Minggu, 27 November 2022

WHATSAPP WADAH SILATURAHMI VIRTUAL

Beberapa artikel yang membahas whatsApp mengatakan bahwa manfaat masuk dalam grup whatsApp itu banyak sekali, tergantung kepentingan masing-masing individu. Tidak terlalu salah jika dikatakan whatsApp sebagai bentuk silaturahmi virtual di jaman milenial.

Yang jelas, dengan bergabung ke dalam grup whatsApp akan bertambah kawan (termasuk kawan yang belum pernah bertemu), serta akan mendapatkan informasi apa saja, dari siapa saja.

Ngobrol lewat whatsApp itu menyenangkan. Tidak harus mandi dulu, tidak harus ber baju resmi dan bersepatu. Cukup sarungan atau dasteran sambil nyruput kopi dan ngemil gorengan. Bahkan jika mau, sambil makan dan tiduran juga sah sah saja, yang penting kameranya dimatikan.

Lewat whatsApp juga akan mendorong terjadinya perluasan jejaring kemitraan, dalam rangka saling tukar pengalaman dan informasi. Termasuk ketika sedang membangun koordinasi dengan berbagai pihak, dalam kegiatan PRB maupun PB yang kolaboratif.

Namun juga ada grup whatsApp yang hanya berisi guyonan, saling perang gambar, pamer hasil ber swafoto, serta berbagi aneka gosip. Bahkan memposting dan berkomentar bebas pun sah-sah saja, yang penting anggota grup sepakat.

Ya, disamping kesepakatan, sosok admin juga dapat memengaruhi dan mengarahkan postingan serta komentar anggota. Admin yang cerdas pasti akan menyaring semua postingan yang masuk dan membangun kesadaran akan pentingnya ber-whatsApp yang bermanfaat. Tidak sekedar guyon.

Admin juga diharapkan bisa memotivasi anggotanya untuk aktif memposting sesuatu yang edukatif dan informatif. Termasuk mendorong seluruh anggota untuk berkomentar, atau mengomentari postingan yang konstruktif. Bukan hanya diam sambil  “mengintip”. Istilahnya hanya menunggu kesempatan. Jelas kelakuan ini tidak baik.

Disisi lain, admin harus bijaksana menghadapi komentar dari anggotanya. Biarkan anggota posting apa saja, yang penting tetap dalam koridor pembahasan/tema yang sedang dibahas.

Begitu juga berilah dorongan agar semua anggota menyampaikan komentarnya yang konstruktif dan solutif. Anggota harus dimotivasi agar berani aktif memposting dan berkomentar.

Siapa tahu ada yang berguna untuk melengkapi upaya menyelaraskan konsep. Bahkan tidak menutup kemungkinan komentar dari anggota bisa dijadikan bahan penyusunan kebijakan.

Jika ada postingan atau komentar yang agak aneh atau nakal, janganlah langsung di paido. Hal ini bisa terjadi karena (mungkin) adanya beda pemahaman, beda sudut pandang maupun beda latar belakang. Jadi harusnya dikomunikasikan dengan baik. Bukan dipaido dulu baru di japri.

Kalau semua postingan dan komentar langsung di clathu, ya jelas anggota mengambil jalan aman saja, “samikna wa atokna” (glundung semprong, kata wong Kediri), yang penting selalu diajak diberi kesempatan dan tentu juga diajak menikmati rejeki yang ada.

Apa yang dilakukan admin ini jelas akan membuka peluang terjadinya saling tidak percaya dan tumbuhnya sikap pembiaran, masa bodo dan tidak mau tahu terhadap permasalahan bersama (apatisme).

Apakah ini termasuk pembungkaman bersuara ?. jika iya, maka rusaklah semua jargon ideal yang selalu diteriakkan, dan tentu akan dicatat oleh semesta sebagai sebuah kegagalan dalam berorganisasi yang menjunjung nilai kemanusiaan.

Lebih celaka lagi jika ujung-ujungnya muncul “kelompok kecil” yang bermain sendiri dengan mengatas namakan grup. Naudzubillah Min Dzalik. Semoga perilaku yang begitu hanya ada di grup seberang, bukan di grup yang katanya punya payung hukum untuk terlibat dalam kegiatan kemanusiaan. [eBas/SeninPon-28112022]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar