Selasa, 22 November 2022

NGE "SHARE" SEBAGAI BENTUK EKSISTENSI

Sudah menjadi rahasia umum di kalangan aktivis grup whatsapp, bahwa kecepatan nge share (membagikan) informasi dari ‘grup sebelah’ ke grupnya adalah menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi kemudian dikomentari dengan gambar jempol.

Hal ini membuat seseorang berlomba-lomba untuk mengikuti sebanyak-banyaknya grup whatsapp. Semakin banyak grup yang diikuti akan semakin banyak peluang informasi yang dapat di share ke grup lain. Tampaknya nge share berbagai hal itu menjadi kenikmatan tersendiri.

Sehingga yang terjadi adalah lomba cepat-cepatan nge share informasi kesemua grup yang diikuti. Ya, nge share sana, nge share sini, agar dianggap selalu update terhadap berbagai peristiwa. Sanyangnya asal nge share tanpa melihat dulu benar tidaknya informasi yang di share.

Jika apa yang di share itu salah, biasanya langsung di paido berjamaah, dengan bermacam komentar. Bahkan kadang dijadikan ajang balas dendam dengan menghubung-hubungkan hal yang tidak ada hubungannya. Seperti masalah politik identitas, dianggap pelanggaran etika yang bisa dipidanakan, dan lainnya sesuai tingkat emosi masing-masing.

Begitu juga dengan peristiwa bencana gempa bumi di Kabupaten Cianjur. Semua berlomba nge share gambar derita warga yang berdarah darah dan berita tentang kronologinya. Termasuk jumlah korban yang sekarat dan meninggal dunia pun juga menjadi bahan yang menarik untuk di share.

Dari kantor X dikatakan jumlah yang meninggal sementara terdata 14 orang. Sementara ada oknum lain yang nge share info jumlah meninggal sudah mencapai 20 orang. Belum sepuluh menit sudah ada pernyataan dari pejabat, bahwa jumlah warga yang meninggal telah mencapai 68 orang.

Belum selesai perdebatan di grup whatsapp tentang jumlah korban meninggal, tetiba ada yang nge share gambar infografis dari sebuah kantor tentang data terbaru bahwa jumlah korban meninggal sudah mencapai 167 orang.

Begitu seterusnya, masing-masing nge share dari sumber yang berbeda, sehingga menyebabkan ketidakjelasan informasi. Seakan masing-masing kantor/lembaga berhak menyampaikan data ke publik tentang perkembangan peristiwa gempa bumi.

Untuk menghindari kesimpang siuran data, Abdul Muhari, PhD, Plt. Kapusdatinkom BNPB, mengeluarkan pernyataan bahwa data resmi pemerintah terkait korban dan kerugian adalah data yang dirilis oleh BNPB.

Namun, masih katanya, dalam 1x24 jam pertama sebelum posko darurat terbentuk di lokasi terdampak, maka perbedaan data dan siapa yang berbicara itu biasa terjadi.

“Mulai hari ini (22/11), Pusdatinkom BNPB dan Posko Tanggap Darurat Gempa Cianjur akan melaksanakan konferensi pers setiap hari pukul 17:00 WIB yang akan mengunci data pada hari berjalan,” Katanya.

Semoga dengan pernyataan pejabat BNPB itu, menjadikan anggota grup whatsapp cerdas dalam nge share berita. Tidak harus lomba cepat-cepatan nge share info tentang peristiwa gempa bumi Cianjur yang akan terus berubah.

Gak usah mengejar gensi, hanya demi eksistensi sebagai anggota grup whatsapp yang aktif. Alanglah baiknya menunggu info dari yang berwenang. Hal ini mengingat perkembangan kejadian bencana itu sangat cepat, sesuai hasil kinerja para relawan yang penuh semangat bahu membahu, bergotong dengan berbagai pihak. Salam Tangguh. [eBas/SelasaPahing-22112022]

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar