Aktivitas ngamen dapat diartikan sebagai kegiatan bernyanyi dan kemudian meminta sumbangan seikhlasnya (kadang juga sedikit memaksa). Namun sekarang ngamen itu tidak selalu bernyanyi. Ada juga yang berdeklamasi atau memberi nasehat dan doa seperti layaknya seorang pendakwah yang sedang ceramah.
Kini di jaman yang katanya
modern, aktivitas ngamen semakin bervariasi, mengikuti perkembangan jaman dan
bahkan ada yang menjadikan sebagai sebuah pekerjaan yang mendatangkan
keuntungan.
Tulisan tentang ngamen ini tercipta gegara Fathoni, seorang akademisi yang juga relawan ternama dikancah nasional, dalam pastingannya di grup whatsapp Relawan PB Jawa Timur, senin pon (22/01/2024).
Dia mengatakan bahwa, Namanya pejabat relawan itu hanya
action ngamen buat fulus ajah. Nah kalau saat kejadian bencana,
malah gak nongol alasan masuk angin minta dikerokin. Apalagi musim kampanye banyak
jadi relawan kampanye jadi-jadian.
Entah apa maksud dari postingannya,
dan siapa yang dituju juga tidak tahu. Yang jelas, istilah ngamen itu kini juga
menjadi plesetan kata oleh sebagian orang dan Komunitas. Disini, ngamen
diartikan sedang menjalankan kegiatan atas perintah orang atau lembaga, yang
ada bayarannya.
Contoh dalam sebuah kalimat.
“Alhamdulillah kali ini saya diajak ngamen Cak Kaspo dalam program fasilitasi
destana dan SPAB,” Kata Mukidi kepada Markonah.
Contoh lain, “Maaf saya jarang
ikutan cangkruk’an karena sibuk diajak ngamen kesana kemari oleh teman
menjalankan programnya lembaga di Jakarta. Eman-eman ini kesempatan. Tolong
urusan cangkruk’an di handle dulu ya,” Kata Dalbo yang rajin kasak kusuk cari
peluang diajak ngamen. Bahkan menggunakan cara selinthutan agar dapat jatah
ngamen.
Dua kalimat di atas, tampaknya juga
sangat familier di telinga para pegiat kemanusiaan bidang pengurangan risiko
bencana. Buktinya Fathoni menggunakannya untuk “menembak” entah siapa
dan mengapa harus ”ditembak”. Sehingga tidak jarang menjadi bahan
olok-olok diantara mereka, dalam suasana gembira sambil menikmati hasil ngamen.
Apakah aktivitas ngamen itu salah
?. Jelas tidak salah, juga tidak berdosa. Karena, semuanya dapat diatur. Semua
ada maqomnya. Yang biasa ngamen ya akan selalu berupaya terus ngamen kemana
saja, tentang apa saja, bersama siapa saja, dengan materi apa saja, yang
penting ada fulusnya.
Biasanya, saking asiknya ngamen,
maka akan ada yang dikorbankan, dan sering kali semakin pilih-pilih dalam
mencari tugas, tentunya yang menguntungkan, dan tugas gratisan akan disepelekan dengan seribu tuju alasan.
Sementara bagi yang tidak pernah
ngamen, ya sudah silahkan menikmati aktivitas yang gratisan saja sambil makan
snack yang ada saja.
Tentu saja aktivitas ngamen ini
ada positif negatifnya. Namun penulis belum dapat mendiskripsikan tentang
positifnya apa dan negatifnya apa. Termasuk bagaimana solusi untuk menangani
masalah ngamen ini bagi kemajuan komunitas.
Perlu ngobrol bareng dulu dengan
banyak pihak, untuk menyerap informasi tentang aktivitas ngamen yang katanya
selalu berarti fulus oriented.
Untuk mereka yang sedang ngamen,
teruslah mengamen karena rejekimu ada di situ. Tidak usah terpengaruh oleh
tulisan ini. Anggap saja semua hanya sebuah cara mengingatkan mereka yang suka
ngamen agar tidak melupakan keberadaannya di dalam komunitas.
Ingat tujuan masuk komunitas itu
untuk bersama-sama memajukan komunitas, bukan semata-mata mencari peluang untuk
ngamen dan ngamen terus. Salam Waras. [eB/ndleming dewe
udung ngopi]
NGONO YO NGONO NING YO OJO NGONO
BalasHapussaya juga pernah mendapattugas ngamen tapi ya tidak sering dan saya berani nolak jika saya merasa tidak mampu.
Alhamdulillah selama ini saya tidak pernah merengek soal jatah ngamen.
karena menurut saya itu lelaku yang culas, nggilani dan ngisin isini sebagi seorang terpelajar dan beragama.
Sesungguhnyalah relawan yg selalu hadir di lokasi bencana itu kebanyakan mendapat dukungan transportasi dari pihak lain shg tidak menggangu dompet pribadi.
BalasHapusJika harus menggunakan dompet pribadi maka akan berfikir ulang lagi