Beberapa teman sempat melihat foto dari Tim Fasilitator SPAB
bentukan SRPB Jawa Timur yang tampil berseragam dengan mboisnya. Ada beberapa
foto yang menggambarkan suasana suka cita (dan tentunya bangga) dalam berbagai
gaya. Lokasinya di sekitar Kantor BPBD Provinsi Jawa Timur.
Konon, mereka sedang mengadakan tasyakuran sebagai tanda
syukur telah menyelesaikan tugas yang dibebankan oleh BPBD Provinsi Jawa Timur,
membantu melaksanakan program sosialisasi SPAB kepada sekolah yang ditunjuk, di
beberapa Kabupaten/Kota di Jawa timur.
Seperti diketahui, bahwa sosialisasi SPAB ini programnya
BPBD Provinsi Jawa Timur, sekaligus anggarannya, bukan programnya Dinas
Pendidikan Jawa Timur. Sedangkan Tim Fasilitator SPAB bentukan SRPB itu “digandeng”
oleh BPBD, bukan disuruh Dinas Pendidikan yang memiliki Permendikbud nomor 33
tahun 2019. Ini yang harus dipahami agar tidak salah tafsir untuk kemudian
maido dan sok baper.
Ya, mereka patut berbangga dan gelaran syukuran ala
kadarnya itu pun wajar diadakan. Disamping untuk mempererat tali silaturahmi,
juga untuk evaluasi pelaksanaan program yang memerlukan ketahanan tenaga yang
prima agar target terpenuhi.
Ya, evaluasi bagaimana menyiapkan penugasan berikutnya,
sekaligus menyiapkan Tim Fasilitator “lapis ke dua” sebagai upaya
kaderisasi dan pemerataan kesempatan. Bahkan jika dimungkinkan, setiap Tim
Fasilitator SPAB “manggung” di daerah, juga menyempatkan diri bersemuka
dengan mitra SRPB di daerah untuk mempererat paseduluran. Syukur-syukur mereka disuruh
hadir untuk melihat teknik fasilitasi yang dimainkan oleh Tim Fasilitator SPAB.
Dari situlah mitra SRPB akan belajar.
Sambil bercanda mereka berbagi pengalaman selama di
daerah, jauh dari keluarga. Demi tanggung jawab mensukseskan amanah yang
bergengsi, sebagai ajang pembuktian bahwa Tim Fasilitator SPAB bentukan SRPB benar-benar
mumpuni di bidangnya. Istilah jaman now, bukan kaleng-kaleng.
Konon, beberapa sekolah yang “didatangi” Tim
Fasilitator SPAB bentukan SRPB sangat puas atas pemaparannya tentang modul tiga
pilar SPAB. Yaitu Fasilitas sekolah aman, Manajemen bencana di sekolah, dan Pendidikan
pencegahan dan pengurangan risiko bencana.
Tinggal bagaimana BPBD dan SRPB memotivasi pihak sekolah
untuk melanjutkannya secara mandiri, atau bekerjasama dengan komunitas relawan
yang ada di daerahnya.
Syukur-syukur jika pihak sekolah dengan kesadaran sindiri
minta didampingi Tim Fasilitator dalam mempraktekkan SPAB secara rutin untuk
meningkatkan kapasitas warga sekolah. Jika ini terjadi, maka akan menjadi
kebanggaan tersendiri, dalam arti luas.
Dengan suksesnya Tim Fasilitator SPAB melaksanakan amanah
dari BPBD Provinsi Jawa Timur, itu artinya, SRPB kini memiliki dua program
unggulan. Yaitu, Arisan Ilmu Nol Rupiah sebagai wadah peningkatan kapasitas dan
wawasan dan Tim Fasilitator SPAB yang siap memfasilitasi anggota mitra di bidang
pengurangan risiko bencana.
Tidak ada salahnya jika SRPB yang keberadaannya menginjak
tahun ke enam ini memperluas jejaring kemitraan dengan berbagai organisasi
profesi yang bergerak dibidang komunikasi edukasi dan informasi. Seperti F-PT
PRB, IABI, PSBL UNITOMO, dan lainnya. Sungguh itu tidak mudah dilakukan. Tapi,
paling tidak harus dimulai dengan membangun mimpi dulu, setelah mengadakan
tasyakuran atas selesainya tugas. Salam Tangguh. [eBas/KamisPon-03112022]
dalam diskusi panjang di berbagai grup whatsapp, apa yang saya tulis ini katanya sesuai fakta. hanya bahasanya saja yang dianggap sebagian orang krang bijaksana, terlalu kasar tanpa tedeng aling2 langsung to the point.
BalasHapusya monggo saja itu penilaian masing2 pribadi dalam mencerna kalimat.
yang jelas, sekali lagi saya katakan bahwa masih banyak dinas pendidikan yang tidak paham behkan belum baca permendikbud 33 thn 2019 tentang SPAB. sehingga sampai sekarang giat SPAB di sekolah masih jarang dan terbatas pada sosialisasi yang tanpa diikuti oleh tindak lanjut secara mandiri.
perlu juga diketahui behwa program SPAB pada tulisan di atas itu merupakan programnya BPBD dengan anggarannya sekalian, termasuk anggaran untuk mbayari tim fasilitator yang ditunjuk.
ingat itu
artunya tim fasilitator yang ditunjuk bukan orang yang disewa dinas pendidikan untuk menjalankan program
wis ngunu wae ojo gampang maido jika masih sering bijak sana dan bijak sini untuk kepentingan pribadi dengan mempermainkan anggotanya atas nama keikhalasa sebagai seorang relawan