Konon, menurut penanggalan Cina, tahun
2024 ini bershio Naga Kayu, yang dipercaya membawa energi yang kuat dan
dinamis. Naga Kayu juga dipercaya kreatif, fleksibel, penuh inovasi, bijaksana,
cerdik dan adaptif.
Semoga kawan-kawan komunitas yang
ada di Jawa Timur, khususnya Surabaya, memiliki karakter yang dimiliki oleh Naga
Kayu. Sehingga semua program yang akan
dilaksanakan selama tahun 2024 dapat dirasakan oleh banyak pihak.
Begitu juga dengan Jamaah LC
(Lorong eduCation), yang berharap keberadaannya semakin berdampak kepada para penerima
manfaat. Paling tidak program-program yang pernah dilaksanakan, dapat
menginspirasi program 2024.
Di penghujung tahun 2023, Jamaah
LC mendapat kepercayaan dari Asar Humanity, Jakarta untuk membantu secara suka
rela mendistribusikan makanan ala korea. Seperti, Topokki, Pancake, Tepung
Roti, Abon, dan bumbu masak. Jumlahnya banyak, dan tidak mungkin dikerjakan sendiri
oleh Jamaah LC.
Untuk itulah Jamaah LC
menggandeng beberapa komunitas, diantaranya, LMI, RBES, INAVOR, BTI, dan SER, yang
secara sukarela membantu membagikan kepada masyarakat yang layak menerima
bantuan.
Alhamdulillah, hari selasa, tanggal
2 Januari 2024, semua barang sudah terdistribusikan. Tinggal beberapa yang belum
diambil karena kendala kendaraan yang belum siap. Sebuah kerja sama non profit
yang mencerminkan nilai gotong royong, terjalin apik tanpa ada dusta diantara
kita.
Ki Rebo, petinggi Surabaya
Emergency Respon (SER), yang berkunjung ke basecamp LC (Ki Rebo menyebutnya
Posko), memberikan sebuah surat cinta untuk Jamaah LC. Dari deretan kata yang
teruntai dalam kalimat, jelas tersirat pesan mendalam untuk keberadaan Jamaah
LC ke depannya.
Kurang lebih inilah isi surat cinta
dari Ki Rebo; Kemarin pagi, Selasa 2 Januari 2024. Saya sempat
mengunjungi Posko LC untuk nyruput kopi ireng pait panas yang diudek sepenuh
hati oleh saudaraku, Alfin.
Kami berempat sekedar ngobrol dan
mengingat-ingat kembali keberadaan posko dengan segala kegiatannya. Posko sebagai
tempat berkumpulnya rekan-rekan seperjuangan di kerelawanan dan kemanusiaan. Dari
sekedar tempat bertukar informasi, berbagi pengalaman dan mempererat
silaturahmi, sampai membuat aksi sosial dan upaya peningkatan kapasitas relawan
dalam upaya pengurangan risiko bencana dan penanggulangan bencana.
“Memang naif aku bercerita ini,
tetapi akan menjadi bagian sejarah hidup bahwa ada tempat yang selalu menjadi
jujugan relawan untuk ngobrol dan ngopi (nyruput- kataku),” Kata Ki Rebo, yang
nama aslinya Prijoko Utomo.
Sambil menikmati sruputan kopi
ireng pait panas, aku masih sempat ngobrol bareng Alfin dan Wahid, walau sesaat
kemudian mereka berdua ijin keluar karena ada keperluan penting.
Kini tinggal berdua dengan
sesepuh LC, Pakde Ebas. Kami ngobrol bebas. Cerita demi
cerita, meluncur tanpa struktur untuk berbagi pengalaman, dan banyak hal berkaitan dengan aktivitas relawan
yang bergerak di bidang kemanusiaan. Termasuk menyinggung kemungkinan membuat
kegiatan kolaboratif sepanjang tahun politik yang rawan konflik.
