah meninggal
sudah mencapai 20 orang. Belum sepuluh menit sudah ada pernyataan dari pejabat,
bahwa jumlah warga yang meninggal telah mencapai 68 orang.
Belum selesai perdebatan di grup whatsapp tentang jumlah korban
meninggal, tetiba ada yang nge share gambar infografis dari sebuah kantor
tentang data terbaru bahwa jumlah korban meninggal sudah mencapai 167 orang.
Begitu seterusnya, masing-masing nge share dari sumber
yang berbeda, sehingga menyebabkan ketidakjelasan informasi. Seakan
masing-masing kantor/lembaga berhak menyampaikan data ke publik tentang
perkembangan peristiwa gempa bumi.
Untuk menghindari kesimpang siuran data, Abdul Muhari,
PhD, Plt. Kapusdatinkom BNPB, mengeluarkan pernyataan bahwa data resmi
pemerintah terkait korban dan kerugian adalah data yang dirilis oleh BNPB.
Namun, masih katanya, dalam 1x24 jam pertama sebelum
posko darurat terbentuk di lokasi terdampak, maka perbedaan data dan siapa yang
berbicara itu biasa terjadi.
“Mulai hari ini (22/11), Pusdatinkom BNPB dan Posko
Tanggap Darurat Gempa Cianjur akan melaksanakan konferensi pers setiap hari
pukul 17:00 WIB yang akan mengunci data pada hari berjalan,” Katanya.
Semoga dengan pernyataan pejabat BNPB itu, menjadikan
anggota grup whatsapp cerdas dalam nge share berita. Tidak harus lomba cepat-cepatan
nge share info tentang peristiwa gempa bumi Cianjur yang akan terus
berubah.
Gak usah mengejar gensi, hanya demi eksistensi sebagai
anggota grup whatsapp yang aktif. Alanglah baiknya menunggu info dari yang
berwenang. Hal ini mengingat perkembangan kejadian bencana itu sangat cepat,
sesuai hasil kinerja para relawan yang penuh semangat bahu membahu, bergotong
dengan berbagai pihak. Salam Tangguh. [eBas/SelasaPahing-22112022]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar