pasang
surut merupakan fenomena pergerakan naik ataupun turunnya posisi permukaan
perairan laut secara berkala yang disebabkan oleh faktor- faktor tertentu. Ya begitulah
laut punya siklus pasang surut silih berganti yang bisa dimanfaatkan dalam
kehidupan.
Begitu
juga dengan pasang surut organisasi (khususnya organisasi nir laba), pasti akan
mengalami. Ya, pasang surut adalah sebuah fenomena yang selalu ada di setiap
organisasi, dan sering kali sulit ditebak penyebabnya karena sifatnya sangat
pribadi. Jika tidak disikapi dengan baik bisa menjadi penyebab surutnya keberadaan
organisasi karena satu persatu personilnya ikutan surut.
Tentu kondisi
itu tidak dikehendaki. Apalagi jika keberadaan organisasi sedang dalam performa
terbaik dengan segala agendanya. Untuk itulah perlu dilakukan bersama upaya
menciptakan suasana yang selalu menyenangkan dan membuat semua betah duduk
bersama ngobrol sambil ngopi bertukar gagasan dan pengalaman.
Mungkinkah
perlu ada upaya mitigasi untuk “mengelola” proses pasang surut itu ?. Tampaknya
memang harus diantisipasi oleh semua pihak yang ada di dalam organisasi itu, bukan
hanya oleh satu pihak saja. Karena organisasi itu dibangun secara bersama.
Kiranya perlu
juga duduk bersama untuk menemukenali apa saja yang menjadi biang kerok
surutnya organisasi itu ?. semua keluhan dan gejala yang berpengaruh juga perlu
diinventarisir. Jika memungkinkan semua pihak juga memberikan solusi cerdas
untuk mensikapi pasang surut organisasi secara konstruktif.
Beberapa faktor
umum yang selalu berpengaruh pada seseorang dalam berorganisasi. Diantaranya, faktor
usia dengan segala problema yang mengikuti. Faktor kesibukan keluarga dengan segala
implikasinya, faktor reward and punishment.
Bisa juga
faktor keterlibatan dan kepentingan dalam proses berorganisasi, serta faktor
lain yang masih banyak lagi. Termasuk masalah perasaan yang tidak bisa
diungkapkan secara vulgar.
Jangan-jangan
inilah yang dinamakan titik jenuh dalam berorganisasi. Dimana awalnya nyaman
dan bersemangat menikmati kehidupan organisasi, hingga pada titik tertentu rasa
itu berubah menjadi kejenuhan, yang akhirnya membuat semangat itu pun meredup, dan
surut.
Jika demikian,
ada benarnya anggapan bahwa tidak selamanya kehidupan berorganisasi itu dinaungi oleh cuaca cerah.
Ada hujan, badai, mendung, panas dan dingin yang sering melingkupinya. Termasuk
perbedaan pandangan dalam melaksanakan program. itu hal biasa dalam
berorganisasi.
Menghadapi
itu semua, harapannya tentulah semua personil yang ada di dalam organisasi
mencoba beradaptasi, dan mencari solusi bagaimana kesemuanya bisa dilalui dengan baik sehingga menghasilkan yang
terbaik sesuai tujuan bersama, agar suasana surut bisa berubah menjadi pasang.
Upaya mengatasi
organisasi yang sedang surut ini sungguh tidak mudah. cara termudah adalah
semua personil duduk bersama untuk secara terbuka bicara ada apa sesungguhnya,
dan mau dibawa kemana organisasi ini.
Namun,
mengagendakan duduk bersama itu juga tidak mudah. Bahkan semua teori motivasi
yang sering digunakan dalam manajemen perusahaan dan mengelola organisasi
modern, tampaknya tidak berlaku di organisasi nir laba.
Kalau sudah
begini, mungkin prinsip "Silent is
gold", mungkin adalah yang terbaik untuk diterapkan. Karena dalam suasana
hati yang kacau dan pikiran yang bergalau, maka semakin banyak kita berbicara, maka semakin banyak
peluang yang akan memperburuk keadaan.
Dengan kata
lain, sebaiknya semua anggota organisasi melakukan
"Cooling down" atau menenangkan diri sehingga dapat menimbang nimbang
dengan cermat sebelum mengambil suatu keputusan. Karena setiap keputusan yang
diambil, pasti akan membawa risiko.
Biasanya
keputusan yang terburu-buru diambil, biasanya
terbawa oleh emosi yang sedang labil, karena itu berpotensi terjadi hal yang
lebih buruk. Untuk itulah mari ber “Cooling Down” dulu
saja, gak usah ngomongin organisasi beserta rencana-rencana yang pernah
dibahas. [eB/SeninWage-14112022]
jika sudah tiba waktunya, maka semua aktivitas dalam berorganisasi (khususnya organisasi nir laba), pasti semua akan undur diri pelan-pelan meninggalkan gelanggang untuk mencari peluang baru yang lebih menjanjikan untuk kehidupan keluarga.
BalasHapusdan itu sudah pasti akan terjadi karena tuntutan mensejahterakan keluarga dalam arti luas itu hukumnya wajib