“Posko LC jadilah saksi dan
sejarah bagi teman-teman Relawan. Siapapun dia, untuk menerima ilmu, dan
berbagi ilmu, apapun bentuk dan caranya. Terima kasih Mas Ebas dan teman-teman
LC. Aku pulang,” Begitulah Ki Rebo memungkasi surat cintanya yang penuh makna. Tentu
dalam memaknai surat cinta Ki Rebo akan sangat beragam, tidak mungkin seragam.
Yang jelas, kita telah memasuki
tahun baru. Tentunya masing-masing komunitas akan menyusun rencana kegiatan yang disepakati
bersama secara internal, maupun kegiatan kolaboratif lainnya dengan beberapa
pihak.
Sungguh tidak diduga, di awal
tahun politik ini, ditandai dengan gempa Sumedang, serta banjir bandang, dan
banjir Rohingnya di beberapa daerah di Sumatra. Tentu yang paling sibuk adalah
pemerintah yang membidanginya, dibantu lembaga/yayasan/organisasi kemanusiaan yang punya duit no limit.
Eh, apakah masalah manusia perahu
dari rohingnya yang terdampar di berbagai pesisir Sumatra dan yang telah
bertahun-tahun berdiam di rumah penampungan pengungsi itu juga masuk ke ranah bencana?. Bagaimana penanganannya
?.
Sementara, beberapa komunitas relawan
dari berbagai daerah, baik yang punya anggaran sendiri, maupun yang digerakkan oleh
instansi yang mau membiayai, telah beraksi di Sumedang. Bahkan ada yang
berinisiatif memunculkan hashtag #SumedangMemanggil.
Haruskah komunitas relawan dari daerah
lain (yang jauh dari Sumedang), berbondong-bondong nyerbu lokasi untuk beraksi
?. Memangnya di Kota Sumedang dan sekitarnya, tidak ada komunitas relawan yang
siap turun tangan membantu BPBD setempat ?. Atau, dikarenakan gempa itu sifatnya lokal, sehingga dianggap tidak perlu mendatangkan bala bantuan relawan antar lokal. Tidak tahulah, semua sesuai aturan pemerintah daerah setempat.
Disinilah pentingnya membangun koordinasi
antara komunitas relawan dengan BPBD terkait dengan mobilisasi relawan untuk
nyerbu lokasi bencana. Ingat, dalam
penanggulangan bencana, keberadaan relawan itu hanyalah pemain pembantu. Pemain
utamanya ya pemerintah (dalam hal ini BPBD).
Sungguh, atas nama panggilan jiwa, pastilah semua relawan tergoda untuk pergi ke lokasi "mendharma baktikan tenaganya", menolong sesama yang terkena bencana. Namun apa daya jika “dompet” tidak mendukung. Artinya, relawan 'amatir' perlu dana untuk dapat ke lokasi bencana. Tanpa dana yang mencukupi, jelas relawan hanya akan gigit jari. Lain lagi dengan relawan 'profesional' yang tergabung dalam lembaga/yayasan/organisasi yang memiliki anggaran kebencanaan,
Beberapa waktu yang lalu ada
komunitas relawan yang dengan jumawa berteriak 'kami siap digerakkan kemana
saja'. Eh ternyata, dibalik kata "digerakkan" itu adalah minta disediakan dukungan
fasilitas untuk pergi ke lokasi bencana. Tanpa itu, jelas menolak dengan
berbagai alasan. Yen ngunu yo akeh tunggale mas bro.
Mungkinkah surat cinta untuk
Jamaah LC dari Ki Rebo ini ada kaitannya dengan kejadian di awal tahun ?. ya
monggo saja dimaknai sendiri. Karena Ki Rebo hanya bilang bahwa di Basecamp Jamaah
LC merupakan tempat berbagi ilmu. Ya, ilmu apa saja termasuk masalah
koordinasi, komunikasi dan informasi.
Terimakasih Ki Rebo atas kiriman
surat cintanya. Semoga anggota Jamaah LC dapat menterjemahkan surat Ki Rebo
dalam rangkaian kegiatan di tahun yang bershio Naga Kayu. Nyuwun pangestunipun
Ki. [eBas/KamisKliwon-04012024]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar